Inspirasi dari Ika Yudha, Penggagas Sedekah Sampah Tukar Sembako

Sosok Kartini pengelola bank sampah dari Semarang

Semarang, IDN Times - Perjuangan pahlawan nasional, RA Kartini tidak berhenti begitu saja setelah dia wafat. Tekad Kartini untuk memperjuangkan emansipasi terus langgeng melalui para perempuan yang bekerja keras dan berdaya di tengah kehidupan modern seperti sekarang. 

1. Manfaatkan sampah plastik untuk berkreasi

Inspirasi dari Ika Yudha, Penggagas Sedekah Sampah Tukar SembakoIka Yudha Kurniasari bekerja di rumahnya yang menjadi Bank Sampah Resik Becik di Jalan Cokrokembang No 11, Kelurahan Krobokan, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Figur Kartini masa kini itu dapat dilihat dari sosok Ika Yudha Kurniasari. Perempuan berusia 51 tahun itu menginspirasi melalui kecintaannya melestarikan lingkungan dengan mengelola sampah.

Sudah 12 tahun sejak 2012, Ika mendirikan Bank Sampah Resik Becik di Jalan Cokrokembang No 11, Kelurahan Krobokan, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang. Ia merelakan tempat tinggalnya untuk menampung dan mengelola sampah dari para warga di Ibu Kota Jawa Tengah.

Semua itu berawal dari keinginan Ika dan para perempuan di sekitar rumahnya untuk membuat kerajinan tangan. Kemudian, dia berpikir untuk memanfaatkan sampah plastik bekas kemasan makanan dan minuman.

‘’Kita kumpulin sampah kemasan. Sampai woro-woro ke tetangga kalau punya sampah kemasan diantar ke rumah saya ya. Aktivitas saya itu sampai diketahui teman yang kerja di pemerintahan dan punya program pemberdayaan. Akhirnya, dia mengajak saya untuk mendirikan bank sampah,’’ tuturnya saat ditemui IDN Times, Jumat (19/4/2024).

2. Terus eksekusi ide-ide segar untuk kelola sampah

Inspirasi dari Ika Yudha, Penggagas Sedekah Sampah Tukar SembakoIka Yudha Kurniasari bekerja di rumahnya yang menjadi Bank Sampah Resik Becik di Jalan Cokrokembang No 11, Kelurahan Krobokan, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Pada waktu itu di Kota Semarang baru ada empat bank sampah yang beroperasi. Kemudian, Bank Sampah Resik Becik yang dikelola Ika bersama ibu-ibu di wilayah Krobokan belajar dengan Lazis Jateng dan Bank Sampah Gemah Ripah di Bantul.

Seiring waktu Bank Sampah Resik Becik berjalan seperti umumnya bank sampah lain, yaitu menerima sampah dari warga, lalu ada akad mereka akan mendapat nomor rekening sebagai tanda mereka menabung, dan suatu saat mereka bisa mencairkan menjadi uang.

‘’Sampah-sampah dari warga itu kemudian kami pilah, mana yang bisa dikreasi mana. Kalau yang tidak bisa dimanfaatkan ya kami jual ke pengepul dan hasilnya untuk tabungan nasabah bank sampah,’’ jelas ibu beranak lima itu.

Namun, tak puas hanya menerima sampah dari warga dan mengelolanya pada umumnya, Ika terus bergerak, berkreasi dan mengeksekusi ide-ide segar. Upaya ini untuk terus mendorong masyarakat agar mengubah mindset terhadap sampah dan turut melestarikan lingkungan.

Baca Juga: Sampah Banjir Menumpuk, Petugas Bersihkan Water Intake PLTGU Tambaklorok

3. Mindset masyarakat terkait sampah masih rendah

Inspirasi dari Ika Yudha, Penggagas Sedekah Sampah Tukar SembakoBank Sampah Resik Becik yang dikelola Ika Yudha Kurniasari di Jalan Cokrokembang No 11, Kelurahan Krobokan, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang.
Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

‘’Ya, ini karena mindset masyarakat terkait sampah masih rendah. Yang paling sederhana adalah urusan memilah sampah. Gerakan ini masih sulit diterapkan oleh warga di rumah masing-masing. Padahal, sampah tercampur itu berbahaya lho, bisa meledak,’’ kata istri dari Rifki Abdurrahman itu.

