Warga Dilarang Beli Rokok Ketengan, PKL Semarang: Sama Aja Bunuh Rakyat Kecil
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Times - Para pedagang kaki lima (PKL) yang tergabung dalam Paguyuban Pedagang dan Jasa Pasar (PPJP) Kota Semarang bereaksi atas ucapan yang dilontarkan Presiden Jowo "Jokowi" Widodo mengenai larangan membeli rokok eceran atau biasa disebut ketengan. Pasalnya, anjuran yang disampaikan Presiden Jokowi dianggap telah merugikan para pedagang kecil yang selama ini menggantungkan penghasilannya dari transaksi penjualan barang-barang eceran.
"Yang diucapkan pak presiden itu mengada-ada. Mana mungkin masyarakat dilarang beli barang eceran kayak rokok. Karena kemampuan rakyat kecil ya kebanyakan membeli barang eceran. Justru yang disampaikan pak presiden sangat merugikan PKL," kata Zaenal Abidin Petir, Ketua Bidang Advokasi dan Hukum PPJP Kota Semarang kepada IDN Times, Kamis (29/12/2022).
1. Orang beli rokok ketengan karena nyaman
Zaenal berkata, orang-orang di Indonesia selama ini membeli rokok ketengan karena mempertimbangkan faktor kenyamanan dan kenikmatan. Ia mencontohkan ketika kalangan rakyat jelata selesai menyantap makanan, biasanya memang menyempatkan membeli rokok ketengan di warung mengingat adanya keterbatasan finansial.
"Jadi satu hisapan rokok ketengan itu bagi mereka nikmatnya minta ampun," ujar Zaenal.
Baca Juga: Siap-Siap! Jokowi Akan Larang Penjualan Rokok Batangan
2. Kebiajakan Jokowi dinilai tak berpihak pada rakyat kecil
Di sisi lain, menurutnya warga yang membeli rokok ketengan juga menguntungkan bagi para PKL yang jualan di pinggir jalan. Ia bilang kalau ucapan Presiden Jokowi yang melarang warga membeli rokok ketengan benar-benar jadi kenyataan, akan menghilangkan salah satu pemasukan yang didapat para PKL. Terlebih lagi, larangan membeli rokok ketengan dianggapnya sangat aneh dan tak berpihak kepada rakyat kecil.
"Mereka bisa hidup ya salah satunya jualan rokok eceran). Ketika PKL dilarang berjualan seperti itu, ya sama saja mau membunuh rakyat kecil, membunuh PKL, kasihan nanti," tegasnya.
3. PKL khawatir kena imbasnya
Editor’s picks
Lebih lanjut, Zaenal pun menolak keras larangan membeli rokok ketengan. Ia menyoroti maksud Presiden Jokowi yang tiba-tiba melarang warga membeli rokok ketengan.
"Daya beli eceran itu identik dengan rakyat kecil. Kalangan rakyat kecil biasanya jarang beli yang bungkusan. Selalu yang ada ngecer di warung-warung. Ya kalau dilarang PKL yang kena imbasnya dong," akunya.
4. Warga Layur cuma bisa beli ketengan
Terpisah, Abdul, seorang warga Layur Kecamatan Semarang Utara juga bingung dengan larangan membeli rokok ketengan. Baginya, ia lebih nyaman membeli rokok ketengan yang harganya murah ketimbang membeli rokok sebungkus.
"Yo murah sing ketengan, Mas. Nek tuku sing pak-pakan regone mundake akeh. (Ya murah yang rokok ketengan. Kalau beli yang rokok sebungkus harganya sudah naik," kata pria yang saban hari jadi buruh pocokan di pasar tersebut.
5. Nelayan juga beli rokok ketengan
Menurut Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Jateng, Suwanto, pembeli rokok ketengan sebenarnya merupakan segmen masyarakat tertentu. Ia juga tak menampik anggapan bahwa para penyuka rokok ketengan kebanyakan merupakan masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah seperti petani dan nelayan.
"Sebenarnya tergantung segmen pasarnya. Kalau anak-anak muda cenderungnya beli rokok bungkusan. Tapi kalau rokok batangan yang suka beli ya petani sama nelayan," paparnya.
Baca Juga: Pokdarwis Segera Dibentuk untuk Angkat Wisata Kampung Melayu Semarang