Cerita Pasutri Raup Cuan dari Bisnis Undangan Digital: Dipesan Aurel dan Artis Korea

Dinda dan Indra bikin gebrakan saat pandemik

Ada hikmah di setiap kesulitan. Ungkapan tersebut tampaknya cocok untuk menggambarkan perjalanan hidup Dinda Saraswati dan sang suami, Indra. Pandemik COVID-19 tiga tahun kemarin benar-benar mengajari mereka untuk memutar otak agar dapat bertahan hidup. 

Semuanya berawal dari tahun 2020. Saat Indonesia sedang heboh dilanda pandemik, Dinda dan Indra sedang melangsungkan pernikahan. Aturan pembatasan dalam masa pandemik pun membuat mereka terkaget-kaget. 

"Bagaimana cara menciptakan first impression yang baik kepada tamu, saat itu kami sangat paham betul. Kalau orang-orang takut dengan namanya kontak fisik. Dan kami merasa wah bakalan pada takut nih kalau mereka datang di acara terutama pas registrasi menggunakan pena, gitu," kata Dinda saat konferensi pers melalui zoom belum lama ini. 



1. Sempat konsultasi ke WO dan orang tuanya

Cerita Pasutri Raup Cuan dari Bisnis Undangan Digital: Dipesan Aurel dan Artis KoreaSejumlah acara weeding yang memakai layanan undangan digital Invitato Indonesia. (IDN Times/Dok Invitato Indonesia)

Alhasil, setelah dipikir-pikir bagaimana caranya, akhirnya keduanya memutuskan mengkombinasikan kemampuan dua ide. Mereka memilih membuat undangan pernikahan digital dengan sistem QR code. 

"Ya udah, akhirnya menciptakan yang namanya website invitation, undangan berbasis website dan juga digital guestbook atau registrasi pernikahan dengan sistem QR Code," ujar Founder Invitato Indonesia ini. 

Ketika gagasan itu muncul, Dinda dan Indra berkonsultasi ke tim wedding organizer (WO) kenalannya. Tak hanya WO saja, juga berkonsultasi ke orang tuanya. Tak dinyana orangtuanya dan WO setuju dengan gagasan pemakaian undangan digital. 

"Mereka setuju dan menganggap digital guestbook bisa digunakan sebagai tracing," imbuhnya. 

2. Awalnya bikin dua konsep undangan untuk pernikahannya

Cerita Pasutri Raup Cuan dari Bisnis Undangan Digital: Dipesan Aurel dan Artis KoreaLayanan undangan digital milik invitato Indonesia. (IDN Times/Dok Invinato Indonesia)

Di saat orang-orang belum familiar, ia menganggap penggunaan undangan digital punya tantangan tersendiri. Terlebih lagi di Jawa Tengah terutama Semarang belum pernah ada pernikahan yang memakai undangan digital. 

Meski menciptakan undangan digital, mereka awalnya tetap membuat undangan fisik, namun di dalamnya tersedia QR Code.

"Kami kemudian kombinasikan undangan fisik dan website invitation. Jika undangan cetak itu dikasihkan kepada tamu orang tua dan tetangga, sedangkan yang digital untuk teman-teman. Cuman tamu undangan fisik juga bisa scan QR Code di hari H. Karena, QR Code-nya diselipkan ke dalam undangan fisik mereka masing-masing. Jadi ketika tamu datang, mereka tinggal menunjukkan kartu QR Code  itu ke registrasi tanpa menulis dengan pena," jelasnya.

Alasannya membuat dua versi undangan pernikahan itu, Dinda mengungkapkan  jika  untuk menerapkan digital, ia sebut tidak semua usia bisa sepenuhnya menerapkan hal itu, terutama para lansia. 

"Tetapi beda lagi untuk generasi orang tua, nenek, kakek saya nggak bisa dipaksakan untuk bisa berteman dengan digital. Karena itu, kami berikan solusi bikin undangan fisik dengan dilengkapi QR Code yang dicetak juga. Sehingga mereka bisa mengenal dengan pelan-pelan, bukan tiba-tiba terbiasa konvensional di switch menjadi digital dan pastinya akan kaget terkesan tidak friendly bagi mereka," katanya.

Semula tak ada di pikirannya untuk membuat undangan digital jadi bisnis. Lantaran, ia bersama suaminya agar pernikahannya berjalan dengan lancar tanpa kendala melalui kemampuannya di bidang start-up.

Ia menuturkan setelah pernikahan selesai, mulai bermunculan pesanan dari vendor yang dipercaya menangani saat pesta pernikahannya. 

"Setelah pernikahan kami selesai, nggak ada planning untuk menjadi bisnis. Kita masih bekerja di sebuah company masing-masing. Tetapi kita mendapatkan beberapa pesanan dari vendor Semarang, entah dari vendor yang menangani pernikahan kami atau tidak menghubungi untuk membuatkan kliennya. Bahkan, saat itu kita belum punya patokan pricelist yang pasti. Dan juga pesanan masih mulut ke mulut antara sesama vendor yang merekomendasikan order ke kami," paparnya.

3. Pilih resign dari pekerjaannya

Cerita Pasutri Raup Cuan dari Bisnis Undangan Digital: Dipesan Aurel dan Artis Koreailustrasi scan barcode Wi-Fi (Freepik.com)

Setelah dirasa punya keberanian untuk mengelola sitem undangan digital menjadi sebuah bisnis, Dinda akhirnya memilih resign dari pekerjaannya. Ia pun coba-coba membuat akun Instagram Invitato Indonesia. Ternyata membuahkan hasil hingga memiliki karyawan.

"Saya anaknya cukup nggak bisa diam usai resign dari pekerjaan. Dan saat itu belum punya momongan, lalu iseng bikin Instagram Inivitato dan belum ada planning akan berkembang seperti sekarang, sampai punya karyawan," akunya. 

Bahkan tahun pertama Invitato hadir di Instagram, ia mendapatkan orderan dari calon pengantin dari luar negeri atau tepatnya di Loss Angeles.

"Inget banget tahun pertama Invitato, sudah mendapatkan order klien dari Los Angeles. Kami happy banget, artinya keberadaan kami diterima. Produk yang awalnya dibuat tidak sengaja bisa diterima baik di mata masyarakat, dan membuat kita semangat. Ternyata ini peluang bisnis yang baik, meskipun hadir dalam ketidaksengajaan," ungkap Dinda.

4. Dapat pelanggan dari Semarang sampai luar negeri

Cerita Pasutri Raup Cuan dari Bisnis Undangan Digital: Dipesan Aurel dan Artis KoreaScan QR untuk pembayaran (Dok. Pinterest)

Dinda berkata lama-lama ia kebanjiran orderan dari banyak orang. Pelanggannya berdatangan dari Semarang, Jabodetabek, Yogyakarta, Solo sampai luar negeri.

Saat ditanya apa bedanya layanan offline dengan online, katanya, jika layanan offline itu timnya akan datang beserta Device QR Scanner untuk disediakan di tempat pernikahan kliennya.

Sedangkan online, Dinda hanya menyediakan sistem undangannya saja. Untuk Device QR Scanner, kliennya yang menyediakan sendiri. Atau bisa menggunakan alat scanner yang disediakan di ponsel atau laptop, sehingga hal ini memudahkan kliennya. 

"Akhirnya sekarang Invitato tersebar di berbagai kota, misalkan di Kota Semarang, Jabodetabek, Yogyakarta, Solo, luar Jawa hingga luar negeri. Dengan cara bisa dinikmati secara offline maupun online," tambahnya.

5. Artis Korea ikut pesan undangan digital

Cerita Pasutri Raup Cuan dari Bisnis Undangan Digital: Dipesan Aurel dan Artis Koreabuka puasa geng Mamayu (Instagram.com/aurelie.hermansyah)

Menurutnya, layanan online juga ramai dipesan calon pengantin di luar negeri untuk dibuatkan undangan  pernikahan digital. Di antaranya Australia, Korea, Malaysia, Belanda, serta  Amerika yang ramai memesan di Invitato Indonesia.

Para pemesan umumnya berasal dari warga Indonesia yang menikah di luar negeri. Mereka kebanyakan melihat produk Dinda di instagram dan website. 

"Biasanya kalau dibeli oleh klien- klien kami di luar Indonesia, website invitation saja, undangannya saja. Jadi undangan ini kan, tidak memerlukan kami datang secara fisik. Mereka di luar negeri bisa mendapatkan produk kami juga. Meskipun mereka jauh di Amerika, Eropa, Australia, mereka tetap bisa mendapatkan layanan kami," katanya.

Beberapa artis dalam negeri maupun luar negeri pun ikut memesan di Invitato Indonesia. Mulai dari perayaan ulang tahun Ameena yang merupakan buah hati dari Aurelie Hermansyah dan Atta Halilintar sampai ulang tahun anaknya Lee Jeong Hoon yang merupakan aktor Korea Selatan.

"Kami sangat bersyukur Ternyata  publik figur ini bisa mempercayai invitato. Bisnis yang enggak disengaja sekarang dipercaya juga oleh banyak orang," katanya. 

Baca Juga: Gerakan Literasi Digital Sasar Pelajar SD di Cilacap

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya