Dear Millennial! Begini Cara Jitu Jadi Pengembang Perumahan yang Tangguh
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IN Times - Di era masa kini tantangan yang dihadapi para pengembang perumahan menjadi sangat kompleks. Selain banyak aturan yang dibuat pemerintah pusat kerap berubah, para pengembang juga dihadapkan pada kebutuhan lahan yang semakin terbatas.
Hal tersebut diakui Himpunan Pengembang Pemukiman dan Perumahan Rakyat (Himperra) Jawa Tengah tatkala memberi pelatihan bagi pengembang dari kalangan millennial.
1. Pengembang millennial dituntut tahan banting
Ketua Himperra Jawa Tengah, Sugiyatno mengaku perlu membekali para pengembang millennial supaya mereka bisa tahan banting menghadapi perubahan zaman yang serba cepat.
"Kami adakan pelatihan yang kedua kalinya. Dan yang sekarang kita bahas mengenai teknik untuk diberikan bagi pengembang millennial agar menjadi pengembang yang tangguh," ujar Sugiyatno saat berbincang dengan IDN Times di Hotel Azana Bandara Semarang, Sabtu (8/7/2023).
Baca Juga: Harga Rumah Subsidi Naik, Masyarakat Makin Susah Punya Hunian
2. Membuka lahan perumahan bisa aktifkan sektor UMKM
Bagi puluhan millennial yang mengikuti pelatihan, dirinya menekankan supaya setiap individu berusaha menguasai tahapan menjadi seorang pengembang perumahan.
Sebab, menjadi seorang pengembang dituntut memahami segala aspek perekonomian makro dan mikro. Karena, menurutnya membangun sebuah perumahan bisa menggerakkan berbagai sektor UMKM.
Editor’s picks
"Makanya, mereka musti paham mengelola cash flow, teknik mengelola keuangan, paham cara pembebasan lahannya dan juga paham marketnya. Untuk pembekalan, pesertanya dari pengembang usia 30-35 tahun bahkan ada yang masih kuliah," tuturnya.
3. Ini tantangan yang dihadapi pengembang millennial
Lebih jauh lagi, Sugiyatno mengatakan para pengembang millennial semestinya memahami bagaimana caranya mengatasi solusi di tengah tantangan ketersediaan lahan yang semakin menyempit.
Pasalnya, dengan banyaknya aturan seperti penetapan Lahan Sawah yang Dilindungi (LSD) membuat ketersedian lahan bagi perumahan menjadi sangat terbatas.
"Tantangan buat mereka ya soal ketersediaan lahan ke depan yang mulai sempit. Kebutuhan rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) ini secara geografis akan sulit. Mulai aturan daerah hijau, wilayah perkebunan dan topografi yang sempit di beberapa daerahnya. Maka teman-teman millennial harus paham masalah ini," terangnya.
4. Harus punya modal usaha dulu
Kendati demikian, katanya yang perlu dipelajari secara matang ialah mengenai strategi mencari celah permodalan. Untuk mencari modal usaha sebagai pengembang, Sugiyatno berkata memang sangat besar.
Namun bagi seorang pengembang harus memiliki cadangan modal 30-40 persen guna memperingan beban keuangannya.
"Karena modal menjadi Develpoer modalnya tidak sedikit. Untuk itulah, harus punya modal 30-40 persen untuk modal usaha. Paling tidak startnya lebih ringan," tuturnya.
Baca Juga: Hore! Rumah di Jateng bisa Pasang PLTS Atap Tahun 2023, Potensi Besar