Cerita Ramadan, Puasa di Tengah Kepungan Banjir

Ramadhan 1445 Hijriah diwarnai banjir bandang di Semarang

Semarang, IDN Times - Kamis 14 Maret 2024 menjadi hari yang tak bisa dilupakan seumur hidup saya. Hampir dua malam berturut-turut saya menjalani ibadah puasa dengan guyuran hujan deras. 

Kota Semarang yang biasanya panas menyengat. Saat itu cuaca berubah dingin dengan diiringi hujan deras berjam-jam. Dan bisa ditebak. Banjir muncul dimana-mana. Termasuk di lingkungan rumah saya yang berada di kawasan Kampung Melayu Semarang yang tak luput diterjang banjir. 

Di dalam rumah banjir dalam waktu sekejap sudah setinggi betis. Alhasil banjir yang terjadi Kamis dini hari membuat seisi rumah heboh. 

Saya dan sekeluarga akhirnya sekuat tenaga menyelamatkan benda-benda berharga. Sampai pada satu titik bahwa kita harus istirahat sambil meluangkan waktu untuk sahur bersama di tengah arus banjir. 

Setelah masuk waktu Subuh, hal lain yang membuat kami bingung adalah dimana tempat kami beristirahat. Sampai kemudian diputuskan bergeser ke masjid depan kampung yang letaknya lebih tinggi daripada bangunan lainnya. 

Jadi, ini adalah pengalaman seumur hidup saya dan sekeluarga berpuasa dengan mengungsi sementara ke masjid. Lalu keesokan harinya pemandangan yang terlihat dimana-mana ialah banjir merendam semua akses jalan kampung, jalan raya, rumah-rumah tetangga. 

Kota Lama terendam banjir sepaha orang dewasa. Lebih mirisnya lagi Stasiun Tawang banjir hampir semeter. Akses jalan di sejumlah ruas Kota Semarang bisa dibilang lumpuh total. 

Kami akhirnya mencari cara agar air di dalam rumah segera surut. Pilihannya meminjam pompa dari BBWS. Sepanjang perjalanan menuju kantor BBWS, saya melihat banjir semakin meluas di setiap akses pusat kota dan pinggiran. Hampir tidak ada tempat yang bisa dilewati. Kecuali mencari lengkong-lengkong yang bisa tembus ke jalan besar yang tidak banjir. 

Singkat cerita hampir setengah jam kami menyedot air banjir di dalam rumah. Setelah benar-benar kering, barulah kami pinjamkan ke beberapa rumah tetangga. Begitu repotnya merasakan kondisi saat itu. 

Dengan aktivitas yang serba terbatas, saya tetap berusaha meliput kondisi terkini Kota Semarang. Harapan saya, Kota Semarang harus segera berbenah. Pemkot wajib memperhatikan drainase yang kesumbat. Gelontorkan APBD untuk membiayai pengerukan sungai. Dan lebih cepat tanggal dalam menangani bencana banjir yang muncul saban tahun. Jangan lagi mengaburkan kejadian banjir dengan kata-kata genangan air. Karena banjir merupakan bencana alam yang bisa menenggelamkan Ibu Kota Jateng!

Baca Juga: Banjir Semeter, Warga Kelurahan Kuningan Semarang Utara Diungsikan

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya