Beda Waktu Salat Id dengan Pemerintah, Begini Penjelasan Muhammadiyah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Times - Tak kurang 2.282 masjid yang dikelola warga Muhammadiyah di Jawa Tengah hari ini, Rabu (28/6/2023) menggelar salat Idul Adha. Pelaksanaan salat id diadakan di semua kabupaten/kota. Mulai dari eks-Karesidenan Semarang, Kedu Raya, Soloraya, Pati Raya serta Banyumas Raya.
Waktu penentuan jatuhnya Idul Adha 1444 Hijriyah oleh Muhammadiyah memiliki perbedaan ketimbang jadwal yang ditentukan Kemenag yaitu pada Kamis (29/6/2023).
Baca Juga: Warga Jateng Diizinkan Makan Daging Sapi Kurban Terpapar LSD, Asal Gak Borokan
1. Tidak ada tafsir tunggal di Indonesia
Menurut Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, Dr Tafsir, perbedaan pelaksanaan salat id merupakan hal yang biasa sebagai proses pendewasaan bagi masyarakat Indonesia.
"Masyarakat harus memahami di Indonesia tidak ada tafsir tunggal. Itulah menyebabkan adanya perbedaan," kata Tafsir kepada IDN Times, usai salat id kampus Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus).
2. Belum ada titik unifikasi penentuan kalender Islam Global
Lebih lanjut, Tafsir juga berkata adanya perbedaan waktu pelaksanaan salat id juga dipengaruhi faktor belum ada titik sentral dimulainya hitungan kalender Islam.
Ia mengatakan membutuhkan proses yang sangat panjang untuk menyatukan pandangan dengan ahli fiqih dan para ulama di seluruh dunia mengenai waktu yang tepat untuk melaksanakan salat id secara berbarengan.
Editor’s picks
Di Indonesia sendiri waktu salat id juga berbeda dengan negara lainnya. "Belum ada titik unifikasi penentuan kalender Islam Global. Contohnya saja dari sisi Indonesia memang beda kalau dilihat dari sisi pandangan Kerajaan Arab Saudi," tuturnya.
3. Usulkan ada penghitungan kalender IsIam global
Pria yang menjadi dosen di UIN Walisongo tersebut juga menuturkan PP Muhammadiyah sampai sekarang sedang mengupayakan agar semua organisasi Islam di Indonesia memiliki pemahamam tafsir yang sama dalam rangka menentukan waktu salat id.
Upaya yang sedang dilakukan Muhammadiyah ialah dengan mengusulkan dalam forum yang diadakan Organisasi Konferensi Islam (OKI).
"Muhammadiyah sedang usahakan untuk berikan usulan mengenai cara hitung kalender IsIam global. Tentu tantangannya perlu menyatukan fiqih masing-masing negara. Karena kajian ulama beda satu yang lainnya. Diusulkan di pertemuan OKI. Termasuk ada juga dari PBNU. Namun sampai sekarang belum mencapai titik temu," terangnya.
4. Perlu meneladani perjuangan KH Ahmad Dahlan
Kendati demikian, pihaknya mengaku tak mempermasalahkan jika belum menemukan titik temu mengenai perhitungan kalender Islam global.
Yang terpenting, katanya warga Muhammadiyah harus bisa meneladani perjuangan KH Ahmad Dahlan yang mana dalam menentukan aturan menggariskan saf di sebuah masjid pada akhirnya baru bisa disepakati semua pihak 100 tahun kemudian.
"Seperti idenya Kyai Ahmad Dahlan yang menggariskan (saf) masjid yang butuh 100 tahun untuk dilaksanakan. Artinya masyarakat kita perlu semakin dewasa. Ini kan keragaman pemahaman, bukan keragaman syariah," tutur Tafsir.
Baca Juga: Idul Adha 1444 H Daftar Lokasi Salat Ied Muhammadiyah di Kota Semarang