Pemasangan Chattra Dikhawatirkan Kurangi Keaslian Candi Borobudur

Chattra peninggalan Van Erp diperkirakan stupa perabuan

Magelang, IDN Times - Polemik rencana pemasangan chattra di puncak stupa utama Candi Borobudur kembali mengemuka. Rencana pemasangan chattra di candi Borobudur telah beredar di sejumlah komunitas sejarah.

Pemasangan struktur menyerupai payung di stupa utama Candi Borobudur ini menimbulkan perdebatan. Para arkeolog berpendapat chattra yang pernah dipasang Theodoor van Erp yang memimpin pemugaran Candi Borobudur tahun 1907-1911 di Candi Borobudur tak bisa dipasang mengingat keaslian batu penyusunnya masih diragukan.

Chattra atau payung memiliki catatan sejarah dan dasar filosofi yang sangat mendalam di dalam Buddhisme, di Candi Borobudur relief yang menggambarkan adanya payung atau chattra salah satunya yakni pada relief Gandawyuha. Dan pemasangan chattra oleh van Erp kemungkinan terinspirasi dari Relief Gandawyuha di lorong 2 Candi Borobudur.

Relief Gandawyuha pada Candi Borobudur merupakan teks keagamaan yang merepresentasikan puncak spiritual seorang peziarah dalam mempelajari pengetahuan tertinggi. Relief tersebut dipahatkan pada dinding dan pagar langkan Candi Borobudur. Sebanyak 460 panil yang dimulai pada dinding lorong II dan berakhir pada dinding lorong IV.

Baca Juga: Apa Itu Chattra? Fakta Payung yang Akan Dipasang di Puncak Candi Borobudur

1. Relief Bhadracari memperlihatkan Candi Borobudur tidak berchattra

Pemasangan Chattra Dikhawatirkan Kurangi Keaslian Candi BorobudurCandi Borobudur. (Dok. InJourney)

Hari Setiawan arkeolog dari Balai Konservasi Borobudur mengatakan berdasarkan relief di lorong empat atau galeri keempat Candi Borobudur di sisi selatan yakni di panel nomor 13 dari relief Gandawyuha yang juga disebut sebagai Bhadracari memperlihatkan relief stupa yang mirip dengan stupa induk Candi Borobudur tanpa adanya chattra di atasnya.

"Proporsinya sangat mirip dengan stupa induk dengan bagian-bagian pelipit yang mirip dengan stupa induk dan dasar padma yang sekarang kita bisa lihat di stupa induk Candi Borobudur. Sehingga pada Desember 1911 peresmian purna pugar Candi Borobudur pada pemugaran yang pertama ini sudah resmi sudah mantap bahwa memang candi Borobudur itu tidak berchattra," jelasnya dilansir dari media sosial konservasi Borobudur.

Hari mengatakan struktur chattra yang sebelumnya dipasang oleh Van Erp di puncak stupa induk Candi Borobudur sebelum akhirnya diturunkan kembali merupakan struktur dari stupa perabuan atau stupa pemakaman yang ditemukan berada di sekitar Candi Borobudur.

Ini menurut Hari dibuktikan saat merokonstruksi chattra Van Erp menggambar strukturnya dengan garis terputus-putus yang artinya menurut Hari, Van Erp sendiri tidak mantap dengan rekonstruksinya tersebut. "Dari beberapa referensi yang kita baca dan Van Erp kita ketahui dia menyesal telah memasangkan chattra pada stupa induk Candi Borobudur," kata Hari. 

2. Pemasangan chattra bisa mengurangi keaslian dari Candi Borobudur

Pemasangan Chattra Dikhawatirkan Kurangi Keaslian Candi BorobudurPotret Candi Borobudur (pexels.com/id)

Ditambah lagi saat pemugaran berlangsung asisten Van Erp yakni JJ de Vink menyampaikan laporan bahwa pada sekitar Candi Borobudur ditemukan struktur bata yang disinyalir merupakan struktur bata bagian dari stupa perabuan atau stupa pemakaman.

Pendapat tersebut diperkuat dengan dengan ditemukannya tiga lubang berdiameter sekitar 56 cm yang berisikan bejana logam yang digunakan untuk menyimpan abu, diduga kuat merupakan tokoh religius yang hidup di abad 8-10 masehi dan melakukan prosesi di Borobudur.

Menurutnya pemasangan chattra bisa mengurangi keaslian dari desain asli Candi Borobudur. Yakni memasang sebuah struktur yang tidak asli dan tidak dapat dipertanggungjawabkan keasliannya sebagaimana diatur dalam undang-undang nomor 11 tahun 2010 tentang cagar budaya.

"Kita junjung tinggi sebagai sebuah heritage, sebuah pusaka jangan sampai kita melakukan hal-hal yang mengurangi keaslian dari desain asli Candi Borobudur ini karena akan mendowngrade, mendegradasi budaya kita yang sudah maju secara filosofis pada masa lalu," katanya.

3. Bimas Agama Buddha gandeng BRIN susun DED pemasangan chattra Candi Borobudur

Pemasangan Chattra Dikhawatirkan Kurangi Keaslian Candi BorobudurIbadah pradaksina dilakukan dengan cara mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali. (commons.wikimedia.org/Heri nugroho)

Terkait rencana pemasangan chattra di Candi Borobudur Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha telah melakukan kajian yang melibatkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk penyusunan Dokumen Rencana Detail Engineering Design (DED), pada 28 Agustus 2024 telah dilakukan rapat koordinasi penyusunan DED ini dihadiri oleh dihadiri Deputi Kebijakan Pembangunan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), beserta Tim Teknis, serta Perwakilan dari Kementerian/Lembaga seperti dari Menko PMK, PUPR, Menkopulkukam, Balai Pelestarian Kebudayaan, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Perwakilan dari Musium Candi Borobudur, Yayasan Buddha Tzu Chi. PUPR, para praktisi dan steak holder lainnya.

“Hari ini akan dilakukan penyempurnaan dan penyusunan secara utuh atas rencana pelaksanaan studi teknis dan DED dan diharapkan nanti setidaknya pada tanggal 1 september sudah bisa dilakukan studi teknis atas chattra dilokasi dimana batu-batu atau bahan material yang akan jadikan chattra dapat disepakati bentuk dan materialnya oleh umat buddha Indonesia,” jelas Supriyadi, Dirjen Bimas Buddha, dilansir dari website resmi Bimas Budhha Kemenag RI, Rabu (26/08/2024).

Dirjen berharap dengan pertemuan ini dapat disusun satu dokumen yang utuh dan akan nanti dijadikan pijakan atau pedoman bagi kita untuk dilakukan pelaksanaan riset atau studi teknis dan DED atas chattra pada candi Borobudur.

Baca Juga: Polemik Chattra Candi Borobudur, Antara Aspek Arkeologis dan Spiritual

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya