TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Fakta Baru Lawang Sewu Semarang: Lorong Bawah Tanah Omong Kosong!

Mitos lorong bawah tanah selama ini salah kaprah

Penampakan ruangan basement Lawang Sewu Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Sebuah rantai besi terpasang di pintu sebuah ruangan di Gedung B Lawang Sewu, Semarang. Posisi rantai yang melintang itu seolah menegaskan kalau ruangan tersebut tak boleh dijamah oleh siapapun. 

Namun, jika kepala kita menengok sedikit ke dalam, dari dalam ruangan bisa terlihat nyata ada sebuah lorong yang menghubungkan ke bawah bangunan gedung yang dibuat oleh arsitek Belanda bernama  C Citroen tersebut.

Baca Juga: Cegah Klaster Baru, Pengunjung Lawang Sewu Diminta Rutin Cuci Tangan

1. Mitos lorong bawah tanah di Lawang Sewu hanya omong kosong

Ruangan basement yang kerap disangka lorong bawah di Lawang Sewu Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Seorang ahli cagar budaya di Semarang, Tjahjono Raharjo menyebut keberadaan lorong yang ada di bawah Gedung B Lawang Sewu tersebut selama ini kerap disalahartikan oleh masyarakat luas. Banyak yang mengenal lorong bawah tanah tersebut dapat menghubungkan antara Lawang Sewu dengan Laut Jawa. Tjahjono menyebut hal itu justru salah kaprah.

"Kalau ada lorong bawah tanah di Lawang Sewu bisa menghubungkan sampai ke Laut Jawa, itu semua omong kosong. Dan mitos-mitos yang berkembang selama ini tentang lorong tersebut sebenarnya salah kaprah. Yang pasti, tempat itu bukan lorong bawah tanah," kata Tjahjono yang selama ini jadi dosen Jurusan Arsitektur di Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata tersebut saat berbincang dengan IDN Times, Selasa (2/3/2021). 

2. Arsitek asal Belanda mendesain Lawang Sewu mengadaptasi cuaca di Semarang

Bangunanw gedung B di Lawang Sewu Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Tjahjono menekankan tempat yang diyakini sebagai lorong bawah tanah sejatinya hanyalah sebuah basement yang sengaja dibangun di Lawang Sewu oleh sang arsitek. Ia yang kerap meneliti gedung-gedung tua di Semarang tersebut berkata pada zaman kolonial Belanda, Citroen merancang bangunan Lawang Sewu dengan model perpaduan antara desain Eropa dengan bentuk bangunan di pesisir Semarang. 

Maka, pada pondasi-pondasinya diberi ruangan yang longgar yang berfungsi sebagai basement alias lantai dasar Lawang Sewu. Selain itu, tak banyak orang yang tahu, katanya bahwa pada bagian jendela dan ventilasi Lawang Sewu juga diperuntukan untuk mengadaptasi perubahan cuaca yang terjadi di Semarang. 

"Sebagai wilayah garis katulistiwa, Indonesia khususnya Semarang punya dua musim. Yaitu musim hujan dan kemarau. Jadinya oleh si arsitek dibuatlah ventilasi yang besar-besar, jendela yang lebar agar sirkulasi udaranya gampang masuk ke dalam gedung. Sehingga ruangannya tidak gampang lembab, tidak sumpek, itulah kenapa Lawang Sewu dipasangi kaca patri yang sangat ikonik," urainya. 

3. Terdapat ventilasi berukuran besar untuk menyesuaikan perubahan iklim tropis

Dok. IDN Times/bt

Tjahjono menyampaikan Citroen saat itu juga lihai mengamati perubahan tanah di Semarang yang sering becek dan lembab saat musim hujan. Citroen pula yang membuat sebuah kamar mandi yang terpisah dari bangunan gedung utama agar sirkulasi udara dapat terjaga dengan baik.

"Arsiteknya Lawang Sewu paham betul kalau toilet dijadikan satu dengan gedung utama maka udara yang lembab bisa membuat kondisi ruangan tidak sehat. Hal inilah yang membuat Lawang Sewu sebenarnya dibangun dengan gaya yang unik, sangat modern di masanya karena bisa menyesuaikan dengan perubahan musim hujan dan kemarau di pesisir," ujarnya. 

Baca Juga: Pengelola Lawang Sewu Rugi Rp20 Juta Sehari Selama Pandemik COVID-19

Berita Terkini Lainnya