Wisata River Tubing di Sungai Pusur Klaten Bayarnya Bisa Pakai Sampah

Kelola wisata dengan memanfaatkan sampah

Klaten, IDN Times - Sampah kerap kali menjadi salah satu permasalahan yang dialami Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Namun uniknya, di tangan masyarakat yang bermukim di bantaran Sungai Pusur, Kecamatan Polanharjo, permasalahan sampah tersebut diselesaikan secara mandiri oleh sejumlah warga.

Dengan memanfaatkan aliran Sungai Pusur, masyarakat desa setempat mengubah sungai itu menjadi wahana wisata yang disebut river tubing Watu Kapu. Namun ada yang mengundang perhatian, untuk menikmati wahana permainan susur sungai itu para pengunjung cukup membayar dengan sampah.

Baca Juga: Warga Mundu di Klaten Manfaatkan Kotoran Sapi Untuk Biogas

1. Sungai penuh sampah disulap jadi wisata.

Wisata River Tubing di Sungai Pusur Klaten Bayarnya Bisa Pakai SampahWisata river tubing di Pusur, Polanharjo, Klaten. (Dok/@hangoutsolo)

Salah satu pengelola Watu Kapu, Syaifu Nurul Aminudin, mengatakan pemanfaatan Sungai Pusur sebagai tempat wisata sudah berjalan sejak beberapa tahun yang lalu. Modal awal yang dikeluarkan sekitar Rp20 juta. Dari dana tersebut, pemuda setempat lantas turun ke sungai untuk membersihkan tumpukan sampah.

"Modal awal untuk membeli peralatan susur sungai seperti ban dalam mobil. Sementara sisanya untuk menata kawasan tepi sungai agar lebih bersih,” ujarnya, Kamis (16/11/2023).

2. Bayar river tubing dengan sampah

Wisata River Tubing di Sungai Pusur Klaten Bayarnya Bisa Pakai SampahIlustrasi sampah plastik (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Namun seiring berjalannya waktu, masyarakat desa setempat mulai berinisiasi untuk memanfaatkan sampah sebagai tambahan penghasilan sekaligus menjaga kebersihan. Bersama Lembaga Studi dan Tata Mandiri (Lestari) melalui program bank sampahnya, mereka mulai mengumpulkan sampah untuk dikelola menjadi layak jual.

Para pengunjung cukup membawa sampah layak jual seperti plastik, buku, kardus, besi, alumunium, botol kaca, dan botol plastik sebagai pengganti biaya masuk river tubing. Nantinya, sampah yang dibawa akan ditimbang dan dipilah agar sesuai dengan harga jual di pasaran. Setiap sampah memiliki harga yang berbeda.

“Untuk river tubing di sini biayanya Rp50 ribu per orang. Apabila sampah yang dibawa seharga Rp10 ribu atau mencapai Rp20 ribu, jadi pengunjung cukup membayar sisanya saja. Kalau dari sampah seharga Rp10 ribu, jadi cukup bayar Rp40 ribu,” tutur Syaiful.

Meski hanya membayar menggunakan sampah, pengunjung tetap akan mendapat fasilitas dan pelayanan river tubing yang sama. River tubing di sini memanfaatkan sungai sepanjang 1,5 kilometer dengan start di bawah jembatan Desa Polanharjo hingga menuju bendungan Ploso Wareng, Desa Wangen, Kecamatan Polanharjo.

“Susur sungai menggunakan ban dalam mobil. Dari panjang sungai itu, ada empat titik yang terbilang ekstrem. Jadi treknya tidak hanya lurus saja,” katanya.

3. Sampah yang dijadikan hasil kerajinan

Wisata River Tubing di Sungai Pusur Klaten Bayarnya Bisa Pakai SampahHasil kerajinan dari daur ulang sampah warga Polanharjo. (Dok/Istimewa)

Selain itu, sampah-sampah yang terkumpul dimanfaatkan untuk membuat beragam kerajinan tangan yang bernilai jual. Ketua Bank Sampah Rukun Santoso, Sriyono mengatakan bank sampah Rukun Santoso berfokus pada pengolahan sampah untuk kerajinan tangan atau unit kreasi.

“Selain membuat lingkungan bersih dan sehat, kami juga menambah kesejahteraan masyarakat karena memberdayakan ibu-ibu lansia gunting-gunting sampah hasil olahan untuk isian tas laptop, tas gendong, tas ransel, dan berbagai macam dompet,” jelasnya.

Menurutnya, hasil-hasil kreasi dari sampah-sampah olahan itu sudah diekspor hingga ke mancanegara seperti Belanda, Prancis, Swedia, dan India. “Dari Kedutaan Inggris juga pernah membeli langsung ke sini,” ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Bank Sampah Jati Diri, Nina Hermawati menjelaskan program merupakan menjadi wilayah binaan Danone Aqua. Sampah sebagai pengganti biaya masuk merupakan salah satu upaya kampanye peduli lingkungan.

“Program tersebut juga sekaligus untuk mengedukasi masyarakat agar terbiasa dengan memilah sampah yang layak jual dan tidak,” pungkasnya.

Program pelestarian lingkungan lainnya yang dilakukan oleh CSR Danone Aqua di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah adalah Water Sanitation and Hygiene (WASH). Program ini dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Surakarta di Daerah Aliran Sungai (DAS) Pusur yang bertujuan untuk melestarikan air tanah, sehingga kebutuhan masyarakat akan air tetap terpenuhi meskipun berada di sekitar perusahaan.

Baca Juga: Sungai Pusur Penopang Pertanian dan Ekonomi Petani di Klaten

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya