Terlihat Sepele, 7 Ciri-Ciri Keluarga Toxic yang Harus Diwaspadai
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tumbuh di dalam keluarga harmonis merupakan dambaan semua manusia. Tapi sayangnya, tidak semua orang dapat merasakan hal ini. Ada yang harus bernasib tumbuh dalam keluarga yang tidak sehat atau toxic.
Keluarga toxic tidak hanya mengenai kekerasan fisik semata tapi juga psikologi yang akan terganggu. Namun, tidak sedikit yang menormalisasi situasi ini padahal hal tersebut menjadi ancaman bagi dirinya maupun anggota keluarga lainnya.
Oleh karena itu, kamu harus bisa mengetahui ciri-cirinya agar sebisa mungkin menghindar. Ini dia ketujuh ciri-cirinya!
Baca Juga: Paling Toxic! 5 Pasangan Zodiak ini Jarang Akur, Saling Menyalahkan
1. Sering melakukan kekerasan fisik dan non fisik
Salah satu tanda umum keluarga yang tidak sehat atau harmonis adalah terbiasa adanya kekerasan fisik dan non fisik.
Padahal seharusnya hal ini tidak bisa dibiarkan terjadi apalagi diwajari. Ini akan sangat mempengaruhi pertumbuhan fisik dan psikologis bagi korban.
Pelaku kekerasan bisa saja orangtua ke anak atau bahkan sebaliknya. Sepertinya sudah tidak ada lagi rasa sayang, cinta di dalamnya yang menyebabkan hilangnya kesadaran sehingga dengan mudahnya melakukan kekerasan.
2. Menjadikan anak sebagai investasi
Anak dilahirkan, dirawat, dibesarkan dengan baik agar menjadi anak yang sukses ketika dewasa nanti. Dapat pekerjaan bagus, posisi tinggi, bergaji besar merupakan harapan orang tua.
Justru pemikiran inilah dimanfaatkan oleh orangtua-orangtua yang tidak bertanggung jawab untuk memanfaatkan anak mereka sebagai investasi atau budak.
Tidak sedikit anak-anak ini harus bertanggungjawab untuk terus menerus membelikan barang tidak penting, membayar hutang orangtua atau keluarga lainnya.
Jika dibiarkan, si anak tidak bisa menikmati hasil jeri payahnya sendiri karena anak juga memiliki kebutuhannya sendiri.
Tapi di sisi lain kalau tidak membayari, nanti dituduh tidak sayang orangtua yang telah membesarkannya. Apabila kamu merasakan hal ini, sebaiknya bicarakan baik-baik dengan orangtua.
3. Suka body shaming
Body shaming atau lebih dikenal dengan mengejek, menghina penampilan tubuh seseorang ini jadi perilaku red flag yang tidak bisa dibenarkan tidak terkecuali di keluarga sendiri.
Mencemooh bentuk tubuh anggota keluarga lainnya akan menimbulkan sakit hati yang mendalam. Biasanya berawal dari sekedar candaan atau memberi masukan yang bagus untuk memperbaiki penampilan tapi jatuhnya malah meledek.
Editor’s picks
Tidak ada yang ingin terlahir jelek, semua ingin cantik atau tampan dengan tubuh ideal bak artis korea. Seharusnya, sebagai anggota keluarga yang baik mendukung untuk menerima diri sendiri apa adanya. Tak jarang, hal ini yang membuat malas untuk kumpul keluarga.
4. Melakukan perselingkuhan
Anggota keluarga yang melakukan perselingkuhan sudah mencirikan sebagai keluarga yang toxic. Perselingkuhan tidak dapat dimaafkan siapapun pelakunya termasuk keluarga. Selingkuh sudah menjadi tabiat yang sulit dihilangkan.
Tabiat ini memang tidak menurun, tapi akan menimbulkan suasana tidak harmonis bagi semuanya. Apabila menemui anggota keluarga yang berselingkuh, sebaiknya nasehati agar tidak mengulangi kembali dan mengurangi berinteraksi dengannya.
5. Perceraian
Ketika ayah atau ibu sudah meminta untuk bercerai, itu pertanda rumah tangga sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Suasana rumah sudah tidak ada lagi cinta, kaku, menakutkan, menyedihkan. Jika dipertahankan akan membuat semuanya menjadi lebih buruk.
Kondisi psikis akan terguncang bagi semuanya. Terlebih jika anak bingung harus ikut dengan siapa setelah bercerai atau memilih merantau hingga hilang tanpa kabar.
6. Tidak pernah menghargai usaha satu sama lain
Di dalam keluarga toxic, sikap saling menghargai satu sama lain tidak ada. Padahal seharusnya keluarga lah sebagai supporting system terbaik yang menghargai, mendukung hal-hal baik bukan malah tidak menghargai atau bahkan merendahkan. Memberikan usaha merupakan salah satu bentuk perhatian.
Sekecil apapun usaha mereka, apresiasilah selagi itu hal positif. Tidak perlu dengan hal mewah, cukup dengan menerimanya dan berterima kasih. Kalau tidak diapresiasi atau di support, anak akan cenderung merasa tidak percaya diri bahkan menutup diri.
7. Kerap dibandingkan dengan orang lain
Tidak ada orang yang suka dibandingkan dengan siapapun termasuk dengan saudara kandung atau keluarga sendiri. Misalnya “kamu pinter dong kayak kakak, kamu mah males-malesan”,”si adik hebat habis juara 1 lomba, lah kamu ga berprestasi”,”kamu tau kan kakak sepupu kamu si A? Sekarang dia udah kerja di perusahaan besar, gajinya gede gak kayak kamu gajinya pas-pasan”.
Seringkali hal ini diwajari sebagai motivasi untuk menjadi lebih baik tapi nyatanya tidak. Seharusnya, keluarga sebagai tempat dimana kamu diterima seutuhnya apapun keadaaannya bukan malah dibandingkan.
Jika menjumpai keluarga dengan ciri atau tanda-tanda seperti di atas, sebaiknya kamu tidak terlalu banyak berinteraksi dengannya atau bahkan menghindar.
Kalau sudah terlanjur berada di dalamnya, bicarakan baik-baik agar bisa diperbaiki. Sekalipun keluarga sedarah bukan berarti dapat menyepelekan atau bahkan menormalisasi ciri-ciri tidak sehat tersebut.
Baca Juga: Jauhi 5 Toxic People Ini karena bisa Beri Pengaruh Buruk Pada Kariermu
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.