5 Fakta Hari Tanpa Bayangan di Jateng dan Dampaknya Untuk Manusia

Saat itu terjadi bayangan bakal menghilang

Semarang, IDN Times - Warga Jawa Tengah mulai besok tanggal 10 Oktober 2019 dapat merasakan fenomena kulminasi utama atau juga disebut dengan hari tanpa bayangan.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menginformasikan fenomena kulminasi utama atau yang dikenal dengan sebutan hari tanpa bayangan bakal berlangsung dari tanggal 10-13 Oktober 2019.

Berikut ini fakta-fakta menarik Hari Tanpa Bayangan yang bakal dimulai besok, Kamis 10 Oktober 2019.

Baca Juga: Hari Tanpa Bayangan Mulai 10 Oktober, Apa Dampaknya Bagi Manusia?

1. Matahari tepat berada di posisi titik paling tinggi di langit

5 Fakta Hari Tanpa Bayangan di Jateng dan Dampaknya Untuk ManusiaInstagram.com/daarulmutqin

Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara (BMKG Banjarnegara) Setyoajie Prayoedhie menjelaskan hari tanpa bayangan atau transit atau istiwa' adalah fenomena ketika Matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit.

"Saat deklinasi Matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai kulminasi utama. Pada saat itu, Matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit," katanya seperti dilansir dari Antara.

2. Hari tanpa bayangan di Jateng dimulai 10 Oktober hingga 13 Oktober 2019

5 Fakta Hari Tanpa Bayangan di Jateng dan Dampaknya Untuk ManusiaIDN Times/Fariz Fardianto

Wilayah Jawa Tengah sendiri bakal merasakan fenomena kulminasi utama atau hari tanpa bayangan mulai Kamis 10 Oktober 2019 hingga Minggu 13 Oktober 2019.

"Untuk wilayah Jawa Tengah waktu terjadinya kulminasi utama bervariasi, yaitu mulai tanggal 10 Oktober hingga 13 Oktober 2019," kata Setyoajie.

3. Pertama kali bakal terasa di Jepara

5 Fakta Hari Tanpa Bayangan di Jateng dan Dampaknya Untuk ManusiaPixabay.com/sorematahariterbenam

Hari Tanpa Bayangan pertama kali dapat dirasakan di Kota Ukir Jepara. Lalu 11 Oktober, Hari Tanpa Bayangan muncul serentak di 15 daerah mulai Semarang, Blora, Pati, Brebes, Pekalongan, Kudus, Demak, Pemalang.

Lalu tanggal 12 Oktober muncul di 8 daerah mulai Sragen, Salatiga, Ungaran, Purwokerto, Wonosobo, purbalingga, Banyumas hingga Banjarnegara.

Dan yang terakhir tanggal 13 Oktober muncul di jalur pantai selatan Jateng yakni Wonogiri, Karanganyar, Sukoharjo, Solo,Boyolali, Banyumas hingga Cilacap.

4. Dampak dari fenomena kulminasi utama bayangan benda tegak akan terlihat menghilang

5 Fakta Hari Tanpa Bayangan di Jateng dan Dampaknya Untuk ManusiaUnsplash/Pablo Heimplatz

Akibat terjadinya fenomena Kulminasi Utama atau hari tanpa bayangan, kata dia, bayangan benda tegak akan terlihat "menghilang" karena bertumpuk dengan benda itu sendiri.

"Penyebab hari tanpa bayangan terjadi karena bidang ekuator Bumi bidang rotasi Bumi tidak tepat berimpit dengan bidang ekliptika atau bidang revolusi Bumi," katanya.

Dengan demikian, posisi Matahari dari Bumi akan terlihat berubah terus sepanjang tahun antara 23,5o Lintang Utara hingga 23,5o Lintang Selatan. "Hal ini disebut sebagai gerak semu harian Matahari," katanya.

Dia menyebutkan untuk wilayah Jepara fenomena tersebut dapat dinikmati warga setempat pada 10 Oktober 2019.

Sementara untuk Semarang, Pekalongan, Kudus, Demak, Pemalang dan sekitarnya, fenomena tersebut dapat dinikmati warga setempat pada 11 Oktober 2019.

Sementara untuk Salatiga, Ungaran, Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan sekitarnya fenomena tersebut dapat dinikmati warga setempat pada 12 Oktober 2019.

Sementara untuk Boyolali, Surakarta, Magelang, Purworejo, Kebumen, Cilacap dan sekitarnya fenomena tersebut dapat dinikmati warga setempat pada 13 Oktober 2019.

5. Hari tanpa bayangan tak akan mempengaruhi kesehatan tubuh manusia.

5 Fakta Hari Tanpa Bayangan di Jateng dan Dampaknya Untuk ManusiaUnsplash/Mohamed Nohassi

Stasiun Geofisika Banjarnegara menyatakan Hari Tanpa Bayangan dengan posisi matahari pada kulminasi utama yang muncul saban tahun, tak akan mempengaruhi kesehatan pada tubuh manusia

Kepala BMKG Setyoajie Prayoedhie memastikan munculnya matahari pada titik kulminasi utama tak akan membawa efek apapun bagi para penduduk bumi. Cuma, katanya setiap orang yang berdiri saat kulminasi utama tak akan dapat melihat bayangannya.

"Untuk efeknya sih nggak ada mas, paling ya pada waktu kulminasi tersebut, tidak ada bayangannya," ujar Aji.

Baca Juga: Mengapa Fenomena Hari Tanpa Bayangan Terjadi Dua Kali di Indonesia?

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya