TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Vaksin Gotong Royong Gak Laku di Jateng, Cuma 1 Persen Buruh yang Disuntik

Pemerintah lelet distribusikan vaksin COVID-19

Presiden Jokowi tinjau proses penyuntikan Vaksin Gotong Royong (youtube.com/Sekretariat Presiden)

Semarang, IDN Times - Proses vaksinasi yang sedang berlangsung di Jawa Tengah mendapat sorotan tajam dari kalangan pengusaha setempat. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah menyebutkan vaksinasi COVID-19 yang sedang digencarkan oleh pemerintah seakan hanya jadi seremoni belaka lantaran efek yang dirasakan belum menyentuh secara menyeluruh bagi masyarakat di 35 kabupaten/kota.

Baca Juga: Dinkes Boyolali: Belum Ada yang Minat sama Vaksin Gotong Royong

1. Pabrik padat karya gak pernah dilibatkan untuk vaksinasi COVID-19

Ilustrasi industri/pabrik. IDN Times/Arief Rahmat

Frans Kongi, Ketua Apindo Jawa Tengah mengaku mestinya para pengusaha padat karya dilibatkan dalam program vaksinasi COVID-19. Sebab selama ini penyuntikan vaksin tak pernah sekalipun menyasar kepada para buruh pabrik.

"Kita yang ada di kalangan industri padat karya gak pernah diundang untuk berembug bareng bahas vaksinasi COVID-19. Padahal buruh pabrik kan sangat rentan terpapar virusnya karena setiap hari bekerja berjam-jam, sering kontak erat dengan banyak orang. Lha kok ini ada penyuntikan vaksin, kita gak pernah diberikan sama sekali," kata Frans kepada IDN Times melalui sambungan telepon, Jumat (25/6/2021).

2. Pemerintah dituding menyepelekan kesehatan para buruh

Ilustrasi aktivitas buruh di salah satu pabrik kopi di Sumatra Utara. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Ia menyatakan pemerintah seolah menyepelekan kondisi kesehatan para buruh pabrik. Alih-alih membantu, katanya pemerintah justru membebani pengusaha padat karya dengan menawari program vaksin gotong royong.

Menurut Frans program vaksin gotong royong dengan kondisi pandemik berkepanjangan justru membebani para pengusaha. Pasalnya, pemerintah melalui Kemenkes mewajibkan pengusaha untuk membayar sendiri untuk mengikuti vaksin gotong royong.

3. Vaksin gotong royong gak laku di Jateng. Harganya kemahalan

Perwakilan PT Biofarma bersama tujuh rumah sakit swasta meneken kerjasama program vaksin Gotong Royong. IDN Times/Fariz Fardianto

Ia menjelaskan mayoritas industri padat karya macam pabrik alas kaki, perkayuan, garmen, pemintalan benang, mebel tidak bisa membayar vaksin gotong royong yang tarifnya dibanderol cukup mahal.

"Kalau di Jakarta memang program vaksin gotong royong bisa dilaksanakan. Tapi di Jawa Tengah program ini saya pastikan gak laku. Karena kita gak sanggup kalau disuruh bayar sendiri. Itungannya kalau sekali suntik kita disuruh keluar duit Rp500 ribu, jadi kalau dua kali suntikan biayanya sudah Rp1 juta. Itu baru satu orang, nah kalau ratusan orang biayanya sangat besar. Jelas kita keberatan mengingat kondisi pabrik padat karya itu kan mayoritas berbasis usaha mikro menengah," tegasnya.

Lebih lanjut, ia menuturkan dengan situasi seperti itu, pihaknya memilih menolak pemberian vaksin gotong royong. Para buruh, katanya kini diberi kebebasan untuk ikut vaksinasi massal yang digelar Pemprov Jateng maupun pemerintah kabupaten/kota.

Baca Juga: 7.378 Anak di Jateng Tertular Corona, 55 Orang Meninggal, Diduga dari Delta India 

Berita Terkini Lainnya