Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Semarang, IDN Times - Musim kemarau yang terjadi di wilayah Jawa Tengah pada bulan ini diprediksi cenderung basah ketimbang kondisi bulan sebelumnya. Stasiun Klimatologi Kelas IA Semarang menyebutkan perubahan cuaca yang mengarah pada kemarau basah telah menyebabkan sebagian daerah saat ini seringkali diguyur hujan intensitas sedang hingga lebat dengan durasi yang bervariasi.
Baca Juga: Efek Rossby Ekuatorial, Hujan Lebat Angin Kencang Melanda Jateng 3 Hari
1. Sebagian wilayah Jateng sedang dilanda kemarau basah
Ilustrasi kemarau. Tanah tambak mengering di Kecamatan Mangara Bombang, Takalar, Sulawesi Selatan, Senin (2/9/2019). ANTARA FOTO/Arnas Padda Staf Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kelas IA Semarang, Zauyik Nana Ruslan mengatakan, curah hujan yang muncul saat ini terjadi pada siang, sore dan malam hari.
"Durasinya beda-beda setiap wilayah. Tapi memang saat ini walaupun masuk musim kemarau hanya saja kelembapan udara yang tinggi telah menyebabkan cuacanya cenderung basah. Inilah yang membuat sebagian wilayah Jawa Tengah terpantau diguyur hujan saat siang sampai malam hari," kata Ayik, sapaan akrabnya, ketika dikontak IDN Times via telepon, Selasa (22/6/2021).
2. Rossby dan MJO telah memicu perubahan kelembapan udara
IDN Times/Gregorius Aryodamar P Ayik mengungkapkan terdapat dua faktor yang memicu kemarau basah di Jawa Tengah. Yang pertama, katanya karena munculnya gelombang panas Rossby sehingga membuat suhu muka air laut yang menghangat.
Kondisi muka air laut yang menghangat menyebabkan hasil penguapan lebih tinggi sehingga air yang terkumpul di awan lebih banyak dari kondisi normal. Penyebab yang kedua, menurut Ayik ialah adanya Madden Jullian Oscillation (MJO) yang telah mengakibatkan perubahan angin yang lebih kencang.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
"Kalau sekarang masih masuk kemarau karena anginnya berasal dari timuran. Namun adanya MJO dan gelombang Rossby telah menyebabkan penguapan dari air laut lebih tinggi, angin juga tambah kencang, jadinya curah hujan yang terjadi juga cukup banyak. Perkiraan kita, kemarau basah berlangsung sampai akhir Juni ini," terangnya.
3. Hasil pertanian di dua lokasi rawan mengalami kerusakan
Ilustrasi sawah. ANTARA FOTO/Abriawan Abhe Untuk saat ini, pihaknya memperkirakan kemarau basah bisa membuat hasil pertanian di sepanjang lereng pegunungan tengah hingga sebagian kawasan Soloraya akan mengalami kerusakan atau puso terutama pada tanaman yang mengandalkan pasokan air yang sedikit.
"Ada potensi hasil tanaman milik petani yang hanya mengandalkan sumber air yang sedikit akan rusak dengan kondisi cuaca saat ini," ujarnya.
Sedangkan dari hasil pemantauan Stasiun Klimatologi Semarang, pada dasarian II sampai dasarian III bulan Juni diketahui curah hujan dengan kriteria menengah atau 51-150 milimeter terjadi di sebagian besar wilayah Jawa Tengah.
Baca Juga: 8 Daerah di Jateng Masuk Zona Merah COVID-19, Sekolah Jadi Tempat Isolasi