Krisis, Warga Desa Pekuncen Lewati Jalan Terjal Untuk Dapat Air Bersih

Relawan dropping air bersih di Desa Pekuncen 

IDN Times, Banyumas - Pemenuhan hak asasi manusia di bidang lingkungan hidup seperti air harus bisa menggandeng kelompok yang peduli terhadap lingkungan.

Seperti yang dilakukan oleh kelompok Forum Relawan Lintas Banyumas ( Fortasi) yang mengirimkan bantuan air bersih di Desa Pekuncen yang terkenal dengan adat kejawen Bonokeling, Jumat malam (6/10/2023).

Menurut Pembina Fortasi dan pemerhati masalah sosial di Kabupaten Banyuma, Eddy Wahono pihaknya melakukan droping air bersih karena adanya krisis air bersih di wilayah Desa Pekuncen.

"Kami lakukan ini karena memang krisis air bersih sedang tidak baik baik saja di Kabupaten Banyumas, dan di Desa Pekuncen ini kondisinya cukup memprihatinkan akibat kekeringan,"katanya.

1. Ketersediaan air bersih tanggungjawab bersama

Krisis, Warga Desa Pekuncen Lewati Jalan Terjal Untuk Dapat Air BersihPuluhan ember yang digunakan warga di Desa Pekuncen, Jatilawang, Banyumas untuk menampung bantuan air bersih,Junat Malam (6/10/2023).(IDN Times/Sutrisno)

Menurutnya secara umum lingkungan hidup merupakan barang publik global yang harus dilestarikan. Menjaga ketersediaan air yang sehat, bersih, dan berkelanjutan menjadi tanggung jawab bersama.

"Dan masalah air sampai membuat warga harus beli air kemasan untuk urusan dapur ini kan jadi masalah sosial ekonomi, makanya perlu adanya pelestarian lingkungan seperti hutan sebagai penyimpan air,"urainya.

Ditambahkan, setiap warga berhak atas air yang cukup, sehat, dapat diakses dan terjangkauuntuk keperluan pribadi dan orang banyak guna pemenuhan kesejahteraan.

2. Menjaga konservasi daerah resapan air

Krisis, Warga Desa Pekuncen Lewati Jalan Terjal Untuk Dapat Air BersihEddy Wahono seorang pemerhati masalah sosial bersama warga yang mendapatkan air bersih.(IDN Times/Sutrisno)

Eddy juga berpesan agar menjaga lingkungan itu penting agar tidak terjadi krisis seperti kurang air bersih. Dan bila air sedang melimpah juga perlu ada antisipasi menghadapi kemarau. Seperti membuat bak penampungan air, Menjaga konservasi daerah resapan air melindungi mata air jangan sampai rusak akibat penebangan liar

Dari data air yang di drop untuk warga yang mengalami krisis air Fortasi kirimkan air bersih yang dikirim setiap hari untuk Wilayah Rawalo dan Kecamatan Jatilawang sebanyak 7000 liter, 5.000 liter droping di Desa Tambaknegara, serta 2.000 liter untuk Desa Pekuncen dusun Bonokeling.

3. Membuat sumur cadangan yang ada sumber airnya

Krisis, Warga Desa Pekuncen Lewati Jalan Terjal Untuk Dapat Air BersihMembuat sumur cadangan penting untuk menghadapi musim kemarau.(IDN Times/Sutrisno)

Untuk ketersediaan air Eddy membuat sumur sedalam 56 meter di depan Warung Kebon kompleks bendung gerak serayu.

Sumur pompa tersebut sengaja dibuat untuk masyarakat yang membutuhkan tanpa dipungut biaya.

Dirinya melakukan hal itu karena memahami bila kemarau yang didapat adalah kekurangan air, sehingga Eddy Wahono berinisiatif membuat cadangan air, dan ternyata benar bahwa kebutuhan air tidak hanya mengandalkan sungai, namun sumur bor yang terdapat sumber air juga perlu disiapkan.

4. Perlu kendaraan 4 WD untuk droping air

Krisis, Warga Desa Pekuncen Lewati Jalan Terjal Untuk Dapat Air BersihPerlu kendaraan khusus untuk menuju droping air bersih karena jalan menanjak nan ekstrik.(IDN Times/Sutrisno)

Desa Pekuncen yang sebagian warganya terdampak air bersih ternyata cukup ekstrim untuk sampai dilokasi, karena jalan yang menanjak cukup membahayakan bila mengangkut air.

Mengangkut air sebanyak 1000 liter saja harus diperlukan kendaraan 4 Wheel Drive agar aman.

5. Kisah warga berjuang mendapatkan air bersih

Krisis, Warga Desa Pekuncen Lewati Jalan Terjal Untuk Dapat Air BersihSriyanto yang berkisah perjuangan mendapat air bersih saat kemarau.(IDN Times/Sutrisno)

Seorang warga Desa Pekuncen, Sriyanto menuturkan kisah ekstrim untuk mencari air bersih, dari melewati jalan terjal hingga antre panjang.

Untuk mendapatkan air bersih bagi keluarganya, dirinya harus menempuh jarak cukup sejauh 1 kilometer dan melewati jalan ekstrem.

"Saya bolak balik turun ke wilayah yang dekat balaidesa untuk mendapat air bersih dengan jarak 1 kilometer menggunakan motor, sedang mengangkut airnya menggunakan galon, jadi bolak balik tiga kali,"katanya.

Sruyanto dan bersama warga lainnya mengalami kesulitan air karena sumur di tempatnya mulai mengering setelah kemarau panjang berlangsung selama 8 bulan di Banyumas. Malah Sriyanto terpaksa kadang beli air isi ulang untuk memasak, cuci muka, dan mencuci.

Baca Juga: Krisis Air, Warga Banyumas Manfaatkan Air Sendang Kuningsari

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya