Potret Grebeg Syawal Keraton Solo Penuh Dengan Kesakralan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Minggu 23 April 2023, Keraton Kasunanan Surakarta mengelar acata Grebeg Syawal 1444 H atau Tahun Ehe 1956. Dua buah gunungan yang berisi hasil bumi dan makanan dikirab dari Keraton Kasunanan menuju ke Masjid Agung Solo sejauh kurang lebih 500 meter.
Gunungan Jaler (pria) dan Estri (wanita) mulai diarak dari Kori Kamandungan Keraton Kasunanan usai dilepas oleh Raja Pakoe Buwono XIII sekitar pukul 10.00 WIB. Setelah melewati prosesi adat di halaman Sasana Sewaka. Gunungan pun diarak menuju ke pelataran Masjid Agung Surakarta untuk didoakan.
Puncak dari tradisi ini yakni rebutan gunungan oleh warga masyarakat yang dipercaya bisa membawa keberkahan bagi masyarakat. Dalam 5 menit gunungan Jaler pun ludes direbutkan oleh warga, sedangkan untuk gunungan Estri dibawa balik ke keraton dan kemudian diperebutkan di halaman Kori Kamandungan.
Wakil Pengageng Sasana Wilapa, KP Dani Nur Adiningrat mengatakan, Grebeg Syawal ini digelar H+2 Lebaran. Rangkaian upacara adat Grebeg Syawal dimulai sejak pagi dengan acara Tengoro Bangung sebagai tanda dimulainya hajatan besar.
"Filosofinya mengingat masa lalu, memikirkan masa sekarang, dan harapan di masa depan," terangnya.
Berikut potret Grebeg Syawal mulai dari persiapan pembuatan hingga puncak acara Grebeg Syawal.
Baca Juga: 2 Tahun Vakum, Potret Grebeg Besar Keraton Solo Mulai Diarak Lagi
1. Dua abdi dalem yakni membuat gunungan Estri di Gondorasan, komples Keraton Solo. Pembuatan dilakukan dua minggu sebelum puncak acara Grebeg Syawal.
2. Renginan merupakan salah satu bahan untuk membuat Gunungan Estri. Pembuatan renginan atau criping dari ketan yang dirangkai dan ditusuk dengan bilah bambu, gembukan, onde-onde, wajik dan gemblong.
3. Margono merupakan salah satu abdi dalem pembuat gunungan yang sudah turun temurun. Ia mendapat ilmu membuat gunungan dari ayahnya yang dulu juga seorang abdi dalem.
4. Dua gunungan Jaler dan gunungan Estri diturunkan di Gondorasan oleh belasan abdi dalem, kawasan pembuatan gunungan.
5. Gamelan pusaka Gangsa Corobalen yang meniringi kirab Grebeg Syawal gunungan Jaler dan gunungan Estri.
6. Para prajurit keraton dalam kirab Grebeg Syawal 1444 H.
7. Prajurit Wadya Tamtama Swara (berseragam hitam) pengiring drum band dengan senjata sebilah pedang panjang, pengiring kirab Grebeg Syawal.
Editor’s picks
8. Raja PB XIII menangis haru saat melepas pasukan upacara Grebeg Syawal di halaman Sasana Sewaka.
9. Prajurit Keraton keluar dari halaman Keraton Solo melewati lokasi Smorokoto, tempat para Pengageng Keraton Kasunanan Solo menunggu iring-iringian kirab.
10. Gunungan jaler keluar kompleks Keraton Solo melewati Kori Kamandungan.
11. Para abdi dalem membawa gunungan Estri keluar dari kompleks Pagelaran Keraton Solo.
12. Gunungan Esyri yang di dikirab melewati Alun-Alun Utara keraton menuju ke Masjid Agung Solo.
13. Para sentana keraton yang mengawal dua gunungan Grebeg Syawal.
14. Jodang dan gunungan didoakan oleh ulama keraton di serambi Masjid Agung Solo.
15. Warga berebut isi gunungan Jaler di halaman Masjid Agung Solo.
16. Sisa gunungan yang tak direbutkan dibawa kembali Keraton Solo.
Itulah potret makna gunungan Grebeg Syawal Keraton Solo yang penuh dengan kesakralan
Baca Juga: Mudik ke Solo, Ini Lho Titik Rawan Kemacetan di Dalam Kota Surakarta