10 Mitos Seputar Imlek yang Masih Dipercaya Masyarakat Tionghoa

Masyarakat Tionghoa punya banyak mitos terkait dengan Imlek

Tahun Baru China atau imlek merupakan salah satu perayaan yang paling penting bagi masyarakat Tionghoa di seluruh dunia. Selain merayakan pergantian tahun berdasarkan kalender lunar, yaitu sistem penanggalan China yang didasarkan pada peredaran lunar atau bulan. Tahun Baru Imlek juga ternyata dipenuhi dengan mitos dan kepercayaan yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Menariknya, mitos-mitos ini masih dipercaya dan dijaga dengan kuat oleh masyarakat Tionghoa dari zaman dahulu hingga sekarang. Kepercayaan ini menjadi bagian integral dari budaya dan tradisi mereka, mencerminkan kekayaan warisan budaya yang unik. Mengutip dari PANTUN: Jurnal Ilmiah Seni Budaya (2017) dan beberapa sumber, berikut ini beberapa mitos yang masih dipercaya dan dilestarikan hingga saat ini dalam perayaan Tahun Baru Imlek.

1. Menyuguhkan makanan khas Imek

10 Mitos Seputar Imlek yang Masih Dipercaya Masyarakat Tionghoailustrasi jeruk khas Imlek (Unsplash.com/Alexander Grey)

Dilansir UI Library, makanan mempunyai peran penting dalam tradisi dan kebudayaan Tionghoa terutama dalam segi sosial dan religi dari zaman dahulu sampai sekarang. Salah satu tradisi makanan yang menarik saat perayaan Imlek adalah menyuguhkan 12 jenis makanan yang melambangkan 12 macam shio. Setiap hidangan ini memiliki makna simbolis yang mendalam bagi orang yang menyantapnya.

Beberapa contoh makna simbolis dari makanan tersebut adalah lapis legit yang melambangkan rezeki berlapis-lapis, jeruk yang melambangkan kekayaan dan kemakmuran, mie yang melambangkan rezeki dan kebahagiaan yang panjang dan tidak ada habisnya, ikan yang melambangkan kelimpahan dan keberuntungan, serta bebek atau ayam utuh yang melambangkan kebebasan dan kesuksesan. Sebelum menyantapnya, seluruh keluarga berkumpul untuk berdoa bersama dengan penuh harapan dan kebahagiaan.

2. Membersihkan rumah sebelum Imlek

10 Mitos Seputar Imlek yang Masih Dipercaya Masyarakat Tionghoailustrasi menyapu (Pexels.com/Rodnae Productions)

Menjelang perayaan Imlek, penting untuk memastikan bahwa rumah dalam keadaan benar-benar bersih. Tradisi membersihkan rumah sebelum Imlek memiliki makna simbolis yang dalam. Rumah harus dalam keadaan bersih sebelum tengah malam menjelang Imlek, karena membersihkan rumah pada hari pertama tahun baru dianggap terlarang.

Selain untuk tujuan estetika dan kebersihan, membersihkan rumah menjelang perayaan Imlek melambangkan membersihkan diri dari keburukan dan kesalahan di tahun yang lalu, serta menyambut kedatangan keberuntungan dan kesuksesan di tahun yang baru. Hal ini mencerminkan prinsip bahwa keadaan fisik rumah yang bersih dan teratur menciptakan suasana yang harmonis dan menyambut energi positif dalam kehidupan sehari-hari.

3. Membersihkan rumah saat Imlek

10 Mitos Seputar Imlek yang Masih Dipercaya Masyarakat Tionghoailustrasi mencuci baju (Pexels.com/RDNE Stock project)

Terdapat tradisi khusus yang dilarang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa. Salah satu larangan yang ditegakkan dengan kuat adalah larangan menyapu dan mengepel lantai rumah, serta mencuci piring dan baju pada hari Imlek. Hal ini dipercaya bahwa tindakan tersebut bisa menghilangkan seluruh berkah tahun baru yang ada di dalam rumah.

Meskipun menyapu dan mengepel lantai merupakan aktivitas yang umum dilakukan untuk menjaga kebersihan rumah. Saat perayaan Imlek, masyarakat Tionghoa meyakini bahwa energi positif dan keberuntungan yang terkandung di dalam rumah harus dipertahankan dan tidak boleh diusik dengan membersihkan lantai.

4. Mendekorasi rumah dengan warna merah

10 Mitos Seputar Imlek yang Masih Dipercaya Masyarakat Tionghoailustrasi lampion merah (Unsplash.com/Karson Chan)

Warna merah memainkan peran penting dalam budaya Tionghoa, khususnya dalam perayaan Imlek. Ornamen-ornamen khas Imlek, seperti lampion merah dan kertas merah yang berisi kalimat-kalimat atau kata-kata baik juga digantung dan ditempelkan di pintu masuk rumah.

Bagi masyarakat Tionghoa, warna merah melambangkan kesejahteraan, kekuatan, dan keberuntungan. Penggunaan warna merah dalam dekorasi rumah diharapkan bisa membawa keberuntungan dan kegembiraan di tahun baru. Selain itu, dekorasi merah juga menciptakan suasana yang ceria dan membangkitkan semangat dalam menyambut perayaan Imlek.

Baca Juga: Tok Panjang Jadi Tradisi Imlek di Semarang, Jaga Kerukunan Warga  

5. Menyiapkan pakaian atau penampilan baru

10 Mitos Seputar Imlek yang Masih Dipercaya Masyarakat Tionghoailustrasi pakaian berwarna merah (Pexels.com/cottonbro studio)

Masyarakat Tionghoa percaya bahwa tampilan baru dalam bentuk pakaian baru adalah simbol optimisme dan semangat menyambut masa depan yang lebih baik. Penampilan yang baru dan segar dipercaya sebagai pembaruan diri untuk perubahan yang positif.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Pakaian yang dipakai saat Imlek umumnya memiliki warna terang dan cerah, seperti warna merah. Pakaian berwarna cerah ini melambangkan harapan untuk tahun baru yang penuh dengan kegembiraan, keberuntungan, serta kesuksesan dalam segala aspek kehidupan.

6. Melunasi utang

10 Mitos Seputar Imlek yang Masih Dipercaya Masyarakat Tionghoailustrasi membayar utang (Pexels.com/Karolina Grabowska)

Membayar utang memiliki makna khusus, terutama menjelang tahun baru Imlek. Menjelang perayaan Imlek, tradisi yang dipegang teguh oleh masyarakat Tionghoa adalah melunasi atau mengurangi jumlah utang yang dimiliki. Hal ini dilakukan dengan harapan agar di tahun yang akan datang, tidak ada lagi yang terbebani dengan permasalahan utang piutang.

Masyarakat Tionghoa percaya bahwa membayar utang sebelum tahun baru merupakan tanda tanggung jawab finansial yang baik dan membuka jalan untuk keberuntungan dan kemakmuran di masa depan. Bebas dari beban utang saat perayaan Imlek berarti memberikan kesempatan bagi diri sendiri untuk memulai tahun baru dengan beban yang lebih ringan dan harapan yang lebih cerah.

7. Menghindari membalik ikan saat makan

10 Mitos Seputar Imlek yang Masih Dipercaya Masyarakat Tionghoailustrasi olahan ikan (Unsplash.com/Alex Teixeira)

Saat perayaan Imlek, terdapat pantangan khusus yang berkaitan dengan makanan, salah satunya adalah pantangan membalik ikan. Menariknya, jika ingin mengambil daging ikan dari sisi lain, posisinya harus tetap dipertahankan, misalnya dengan mengangkat bagian tulang, ekor, atau kepala tanpa harus membalikan bagian ikan yang masih utuh.

Selain itu, ikan juga tidak boleh habis dan harus disisakan untuk acara makan keesokan harinya. Pantangan ini memiliki makna yang mendalam dalam tradisi Tionghoa. Membiarkan ikan tetap utuh dengan posisi yang tidak berubah melambangkan harapan akan adanya surplus atau kelebihan dalam tahun yang akan datang.

8. Menghindari makan bubur

10 Mitos Seputar Imlek yang Masih Dipercaya Masyarakat Tionghoailustrasi bubur ayam (Twitter.com/bobmubarok)

Bubur rupanya merupakan makanan pantangan yang sebaiknya tidak dikonsumsi saat Imlek. Hal ini disebabkan oleh persepsi bahwa bubur merupakan simbol kemiskinan. Meskipun bubur adalah makanan yang umum dikonsumsi sehari-hari, tetapi pada saat perayaan Imlek, masyarakat Tionghoa menghindari menyantap bubur sebagai bagian dari tradisi dan keyakinan mereka.

Bubur dianggap sebagai makanan yang sederhana dan sering kali dikonsumsi oleh orang-orang dengan kondisi ekonomi yang kurang baik. Dalam rangka merayakan Imlek yang penuh harapan dan keberuntungan, masyarakat Tionghoa lebih memilih menyajikan dan menikmati hidangan-hidangan lain yang melambangkan kemakmuran dan kelimpahan.

9. Pertunjukan Barongsai dan Liong

10 Mitos Seputar Imlek yang Masih Dipercaya Masyarakat Tionghoailustrasi pertunjukan barongsai (Pexels.com/Mick Haupt)

Liong Naga dan Barongsai adalah bagian tak terpisahkan dari tradisi perayaan Imlek bagi masyarakat Tionghoa. Dalam kepercayaan mereka, Barongsai dan Liong merupakan simbol suci untuk masyarakat Tionghoa yang melambangkan kebahagiaan dan kesenangan. Pertunjukan tarian singa dan naga ini dipercaya memiliki kekuatan untuk membawa hoki dan keberuntungan.

Selain membawa keberuntungan, masyarakat Tionghoa percaya bahwa kehadiran Barongsai dan Liong bisa mengusir roh jahat yang berniat mengganggu. Oleh karenanya, banyak perusahaan atau perorangan yang mengundang atraksi Barongsai dan Liong pada acara tahun baru mereka. Selain itu, artraksi Barongsai dan Liong mampu menghadirkan atmosfer positif yang memenuhi perayaan Imlek.

10. Memberi angpao

10 Mitos Seputar Imlek yang Masih Dipercaya Masyarakat Tionghoailustrasi memberi angpao (Pexels.com/RDNE Stock project)

Tradisi memberikan angpao dalam perayaan Imlek memiliki kaitan erat dengan transfer energi dan kesejahteraan. Bagi masyarakat Tionghoa, memberikan angpao merupakan salah satu cara untuk berbagi keberuntungan dan memberikan rezeki kepada orang lain. Namun, terdapat beberapa aturan dan mitos yang mengiringi praktik ini.

Bagi mereka yang sudah berkeluarga, memberikan angpao kepada orang tua dan anak-anak dianggap sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan. Hal ini melambangkan penghormatan kepada generasi sebelumnya dan memberikan dukungan finansial kepada generasi mendatang. Sedangakan bagi mereka yang belum menikah, disarankan untuk tidak memberikan angpao. Mitos yang berkembang mengatakan bahwa si pemberi angpao yang belum menikah akan dijauhkan dari jodohnya jika melakukannya.

Masih banyak mitos-mitos seputar perayaan Imlek yang masih dipercaya dan dipegang teguh oleh masyarakat Tionghoa hingga saat ini. Mitos-mitos tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan, mengingatkan mereka akan nilai-nilai keluarga, keberuntungan, dan harapan untuk tahun baru yang lebih baik.

Baca Juga: 3 Resep Masakan Untuk Imlek Berbahan Dasar Ikan, Bawa Keberuntungan

Alfian Nurhidayat Photo Community Writer Alfian Nurhidayat

Strive for progress

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya