Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Solo, IDN Times - Peti mati biasanya indentik dengan bahan kayu, namun di tangan perajin asal Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah berhasil membuat inovasi peti mati dari bahan rotan. Bahkan peti mati produksinya tersebut dijual hingga mancanegara.
Baca Juga: Pocong Jaga Kampung di Sukoharjo Mendunia Ditengah Pandemi COVID-19
1. Tidak dijual di Indonesia
Para pekerja sedang membut peti mati rotan di Desa Trangsan, Sukoharjo, Jawa Tengah. IDNTimes/Larasati Rey Meski diproduksi dalam negeri, namun peti mati dari bahan rotan ini tidak dijual di Indonesia. Peti mati tersebut dijual di luar negeri khususnya di negara-nerga Eropa, sepeti Jerman, Inggris, Belanda, dan lainnya.
Perajin peti mati rotan, Natianingsih mengatakan pembuatan peti mati rotan ini sudah ia geluti sejak lama. Ia mengaku memilih menjual hasil produksinya ke luar negeri selain permintaan yang banyak, harga jual peti mati rotan tersebut juga terjangkau untuk kalangan bangsa Eropa.
“Kita tidak jual di dalam negeri ya, karena dinilai terlalu mahal. Untuk satu peti kita hargai sekitar Rp2 juta hingga Rp3 juta tergantung tingkat kerumitan anyaman,” ujarnya saat ditemui IDNTimes di sentra industri rotan, Rabu (30/9/20).
2. Tingkat anyaman yang rumit
Pola anyaman peti mati rotan produksi Desa Trangsan, Sukoharjo, Jawa Tengah. IDNTimes/Larasati Rey Selain dijual di luar negeri, peti mati rotan buatannya juga memiliki ukuran khusus yakni menyesuaikan tinggi orang-orang Eropa, sekitar 170cm hingga 190 cm. Untuk pembuatan satu peti mati rota mulai dari pemilahan bahan, penganyaman, hingga finishing membutuhkan waktu sekitar 2 hari.
Ning sendiri memiliki puluhan pegawai yang membantunya untuk menyelesaikan produksi peti mati rotan tersebut. “Untuk pengerjaan kita dari awal hingga akhir rata-rata kita butuh waktu sekitar dua hari tergantung tingkat kerumitan anyaman yang diminta,” jelasnya.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
3. Alami peningkatan permintaan selama masa pandemi
Pekerja di sentra industri rotan sedang finishing peti mati rotan produksi Desa Trangsan, Sukoharjo, Jawa Tengah. IDNTimes/Larasati Rey Ning mengatakan pada awal pandemi COVID-19 jumlah permintaan peti mati mengalami peningkatan hingga 50 persen. Ia bahkan sempat mengirim delapan kontainer peti mati rotan ke luar negeri.
“Pada awal pandemi itu kita mengirim delapan hingga sembilan kontainer, jumlah itu naik 50 persen. Kebanyakan mereka pesan banyak untuk melakukan stock dan takut jika di Indonesia di lockdwon dulu,” jelasnya.
Menurut ning, negara-negara Eropa banyak yang memilih menggunakan peti mati berbahan dasar rotan ketimbang dari kayu, hal tersebut untuk mengurangi pencemaran lingkungan, terlebih rotan mudah mudah hancur saat dikubur.
Baca Juga: Kreatif! Pria Sukoharjo Olah Limbah Jadi Sepeda Kayu Jutaan Rupiah