15 Anak SLB Semarang Belajar di UOB Indonesia: Pertama dalam Hidup

Bagian dari literasi keuangan yang inklusif

Intinya Sih...

  • Charisya Apta Maydian dan 14 teman SMALB Negeri Semarang belajar tentang perbankan di kantor UOB Indonesia.
  • Remaja penyandang difabel rungu dan wicara mendapatkan pengalaman pertama yang membuka wawasan baru.
  • Guru SMALB Negeri Semarang mengapresiasi inisiatif UOB Indonesia dalam meningkatkan literasi keuangan bagi anak-anak SLB.

Semarang, IDN Times – Kamis (15/8/2024) menjadi hari yang tak terlupakan bagi Charisya Apta Maydian—atau yang lebih akrab disapa Caca—dan 14 teman-temannya dari Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) Negeri Semarang. Untuk pertama kalinya, mereka mendapatkan kesempatan emas untuk belajar langsung tentang dunia perbankan di kantor UOB Indonesia, Semarang.

1. Menjadi pengalaman pertama dalam hidup

15 Anak SLB Semarang Belajar di UOB Indonesia: Pertama dalam HidupSejumlah siswa SMALBN Semarang mengunjungi kantor bank UOB Indonesia di Semarang untuk belajar mengenai perbankan, Kamis (15/8/2024). (IDN Times/Dhana Kencana)

Bagi sebagian besar remaja berusia 16 tahun itu, dunia perbankan adalah sesuatu yang asing. Sebagai penyandang difabel rungu dan wicara, akses mereka terhadap pendidikan keuangan sangat terbatas. Namun, hari itu menjadi titik balik yang membuka wawasan baru bagi mereka.

Caca, dengan antusiasme yang terpancar dari wajahnya, mengisahkan pengalaman pertamanya mengunjungi bank.

“Ini pertama kali saya datang ke bank. Awalnya saya tidak tahu apa-apa soal bank, tapi saya sangat kaget dan takjub dengan UOB. Ternyata bank ini sangat bagus dan peduli kepada kami. Banyak pengetahuan baru yang saya dapatkan, mulai dari bagaimana bank bekerja hingga teknologi digital banking. Sangat seru, apalagi petugas banknya bisa berkomunikasi dengan kami," ujar Caca.

Pengalaman yang sama dirasakan oleh Bagus, salah satu teman Caca. Dengan penuh semangat, ia bercerita tentang hal-hal baru yang ia pelajari. "Ini pertama kali saya masuk ke bank, dan saya sangat terkesan. Saya belajar banyak hal, dari cara menghitung uang menggunakan mesin, mengenal digital banking, sampai memahami fungsi kartu ATM," ungkap Bagus yang juga berusia 16 tahun.

Baca Juga: Ratu Tisha Sebut Pentingnya Literasi Keuangan Bagi Pemain Bola 

2. Pentingnya literasi keuangan bagi anak difabel

15 Anak SLB Semarang Belajar di UOB Indonesia: Pertama dalam HidupGuru SMALB Negeri Semarang, Sulis Nuryati (tengah) menjelaskan kepada sejumlah siswa SMALBN Semarang saat mengunjungi kantor bank UOB Indonesia di Semarang untuk belajar mengenai perbankan, Kamis (15/8/2024). (IDN Times/Dhana Kencana)

Kesempatan tersebut menjadi sangat berharga, mengingat rendahnya akses pendidikan keuangan bagi anak-anak SLB. Guru SMALB Negeri Semarang, Sulis Nuryati menyoroti betapa minimnya literasi keuangan di kalangan siswanya. Ia merasa bersyukur atas inisiatif yang diambil oleh UOB Indonesia.

"Ini pengalaman pertama bagi kami, dan kami sangat senang karena ada perbankan yang peduli kepada anak-anak kami. Akses terhadap pendidikan perbankan sangat penting untuk masa depan mereka. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang perbankan, mereka bisa meningkatkan kesejahteraan mereka di masa depan," jelas Sulis dengan penuh harap.

Sulis juga berharap agar kegiatan itu dapat terus berlanjut dan berkembang.

"Kami berharap, inisiatif ini berkesinambungan. Dengan begitu, anak-anak yang lulus nanti akan lebih siap dalam menghadapi dunia perbankan, dan adik-adik kelas mereka juga bisa mendapatkan pengetahuan yang sama,” akunya.

3. Komitmen untuk lebih inklusif

15 Anak SLB Semarang Belajar di UOB Indonesia: Pertama dalam HidupSejumlah siswa SMALBN Semarang mengunjungi kantor bank UOB Indonesia di Semarang untuk belajar mengenai perbankan, Kamis (15/8/2024). (IDN Times/Dhana Kencana)

Kunjungan tersebut merupakan bagian dari komitmen UOB Indonesia dalam mendukung masyarakat melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) yang berfokus pada tiga pilar utama: seni, pendidikan, dan anak-anak. Salah satu inisiatif unggulan yang telah berjalan sejak tahun lalu adalah program pelatihan bahasa isyarat bagi karyawan UOB.

Melalui program itu, lebih dari 300 karyawan UOB di berbagai kota seperti Jakarta, Bandung, dan Semarang telah dilatih bahasa isyarat. Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan karyawan dalam melayani nasabah difabel rungu dan wicara, serta memberikan keterampilan baru yang bermanfaat bagi mereka.

Head of Strategic Communications and Brand UOB Indonesia, Maya Rizano menyatakan bahwa pelatihan tersebut akan terus diperluas ke kota-kota lain seperti Surabaya dan Medan.

"Bahasa isyarat adalah keterampilan yang sangat penting, seperti belajar bahasa asing lainnya. Kami ingin karyawan kami tidak hanya mampu berkomunikasi dengan nasabah biasa, tetapi juga dengan nasabah dari komunitas tuli. Selain itu, keterampilan ini juga akan sangat membantu pengembangan pribadi karyawan kami," ujarnya.

Dengan inisiatif itu, UOB Indonesia, lanjut Maya, tidak hanya berfokus pada layanan perbankan semata, tetapi juga berupaya membangun masyarakat yang lebih inklusif dan peduli terhadap mereka yang memiliki kebutuhan khusus.

Baca Juga: DJP Berdayakan UMKM Difabel Semarang soal Keuangan dan Perpajakan

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya