Dokter Spesialis di Semarang Gak Merata, Pilih ke Kota, Cuan Gede

Beasiswa dan pembukaan fakultas kedokteran bisa jadi solusi

Semarang, IDN Times - Jumlah dokter spesialis di Kota Semarang belum merata. Kondisi itu berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang terkait peta sebaran surat izin praktik (SIP) dokter spesialis.

1. Ada kecamatan yang tidak punya dokter spesialis

Dokter Spesialis di Semarang Gak Merata, Pilih ke Kota, Cuan GedeKepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Dari berbagai bidang dokter spesialis, ada lima kompetensi dokter spesialis yang paling banyak di Ibu Kota Jawa Tengah, sebagai berikut:

  1. Dokter spesialis penyakit dalam (309 orang)
  2. Dokter spesialis anak (253 orang)
  3. Dokter spesialis obstetri dan ginekologiobgyn atau obgyn (218 orang)
  4. Dokter spesialis bedah (217 orang)
  5. Dokter spesialis anestesiologi (159 orang).

Dari jumlah tersebut, sebaran di 16 kecamatan yang ada di Kota Semarang belum merata. Misalnya di Kecamatan Tugu, belum ada dokter spesialis anestesiologi. Lalu di Kecamatan Gunungpati dan Mijen juga tidak ada dokter spesialis anak.

Kemudian, di Kecamatan Genuk belum ada dokter spesialis obgyn yang praktik, sedangkan di Kecamatan Tugu dan Genuk belum ada dokter bedah.

Baca Juga: Waspada! Kasus COVID-19 di Semarang Bakal Naik Pasca Libur Akhir Tahun

2. Semarang butuh banyak dokter spesialis

Dokter Spesialis di Semarang Gak Merata, Pilih ke Kota, Cuan GedeKepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam sedang menunjukkan sebaran dokter spesialis di Kota Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam mengatakan, belum adanya dokter spesialis di sejumlah kecamatan itu bukan berarti keberadaan mereka tidak ada di rumah sakit (RS) di wilayah tersebut. Pasalnya, sebaran dokter spesialis tersebut berdasarkan SIP yang diajukan di Dinas Kesehatan Kota Semarang.

Adapun, SIP ini berdasarkan tempat tinggal dokter, bukan tempat kerjanya.

‘’Dari data tersebut yang perlu kita evaluasi adalah keberadaan dokter spesialis di masing-masing rumah sakit. Misalnya, terkadang RS tipe C tidak butuh dokter spesialis anestesi karena tidak banyak kegiatan operasi,’’ ungkapnya saat ditemui IDN Times, Jumat (6/1/2022).

Dilihat dari dokter spesialis yang ada di Kota Semarang, jumlah tersebut bagi Hakam belum ideal untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

‘’Kalau ditanya sudah ideal belum jumlahnya, tentu belum. Kami butuh banyak tenaga medis dokter spesialis karena banyak pasien dari berbagai daerah datang ke kota ini untuk mendapatkan pelayanan kesehatan,’’ tuturnya.

Hakam menjelaskan, mayoritas dokter spesialis saat ini lebih memilih bekerja di kota besar dibandingkan daerah. Hal itu sudah menjadi hukum alam karena gaji akan mengikuti tempat mereka bekerja.

3. Pemberian beasiswa bagi mahasiswa kedokteran

Dokter Spesialis di Semarang Gak Merata, Pilih ke Kota, Cuan GedeIlustrasi tenaga medis ( ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Maka, langkah yang bisa ditempuh untuk memecahkan masalah tersebut, bagi Hakam salah satunya adalah dengan memberikan beasiswa kepada mahasiswa kedokteran untuk menempuh pendidikan dokter spesialis. Selain itu, mendorong perguruan tinggi membuka fakultas kedokteran.

‘’Di Semarang mulai dibuka Fakultas Kedokteran di Universitas Negeri Semarang (Unnes). Lalu, Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) rencananya juga akan membuka fakultas kedokteran. Dengan makin banyak fakultas kedokteran, harapannya bisa menghasilkan lulusan sarjana kedokteran dengan kualifikasi bagus,’’ ujarnya.

Kemudian, cara pemberian beasiswa juga penting untuk mencetak dokter spesialis. Namun, pemberian beasiswa ini penerimanya difokuskan bagi mahasiswa kedokteran yang baru lulus atau mereka yang tengah menempuh pendidikan dokter spesialis.

Baca Juga: Positif COVID-19 di Semarang Meroket, 50 Kasus Baru Per Hari 

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya