TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pertempuran 5 Hari di Semarang, Ribuan Pasukan Elite Jepang Berguguran

Korban jiwa saat pertempuran mencapai 3000an orang

abc.net.au

Semarang, IDN Times - Pertempuran lima hari di Semarang, Jawa Tengah rutin diperingati setiap tahunnya. Peringatan digelar di kawasan Tugu Muda Semarang. Pertempuran tersebut merupakan perlawanan terhebat rakyat Indonesia terhadap Jepang pada masa transisi.

IDN Times memberikan kisah terkait pertempuran tersebut, melansir dari laman resmi PT Djakarta Lloyd (Persero). Adanya ulasan ini akan menambah khazanah sejarah Indonesia. Yuk baca kisahnya berikut ini.

Baca Juga: [FOTO] Mirip Lawang Sewu, Pesona Klasik Gedung NHM Kota Lama Semarang

1. Sekutu terjunkan tiga pasukan ke Indonesia

digitalcollections.universiteitleiden.nl/KITLV

Setelah Hirosima dan Nagasaki dibom atom oleh tentara Sekutu pada 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Selanjutnya, tentara Sekutu menugaskan kepada Komandan South East Asian Command (SEAC) atau Komandan tentara Sekutu Asia Tenggara, Laksamana Madya Lord Louis Mounbatten untuk membebaskan Indonesia dari Jepang serta melucuti persenjataannya.

Kemudian tentara Sekutu di Asia Tenggara membentuk Allied Forces Netherland East Indies (AFNEI) untuk mendaratkan tentara Sekutu di Indonesia bagian Barat. Pendaratan tersebut di bawah pimpinan oleh Letnan Jenderal Sir Phillips Christison.

AFNEI mendaratkan tiga pasukannya, sebanyak tiga divisi, yaitu Divisi India XXVI ke Sumatera, Divisi India ke XXIII ke Jawa Barat dan Jawa Tengah, dan Divisi India ke V ke Jawa Timur.

Ternyata yang mendarat terlebih dahulu di Jawa adalah Divisi India XXIII yang dipimpin oleh seorang panglima, Mayor Jenderal D.C. Hawthorn. Selanjutnya Divisi India XXIII yang terdiri dari tiga brigade dibagi-bagi tugasnya masing-masing. Brigade “Bethel” dikirim ke Semarang, Brigade “Mc Donald” dikirim ke Bandung, serta Brigade ke-49 didaratkan ke Surabaya.

2. Penyebab utama adalah gagalnya penyerahan senjata

iwm.org.uk

Keadaan kota Semarang beberapa hari setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, situasinya agak berbeda dari kota-kota lain.

Semua kekuatan pemuda Semarang dikerahkan untuk menghadapi penyerahan senjata oleh militer Jepang, kepada para pemuda dan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Semarang. Itu dilakukan pasca Kaiji berhasil direbut dari tangan Jepang.

Namun karena beberapa sebab, penyerahan senjata tersebut gagal dilakukan. Dampaknya adalah meletusnya pertempuran yang disebut Pertempuran lima hari di Semarang. Apa yang menyebabkan para pemuda pejuang saat itu terlibat bentrokan bersenjata dengan tentara Jepang?

3. Pemuda pejuang terikat kontrak dengan Sekutu

geheugenvannederland.nl/Dienst voor Legercontacten

Faktor penyebab terjadinya Pertempuran lima hari di Semarang adalah para pemuda pejuang saat itu merasa terikat oleh perintah tentara Sekutu guna mempertahankan 'status quo' di daerah-daerah yang mereka duduki. Mereka bahkan juga mendapatkan ancaman hukuman apabila hal tersebut tidak mereka laksanakan.

Para pemuda pejuang juga kurang pandai memanfaatkan kelemahan psikologis tentara Jepang yang telah patah semangat untuk menyerah kepada Indonesia dengan jaminan fisik keselamatan. Saat itu kerap terjadi, rakyat Indonesia yang pada waktu sudah sangat membenci Jepang, mereka langsung menyerang pasukan Jepang. Padahal, sesungguhnya mereka bersedia menyerah kepada pihak Indonesia.

Sering juga terjadi saat itu, baik tentara Jepang maupun tentara pejuang, terbawa emosi dan mudah terpancing. Satu letusan kecil senjata yang tidak disengaja menimbulkan kemarahan dan berakhir dengan pertempuran hebat yang menimbulkan banyak korban.

4. Sikap pasukan Jepang jadi pemicu pertempuran

Dok Bombastis.com

Pertempuran diawali dengan peristiwa munculnya berita bahwa akan ada penyerahan senjata oleh para petugas pemerintah Jepang. Para pemuda pejuang beserta BKR akan mengambil alihnya.

Sebagian senjata telah dapat dikumpulkan dan kemudian dipindahkan ke suatu tempat di gedung sekolah di lereng bukit bernama Bergota. Sayangnya, ketika pimpinan BKR Laut Semarang dan pemerintah RI setempat bersama para pemuda pejuang berusaha menghubungi Kido Butai atau pasukan elite Jepang di Jatingaleh untuk menyerahkan senjata yang masih mereka kuasai, sikapnya tidak kooperatif. Keadaan pun memanas.

Kondisi itu ditambah dengan adanya peristiwa perobekan bendera Indonesia, Merah Putih oleh seorang tentara Jepang. Sontak amarah rakyat tak terkendali lagi.

Penguasa Jepang tahu bahwa para pemuda pejuang sangat berapi-api untuk melawan, sehingga bukannya mereka menyerahkan senjata tetapi malah memerintahkan Kido Butai, untuk turun bergerak ke utara menguasai kembali kota Semarang dan berusaha merebut kembali senjata yang telah dikuasai BKR dan para pemuda pejuang.

Baca Juga: Epik, Ini 10 Pertempuran Penting yang Terjadi Selama Perang Dunia I

Berita Terkini Lainnya