TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hari Tanpa Bayangan Ternyata Membawa Pertanda, Simak Penjelasan BMKG

Cuaca di Jateng bakal lebih panas dibanding biasanya

Unsplash/Mohamed Nohassi

Semarang, IDN Times - Fenomena kemunculan Hari Tanpa Bayangan yang jatuh mulai 10 Oktober besok, bakal menjadi pertanda adanya peralihan musim, dari kemarau menjadi penghujan. 

Baca Juga: Hari Tanpa Bayangan Mulai 10 Oktober, Apa Dampaknya Bagi Manusia?

1. Puncak kemarau terjadi di bulan Oktober

ANTARA FOTO/Anis Efizudin

Menurut Kasi Data dan Informasi, Stasiun Klimatologi Kelas I, BMKG Semarang, Iis Widya Harmoko, adanya potensi peralihan musim itu bisa dilihat dari kondisi di bulan ini yang sudah masuk puncak kemarau.

Situasi tersebut hampir sama dengan tahun sebelumnya karena Hari Tanpa Bayangan dengan kulminasi utama diatas kepala manusia selalu terjadi rutin saban tahun.

"Di tahun ini, Hari Tanpa Bayangan akan muncul pertama kali di Jepara mengingat posisi matahari yang muncul dari arah utara, sehingga titik pertama ada di sana. Kemudian yang paling terakhir berada di Cilacap," kata Iis ketika berbincang dengan IDN Times, di Hotel Dafam, Jalan Imam Bonjol, Semarang, Rabu (9/10).

Baca Juga: 5 Fakta Hari Tanpa Bayangan di Jateng dan Dampaknya Untuk Manusia

2. Durasi kulminasi utama kurang dari 10 detik

miriadna.com

Ia mengungkapkan durasi munculnya kulminasi utama saat siang hari hanya sekitar 10 detik. Akan tetapi, kemunculan fenomena tersebut juga jadi pertanda bahwa bulan ini merupakan waktunya peralihan musim menuju penghujan.

"Dan setiap ada Hari Tanpa Bayangan pasti akan memasuki musim hujan. Untuk tahun ini, musim hujannya jatuhnya beda-beda. Ada yang Oktober hingga Desember. Kalau wilayah Semarang baru masuk musim hujan pada November nanti," ujarnya.

 

Baca Juga: 10 Fakta Kulminasi, Saat Telur Berdiri Tegak di Hari Tanpa Bayangan

Berita Terkini Lainnya