Urip Iku Urup, Belajar dari Wejangan dan Filosofi Hidup Sunan Kalijaga

Cerita Ramadan di Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu, Demak

Ramadan 1444 H atau setahun lalu kesempatan itu datang untuk bisa ziarah ke makam Sunan Kalijaga salah satu dari Walisongo atau 9 wali yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Keinginan ini sebenarnya telah lama terpendam bahkan sejak di perantauan pulau seberang.

Bersyukur Allah SWT Tuhan maha pemurah, Ia mengabulkan keinginan dan tujuan baik dari hambaNya ini, akhirnya!. Dan benar kata Paulo Coelho seorang novelis asal Brazil yang pernah berujar “Saat kamu menginginkan sesuatu, seluruh alam semesta akan bersatu membantumu meraihnya.”

Makam Sunan Kalijaga berada di Kadilangu di wilayah Kabupaten Demak. Memasuki kompleks pemakaman Sunan Kalijaga di Bulan Ramadan berbeda dengan bulan-bulan, suasana terlihat lebih khidmat dibanding bulan-bulan lainnya, lain hal jika berkunjung ke sini di bulan Ruwah (Syaban), atau Besar (Dzulhijah) ribuan orang dipastikan bakal memadati kawasan makam sosok wali songo yang mempunyai nama kecil Raden Sahid ini.

Untuk masuk Gedung Kasunanan atau bangunan utama makam Sunan Kalijaga peziarah akan melewati tiga buah pintu gerbang. Di tengah bangunan utama terdapat cungkup makam Sunan Kalijaga dan istrinya yang tertutup rapat. Sementara di luar cungkup terdapat makam putra-putri Sunan Kalijaga, makam ayahnya dan juga makam adiknya. Di dekat cungkup inilah lokasi para peziarah melantunkan ayat-ayat suci Al Quran dan berdoa.

Aura berbeda terasa ketika masuk ke kawasan bangunan utama Gedung Kasunanan, meski diluar cuaca cukup terik, di dalam terasa lebih sejuk. Sayangnya hari itu bangunan cungkup makam Sunan Kalijaga tidak dibuka, makam Sunan Kalijaga hanya dibuka setiap Jumat Pon, Kliwon, dan Pahing dalam penanggalan Jawa, dengan jadwal buka pukul 08.00-17.00 WIB.

Meski sedikit kecewa tidak bisa melihat ke dalam makam sosok ulama, seniman, arsitek yang ulung dan juga penasihat Raja Demak, membaca tahlil di dekat cungkup makam cukup mengobati keinginan yang sudah lama menunggu terwujud ini.

Sunan Kalijaga dikenal sebagai sosok pendakwah yang mampu mensyiarkan Islam dengan jalan damai, mampu mengambil hati rakyat yang kala itu mayoritas merupakan penganut Hindu. Cara dakwahnya yang luwes dengan menggunakan pendekatan seni dan budaya, seperti pertunjukan wayang kulit, pakaian, ukiran, gamelan, lagu atau tembang Jawa langsung memikat hati masyarakat yang kemudian memeluk Agama Islam.

Di bidang seni beberapa peninggalannya hingga kini masih bisa ditemukan, seperti lagu Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul yang populer. Ia jugalah yang menggagas perayaan sekatenan dan juga garebeg maulud yang masih dirayakan terutama di penerus kerajaan Mataram Islam, yakni keraton Jogja dan Keraton Solo. Di bidang arsitektur konon ia merupakan salah satu arsitek Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak.

Konon Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai sosok sakti mandraguna, Ia disebut-sebut sosok linuwih yang mempunyai beberapa karomah. Namun karomah terbesarnya yang hingga kini dirasakan warga sekitar yakni namanya masih mendatangkan rezeki kepada masyarakat sekitar makam meski Ia sudah wafat beratus-ratus tahun yang lalu.

Sunan Kalijaga masih bisa ngrejekeni warga Demak dan sekitarnya yang hidup dari menjual cenderamata, warung makan dll di sekitar makam Kadilangu, seperti nasehatnya yang terkenal "urip iku urup" yang artinya kurang lebih Hidup hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita.

Baca Juga: Cerita Ramadan, Puasa di Tengah Kepungan Banjir

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya