TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hadapi Serbuan Impor, Ini Taktik yang Dilakukan Perajin Tempe

Hak paten tempe dikhawatirkan bisa diklaim negara lain

rachellebery.ca

Salatiga, IDN Times - Serbuan makanan impor yang merebak di berbagai daerah berpotensi membuat produk olahan dalam negeri menjadi terpinggirkan. 

Bahkan, para perajin tempe yang tergabung dalam Pusat Koperasi Tempe Indonesia (Puskopti) Jawa Tengah, mengkhawatirkan bila arus impor tak dibatasi oleh pemerintah, maka tidak menutup kemungkinan makanan berbahan dasar kedelai bakal lenyap.

"Apalagi sekarang pemerintah malah mengimpor semua bahan baku makanan dari luar negeri. Ini kan enggak baik buat pelaku usaha mikro seperti kita. Tempe ini warisan adiluhung yang sudah ribuan tahun lamanya ada di Bumi Nusantara. Jangan sampai tempe sebagai ciri khas Indonesia punah gara-gara kalah saing sama produk makanan dari luar negeri," kata Ketua Puskopti Jawa Tengah, Sutrisno Supriantoro kepada IDN Times, Jumat (19/7).

Baca Juga: Dijamin Bikin Nagih! Resep Bikin Tempe Mendoan Krispi ala MasterChef

1. Arus impor yang begitu deras dikhawatirkan bisa melenyapkan tempe khas Indonesia

ANTARA FOTO/Budi Candra Setya

Ia mengatakan arus impor besar-besaran yang terjadi saat ini lambat laun bakal mengancam eksistensi perajin tempe di setiap daerah. Jawa Tengah sendiri, saat ini memiliki ratusan ribu perajin tempe yang tersebar di ribuan kelurahan dan kecamatan.

Di satu kabupaten saja misalnya, terdapat 350 perajin tempe yang masih eksis. "Kita tertolong dengan kebijakan pemerintah yang mampu menstabilkan harga kedelai. Sehingga harga kedelai saat ini masih berkutat di angka Rp8.000 per kilogram. Tapi yang perlu dicermati bahwa kelangsungan usaha kami bisa tergerus dengan masuknya barang impor. Pemerintah sebaiknya melakukan pengetatan arus impor mulai tahun ini," katanya.

Baca Juga: Impor Terlalu Tinggi, Harga Garam Lokal Anjlok

2. Pasar bebas merusak harga produk

portalinvestasi.com

Pihaknya menyoroti pasar bebas yang berlaku di seluruh dunia bisa merusak standar harga yang berlaku di setiap daerah. Ia mencontohkan Belanda saat ini mulai mencoba memproduksi tempe dengan harga lebih miring.

"Jangan sampai hak paten tempe justru didapatkan oleh negara lain sehingga tempe diklaim oleh negara-negara diluar sana. Ini kan jelas produk asli Indonesia yang sudah diwariskan turun-temurun jauh sejak Indonesia belum merdeka," bebernya.

Baca Juga: Perbaiki Desa Wisata, Dinas Pariwisata Jateng Gelontorkan Dana Rp1 M

Berita Terkini Lainnya