Maka, Ika bersama Bank Sampah Resik Becik mengembangkan ide-ide dalam mengelola sampah dan melestarikan lingkungan. Adapun, program terbaru yang digagas Ika adalah sedekah sampah tukar sembako.

Perempuan kelahiran Kota Semarang ini terinspirasi dari program Jogo Tonggo saat pandemik COVID-19. Ika mengelola sampah dari warga yang tidak peduli dengan harga sampahnya untuk dijadikan sebagai donasi. Dari sampah donasi itu ia membuat paket mini sembako yang disalurkan kepada warga yang tidak mampu secara ekonomi.

Namun, untuk mendapatkan paket mini sembako itu, warga yang tidak mampu itu harus menebus dengan sampah untuk disetorkan ke Bank Sampah Resik Becik. Program sedekah sampah tukar sembako ini sudah berjalan sejak tahun 2021 dan diselenggarakan tiap hari Jumat minggu terakhir setiap bulannya.

4. Warga tidak mampu antusias antre sembako

Inspirasi dari Ika Yudha, Penggagas Sedekah Sampah Tukar SembakoIka Yudha Kurniasari bekerja di rumahnya yang menjadi Bank Sampah Resik Becik di Jalan Cokrokembang No 11, Kelurahan Krobokan, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

‘’Akhirnya, kami bisa kelola yang kalangan menengah ke atas kami kejar donasinya dan kalangan menengah ke bawah kami jadikan sasaran penerima manfaat. Tapi kami ajarin nih para penerima manfaat, karena urusannya sama bank sampah mereka tidak bisa dapat sembako cuma-cuma. Mereka harus membawa sampah untuk menukar dengan sembako,’’ jelas Ika.

Meskipun, jika dikonversi paket sembako yang dibagikan tidak sesuai dengan sampah yang dibawa warga tidak mampu itu. Namun, Ika memiliki misi mengajari masyarakat untuk peduli dengan lingkungan. Program tersebut mendapat antusias yang tinggi baik oleh kalangan menengah atas maupun bawah yang berpartisipasi.

‘’Bahkan, saking antusiasnya para penerima manfaat ini datang lebih awal saat waktu pembagian sembako. Kami membagi sembako pukul 16.00 tapi mereka sudah mengantrekan sampahnya sejak pukul 12.00,’’ tutur Ika.

Upaya yang dilakukan itu mendatangkan kepuasan bagi perempuan berstatus ibu rumah tangga itu. Ika menuturkan, jika terus bergerak melakukan hal-hal positif meskipun lamban ia yakin pasti akan ada yang mengikuti. Mereka yang punya kecenderungan yang sama dengannya pasti akan ikut bergerak.

5. Perempuan harus terus menggali potensi

Inspirasi dari Ika Yudha, Penggagas Sedekah Sampah Tukar SembakoIka Yudha Kurniasari bekerja di rumahnya yang menjadi Bank Sampah Resik Becik di Jalan Cokrokembang No 11, Kelurahan Krobokan, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

‘’Sehingga, saya akan puas jika orang lain melakukan hal yang sama. Ibaratnya bola salju yang menggelinding jika itu membawa kebaikan pasti akan terus menyebarkan kebaikan,’’ ujarnya.

Memaknai Hari Kartini pada 21 April ini, Ika memiliki pesan kepada para perempuan untuk terus menggali potensi mereka di bidang apapun.

‘’Para perempuan memiliki potensi yang luar biasa, sayang banget kalau seorang ibu atau sebagai perempuan tidak sadar jika dia berpotensi baik untuk dirinya ataupun sekitarnya. Artinya dia harus terus bergerak, mau belajar, tidak boleh malas dan harus menginspirasi yang lain. Sehingga, ini menjadi poin penting karena perempuan dan ibu bisa menjadi warna dalam kehidupan,’’ tandasnya.

Baca Juga: Dilema Sampah di Banyumas Pasca Lebaran, ada TPS Tapi Tak Berfungsi 

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya