Dollar AS Menguat, Pengusaha Eksportir Sambut Positif

Memprediksi akan berlangsung lama

Surakarta, IDN Times - Kenaikan dollar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah mendapat respon positif bagi para pengusahan eksportir. Salah satu sektor yang mandapat berkah dari naiknya dollar AS yakni sektor eksportir furniture.

Baca Juga: Kadin Solo Dorong Aglomerasi Soloraya yang Jadi Impian Pengusaha

1. Dampak positif bagi para eksportir

Dollar AS Menguat, Pengusaha Eksportir Sambut PositifPengusaha Eksportir Mebel yang juga Ketua Umum Sekabel (Sedulur Kayu dan Mebel) Indonesia, Setyo Wisnu Broto. (IDN Times/Larasati Rey)

Pengusaha Eksportir Mebel yang juga Ketua Umum Sekabel (Sedulur Kayu dan Mebel) Indonesia, Setyo Wisnu Broto mengaku kenaikan dollar mendapat respon positif, menurutnya fenomena ini dinilai cukup menarik.

"Kalau kita melihat saat ini dapat dikatakan ada sebuah fenomena yang cukup menarik, dimana Dolar Amerika mengalami penguatan. Ini semua memang di Amerika untuk serapan lapangan kerja lagi naik , kemudian The Fed juga dapat dikatakan masih menjaga suku bunganya," jelasnya saat ditemui, Rabu (19/6/2024).

Setyo mengatakan efek dari menguatnya dollar AS ini menjadi sangat berdampak emerging country atau emerging market (pasar negara berkembang) seperti indonesia. Bagi eksportir hal ini merupakan keuntungan.

"Bagi eksportir jadi blessing ya karena semakin tinggi kurs nya US Dolar (USD) akan berdampak positif bagi eksportir," katanya.

2. Berharap ada peningkatan ekspor.

Dollar AS Menguat, Pengusaha Eksportir Sambut Positifilustrasi ekspor-impor menggunakan kapal (pexels.com/Pixabay)

Setyo mengatakan jika nilai ekspor furnitur tahun lalu, mengalami penurunan hingga 28 persen. Dari 2,5 miliar USD turun menjadi 1,8 miliar USD untuk semua produk furnitur. Hal itu disebabkan karena dampak ekspansi perang di Rusia-Ukraina dan beberapa wilayah di timur tengah.

"Dengan adanya kenaikan kurs Dolar ini kita berharap daya saing produk kita, efek secara langsung akan semakin baik. Sehingga diharapkan akan ada peningkatan," jelasnya.

Pasar mebel Indonesia sendiri saat ini masih struggle (berjuang) untuk pulih dari menurunnya nilai ekspor tahun lalu. Namun adanya penguatan dollar manjadi angin segar bagi para pengusaha.

"Dengan adanya kenaikan kurs US Dollar terhadap rupiah, yang hari ini sudah menembus di Rp16.350 sampai Rp16.360 ini cukup menarik sehingga nilai tukar kita mempengaruhi terhadap daya saing," imbuhnya.

3. Memprediksi kondisi akan berjalan lama.

Dollar AS Menguat, Pengusaha Eksportir Sambut Positifcnbc

Kondisi ini, menurutnya bakal berlangsung lama. Untuk pasar ekspor mebel dari Indonesia, saat ini masih didominasi ke negara-negara Eropa, Amerika, Australia dan Jepang.

Tetapi saat ini sejumlah negara seperti UK dan Jepang mengalami krisis. Untuk itu, pasar ekspor mebel mulai bergeser ke Eropa Timur dan Amerika Latin.

"Termasuk ke Timur Tengah, beberapa negara sudah oke seperti Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, serta Afrika, permintaan mengalami kenaikan. Ini satu peluang bagi kita sebenarnya," katanya.

Indonesia memiliki keuntungan karena saat ini masih termasuk negara berkembang untuk ekonomi. Sedangkan negara lain sudah mengalami resesi. Tetapi, yang menjadi masalah adalah bank relatif sulit untuk memberikan kredit terutama untuk industri kayu. Sehingga akselerasi kurang cepat.

"Makanya kemarin kita ada terobosan membuat kawasan ekonomi khusus industri kayu, ini yang sedang disiapkan Presiden Jokowi. Ini nanti jadi terobosan, apalagi Indonesia sekarang sudah keluar dari 10 besar negara eksportir dunia," pungkasnya.

Baca Juga: Sang Pisang Tutup, Usaha Kaesang di Solo Kini Tak Lagi Beroperasi

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya