TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BI Rekomendasikan 3 Sektor untuk Pemulihan Ekonomi Jawa Tengah

Perlu inovasi pada masa pandemik virus corona (COVID-19)

Ilustrasi UMKM (ANTARA FOTO/FB Anggoro)

Semarang, IDN Times - Bank Indonesia memberikan 3 rekomendasi sektor yang bisa dilakukan sebagai upaya menggenjot pemulihan perekonomian pada masa pandemik virus corona (COVID-19) di Jawa Tengah. Ketiga sektor yaitu manufaktur, pariwisata, dan UMKM, wajib melakukan inovasi dan terobosan agar tetap bisa berdikari pada masa sulit saat ini.

Baca Juga: 29 WNA di Jawa Tengah Jadi ODP dan PDP Virus Corona

1. Diperlukan 3P untuk mendongkrak sektor manufaktur Jawa Tengah

ANTARAFOTO/Yulius Satria Wijaya

Sektor manufaktur merupakan sektor andalan Jawa Tengah. Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Tengah merekomendasikan industri manufaktur perlu asesmen berupa 3P. 

Yakni perbaikan faktor produksi, pengaturan pelembagaan, serta promosi dan kerjasama perdagangan.

"Selama ini produksi manufaktur selalu ekspor, tapi bahan baku utamanya impor. itu tidak bisa dipungkiri. Maka global value chain terdistrupsi oleh COVID-19. Sehingga perlu menggerakkan atau mengganti bahan baku dengan subtitusi dalam negeri, dengan bahan lokal," jelas Kepala Kantor Perwakilan BI Jateng, Soekowardojo dalam diskusi Penguatan dan Persiapan Sektor Ekonomi Kreatif Jawa Tengah di Era COVID-19 secara virtual yang digelar MarkPlus, Kamis (9/7/2020).

Sementara untuk pengaturan pelembagaan, imbuh Soeko, menjadi tugas besama para kepala daerah mendorong industri manufaktur bisa kembali terangkat. Termasuk dengan melakukan promosi dan kerjasama perdagangan, agar ekspor manufaktur kembali meningkat.

"Prioritas (bahan baku) berbasis local value chain dan pengaturan kelembagaan (kepala daerah) agar memudahkan kembali orang berusaha. Itu mitigasi pemulihan sektor manufaktur. Jawa Tengah harus mengakselerasi," paparnya.

2. Pariwisata Jawa Tengah wajib memperhatikan SHC karena COVID-19

ANTARA FOTO/Anis Efizudin

Sektor yang perlu terobosan selanjutnya adalah pariwisata. Soeko menyebut pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling cepat mendatangkan devisa.

BI merekomendasikan pelaku usaha yang bergerak di bidang pariwisata wajib menyertakan protokol  wisata COVID-19 yang jelas.

"Sektor pariwisata terutama hotel menjadi yang paling terdampak karena tidak mampu menutup biaya fix cost. Maka perlu cara baru yang safety, healthy, dan cleanness (SHC). Bagaimana menerima tamu dengan protokol COVID-19, sehingga memberikan rasa mana pada tamu dan wisatawan," papar Soeko.

Baca Juga: Rasio Tes PCR Virus Corona di Jawa Tengah Dibawah Standar WHO

Berita Terkini Lainnya