BEI: 90 persen Perusahaan di Jateng Adalah Family Business

Perusahaan bisnis keluarga akan sulit untuk go public

Semarang, IDN Times - Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mendorong sejumlah perusahaan di Jawa Tengah untuk melakukan go public atau menjadi perusahaan terbuka. Selain bisa mendapatkan manfaat permodalan, perusahaan tersebut diyakini bisa lebih berkembang.

Meski begitu, Kepala Kantor BEI Perwakilan Semarang, Fanny Rifqi mengungkapkan bahwa perusahaan di Jateng justru didominasi family business atau usaha keluarga. Hal tersebut kerap menghambat suatu perusahaan untuk go public.

Baca Juga: Millennials, Begini Caranya Uang Receh Jadi Investasi di Pasar Modal

1. Perusahaan di Jawa Tengah sangat potensial

BEI: 90 persen Perusahaan di Jateng Adalah Family BusinessANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Menurut Fanny, potensi sejumlah perusahaan di Jawa Tengah untuk go public sangat besar. Jateng menjadi prioritas setelah perusahaan-perusahaan di Jabodetabek, Jawa Timur, dan Jawa Barat.

"Jateng sangat potensial dan layak. Paling banyak perusahaan di bidang manufaktur dan konsumer," ujar Fanny saat dikonfirmasi IDN Times, Selasa (16/7).

Meskipun perusahaan di Jateng didominasi dua sektor industri tersebut, ironisnya justru perusahaan bidang properti dan obat yang sudah melakukan Initial Public Offering (IPO) dan menjadi perusahaan terbuka.

2. Perusahaan family bussiness sulit go public

BEI: 90 persen Perusahaan di Jateng Adalah Family BusinessANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

Fanny mengungkapkan faktor belum banyaknya perusahaan yang belum melakukan go public di Jawa Tengah lantaran perusahaan tersebut adalah family business atau bisnis keluarga.

"Sembilan puluh persen adalah family business. Jadi akan susah. Karena perusahaan dengan model seperti itu identik dengan tidak profesional," imbuhnya.

Namun BEI terus melakukan edukasi kepada perusahaan yang potensial bisa go public. Sebab menjadi perusahaan go public persyaratannya tidak sulit.

"Perusahaan-perusahaan yang pernah ikut workshop (BEI) itu yang sudah IPO. Syaratnya harus rapi saja, pencatatan asetnya dan laporan keuangannya harus teraudit. Hanya itu saja," tambah Fanny.

3. Kemudahan syarat perusahaan go public

BEI: 90 persen Perusahaan di Jateng Adalah Family BusinessANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Dari data BEI Perwakilan Semarang, jumlah emiten di Jawa Tengah pada 2018 terdapat tiga perusahaan yang sudah melakukan Initial Public Offering (IPO). Mereka adalah PT Dafam Property Indonesia Tbk (DFAM), PT Kota Satu Properti Tbk (SATU), dan PT Phapros Tbk (PEHA). Ketiganya merupakan perusahaan asli Jawa Tengah, yang resmi melantai di bursa saham.

BEI menargetkan penambahan emiten di tahun 2019 sebanyak dua perusahaan. Namun hingga bulan Juni tercatat sudah satu perusahaan yang telah go public, yaitu PT Golden Flower Tbk (POLU) yang bergerak di bidang garmen.

Dengan go public-nya perusahaan, tambah Fanny, perusahaan menjadi terbuka dan lebih transparan untuk laporan keuangan serta asetnya. Selain ada terdapat tambahan modal dari lantai bursa.

"Kalau modal dari bank itu kan utang. Kalau pasar modal adalah modal kepemilikan," tutupnya.

Baca Juga: Investasi Pasar Modal di Jateng Didominasi Para Millennial

Topik:

  • Dhana Kencana
  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya