Cara Adaptasi dan Inovasi UMKM di Jateng Bertahan saat Pandemik Corona

BI optimistis kegiatan usaha meningkat di tahun 2021

Semarang, IDN Times - Pandemik COVID-19 tidak hanya berdampak pada bidang kesehatan namun juga sektor perekonomian. Sebagian besar para pelaku ekonomi, khususnya di sektor mikro, kecil dan menengah mengalami penurunan pendapatan bahkan tidak sedikit yang harus gulung tikar. 

1. Selama 10 bulan pandemik pelaku UMKM memutar otak mempertahankan bisnis

Cara Adaptasi dan Inovasi UMKM di Jateng Bertahan saat Pandemik CoronaIDN Times/Dhana Kencana

Hingga berjalan 10 bulan -pandemik virus corona melanda- sebagian pelaku usaha yang bisa bertahan dan tetap produktif merasa bersyukur. Meski demikian, mereka dipaksa untuk memutar otak agar bisnis tetap berjalan pada masa pandemik, yang belum tahu kapan berakhir.

Naneth Eko Priyono, pemilik usaha kuliner Bebek Rempah di Jalan Kapas Raya Genuk Semarang mengaku, tepat pada bulan Maret 2020, awal pandemik melanda Indonesia dan pemerintah memberlakukan pembatasan jarak sosial, omzet penjualannya menurun drastis. Kondisi tersebut terjadi pada tiga outlet-nya yang fokus menjual masakan berbahan bebek dan ayam.

‘’Bulan Maret 2020 itu omzet langsung drop. Apalagi, omzet dari dua outlet yang ada di mal. Sehingga, di tahun 2020 omzet kami normal hanya di bulan Januari 2020,’’ ungkapnya saat dihubungi IDN Times melalui sambungan telepon.

2. Penurunan omzet Bebek Rempah mengharuskan sejumlah karyawan dirumahkan

Cara Adaptasi dan Inovasi UMKM di Jateng Bertahan saat Pandemik CoronaUMKM di bidang kuliner Bebek Rempah membuat paket takeaway dan hantaran saat pandemik COVID-19. Dok. Bebek Rempah Semarang.

Penurunan omzet yang terjadi berkepanjangan tersebut membuat Naneth mengambil keputusan pahit. Ia mau tidak mau terpaksa merumahkan 10 orang dari 15 orang karyawan yang bekerja di Bebek Rempah.

Dari pengalaman tersebut, banyak hal dan pelajaran yang bisa diambil Naneth saat harus menjalankan bisnis pada masa pandemik COVID-19. Ia menyadari bahwa terjun di dunia penjualan secara digital memerlukan sumber daya yang lebih, khususnya alokasi waktu.

‘’Hikmahnya kami bisa mempelajari perilaku konsumen yang berubah dan dari itu kami bisa mengatur strategi tentang bagaimana melayani mereka. Misalnya, harus belajar tentang pemasaran online yang bagi sebagian pelaku usaha kuliner ini bukan hal yang mudah. Kemudian, kami harus menyiapkan dua kategori produk makanan, yang siap saji dan yang dijual secara online, tentu ini butuh tenaga tambahan,’’ jelas perempuan yang sudah menggeluti usaha kuliner Bebek Rempah sejak 2014 itu. 

Baca Juga: 31 Ribu Pelaku UMKM di Jateng Terdampak COVID-19 Selama 7 Bulan

3. Bebek Rempah melakukan inovasi baru membuat produk kremesan aneka rasa

Cara Adaptasi dan Inovasi UMKM di Jateng Bertahan saat Pandemik CoronaInovasi UMKM di bidang kuliner, Bebek Rempah Semarang membuat kremesan. Dok. Bebek Rempah

Inovasi lain guna mendongkrak penjualan dilakukan Naneth dengan membuat paket-paket makanan untuk dibawa pulang atau takeaway. Selain itu, ia juga memanfaatkan momen tertentu seperti hari besar atau perayaan, dengan menyediakan menu-menu hantaran untuk hampers dan parcel yang berisi menu unggulannya, bebek atau ayam ungkep.

‘’Kami terus berinovasi untuk membuat produk-produk baru, terutama yang bisa dijual secara online. Misalnya, saat ini kami sedang membuat kremesan aneka rasa yang dikemas menarik untuk dijual secara online di marketplace, selain bebek atau ayam ungkep vakum. Kreasi ini sebagai awareness untuk brand kami, sekaligus memberikan kegiatan bagi karyawan pada saat tidak terlalu banyak pesanan,’’ ungkapnya. 

Melalui inovasi baru yang sudah dilakukan sejak bulan Juni 2020 tersebut, kini omzetnya mulai tumbuh meski belum mencapai target seperti saat kondisi pandemik.

‘’Ke depan kami akan mengembangkan produk dari Bebek Rempah agar bisa dijual secara luas dengan konsep reseller. Sebab, pada masa sekarang banyak orang butuh pemasukan. Selain itu, juga terus belajar tentang digital marketing sambil mencari pasar baru,’’ tandas Naneth. 

4. Batik Zie membuat masker batik pewarna alam dari kain yang tidak terjual saat pandemik

Cara Adaptasi dan Inovasi UMKM di Jateng Bertahan saat Pandemik CoronaPembuatan masker dari kain batik pewarna alam oleh Batik Zie Semarang. Dok. Batik Zie Semarang.

Selain Bebek Rempah, usaha pembuatan kain batik Semarangan dengan pewarna alam, Batik Zie milik Marheno Wijayanto turut terdampak pandemik COVID-19. UMKM yang berlokasi di Kampung Malon Gunungpati Semarang itu terpaksa berhenti produksi.

‘’Lha, gimana lagi kami bisa produksi, tapi produk tidak bisa dijual. Tidak ada pembelian dari konsumen dan tidak ada kunjungan wisatawan selama pandemik, lalu juga tidak ada pameran-pameran yang biasanya dapat mendongkrak penjualan,’’ ucapnya saat dihubungi IDN Times melalui sambungan telepon.

Selama tidak berproduksi, Marheno turut merumahkan 10 karyawan Batik Zie. Sambil berpikir bagaimana cara bertahan dan berusaha pulih pendapatannya, Marheno belajar berinovasi dengan memanfaatkan momentum penanganan virus corona.

Gencarnya pemerintah untuk menerapkan protokol kesehatan COVID-19 dimanfaatkan untuk membuat masker sembari beradaptasi dalam pemulihan ekonomi usahanya.

‘’Sebelum pandemik kami cuma bikin kain batik, akhirnya karena ada COVID-19 memutuskan membuat masker. Sebab, di awal pandemik masker langka dan mahal, maka kami memproduksi sendiri. Bersyukurnya, produk masker batik dari pewarna alam ini banyak yang minat. Mulai dari situ kami memikirkan bagaimana memproduksi secara massal,’’ imbuhnya.

5. Tidak hanya masker pengembangan produk hingga ke bidang fashion

Cara Adaptasi dan Inovasi UMKM di Jateng Bertahan saat Pandemik CoronaPengembangan produk Batik Zie Semarang saat pandemik membuat masker dan pakaian. Dok. Batik Zie Semarang

Marheno pun mencari tenaga penjahit, dengan memberdayakan para pekerja konveksi yang dirumahkan juga dari pabrik yang masih tetangga satu kampung. Sedangkan, pemasaran masker batik itu dibantu oleh perusahaan yang menjadikan Batik Zie sebagai mitra binaan dan pemasaran melalui media sosial. 

Dari memproduksi lima masker per hari kini berkembang menjadi 500-700 masker per hari.

‘’Akhirnya, dari awalnya hanya memanfaatkan kain perca, kini karena permintaan banyak kain batik yang dijual juga ikut dibuat menjadi masker,’’ tuturnya yang sudah menggeluti dunia batik warna alam sejak tahun 2004 itu.

Dengan adanya pandemik COVID-19, banyak hal yang bisa dipelajari oleh Marheno. Salah satunya adalah inovasi untuk pengembangan produk secara digital.

‘’Semua ada hikmahnya, dari masker pengembangan produk kami menjadi ke arah fashion. Ada jahit baju juga. Tadinya kami nggak bikin baju jadi sekarang bisa terima order baju, karena konsumen ingin baju dan maskernya dari kain yang sama biar matching. Sedangkan, untuk memperluas pemasaran masker batik pewarna alam, kami akan memperkuat jejaring,’’ terang Marheno.

6. Sebanyak 60 persen UMKM di bidang kuliner kena dampak COVID-19

Cara Adaptasi dan Inovasi UMKM di Jateng Bertahan saat Pandemik CoronaSuasana Dapur GoFood Medan yang resmi dibuka hari ini. Dapur GoFood merupakan inovasi baru dari Gojek, untuk mengakselerasi pertumbuhan skala usaha UMKM kuliner. (Dok. IDN Times)

Pandemik virus corona yang sudah berjalan selama 10 bulan, para pelaku UMKM mulai beradaptasi untuk mendorong pemasukan, mulai dari inovasi produk sampai merambah berjualan online.

Terpisah, Kepala Dinas Koperasi dan UMK Provinsi Jawa Tengah, Ema Rachmawati mengakui, saat ini UMKM sudah mulai bangkit, terutama mereka yang memiliki usaha di bidang kuliner.

‘’Bidang kuliner sudah mulai bangkit. Mereka sudah bisa produksi dan berjualan lagi. Kami pun beberapa waktu lalu juga memfasilitasi mereka mendaftar di aplikasi pemesanan makanan melalui online. Ada 1.400 UMKM yang terdaftar dan dalam waktu dua minggu omzetnya sudah mencapai Rp 1,5miliar. Padahal, mayoritas adalah pelaku usaha baru,’’ katanya saat dihubungi IDN Times.

Adapun, imbuh Ema, yang masih jadi PR (pekerjaan rumah) adalah UMKM di sektor kerajinan tangan, fashion, dan kuliner di kawasan objek wisata. Namun, pihaknya terus mengupayakan dengan membantu pemasaran melalui expo online yang digelar pihaknya.

Baca Juga: Penting! Edukasi dan Pemahaman Bisnis UMKM di Jateng saat Pandemik

7. Saat pandemik pelaku UMKM didorong memasarkan produk secara online

Cara Adaptasi dan Inovasi UMKM di Jateng Bertahan saat Pandemik CoronaANTARA FOTO/R. Rekotomo

Mengacu data Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah, hingga Januari 2021 jumlah UMKM yang terdampak COVID-19 mencapai 625 ribu atau 30 persen dari UMKM yang ada di Jawa Tengah. Dari 625 ribu UMKM yang terdampak tersebut mayoritas atau 60 persen di bidang kuliner, kemudian fashion sekitar 7 persen, kerajinan tangan sekitar 6 persen, dan sisanya lain-lain.

‘’Kami terus mendorong pelaku UMKM untuk beralih ke pemasaran online melalui media sosial maupun marketplace dalam kondisi seperti pandemik sekarang. Sebab, melalui penjualan secara online bisa memperluas pasar sekaligus mendatangkan pembeli baru baik di dalam negeri maupun dari luar negeri,’’ tandas Ema.

Sementara itu, sepanjang tahun 2020, Bank Indonesia (BI) mencatat perekonomian di Jawa Tengah mengalami kontraksi hingga di titik terendah sebesar minus 5,4 persen di triwulan II. Meskipun demikian, Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah optimistis pertumbuhan ekonomi bakal membaik pada tahun 2021 mendatang. 

8. Survei BI mencatat kebijakan pembatasan sosial memengaruhi produktivitas

Cara Adaptasi dan Inovasi UMKM di Jateng Bertahan saat Pandemik CoronaANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, Pribadi Santoso mengatakan, hingga triwulan IV tahun 2020 ekonomi masih mengalami kontraksi karena perekonomian mencapai minus satu persen pada periode tersebut. Kondisi tersebut tidak lepas dari imbas pandemik COVID-19, sehingga memberi dampak disrupsi yang simultan pada penawaran dan permintaan dalam ekonomi dunia yang saling terhubung dan konsekuensi pada kesehatan masyarakat. 

‘’Kebijakan pembatasan sosial yang ditempuh dan bahkan pembatasan secara total (lockdown) memengaruhi jumlah orang bekerja dan produktivitasnya. Sementara di sisi lain kehilangan pekerjaan dan pendapatan akan mempengaruhi prospek ekonomi serta menurunkan konsumsi rumah tangga dan investasi korporasi,’’ katanya melalui keterangan resmi. 

Berbagai upaya dilakukan untuk mendorong pemulihan ekonomi yang lebih cepat seperti pembukaan sektor ekonomi prioritas, yakni dengan meningkatkan kapabilitas UMKM, mempercepat realisasi program pemerintah dan meningkatkan penyaluran pembiayaan dari perbankan. 

Kemudian memasuki triwulan I tahun 2021, BI Provinsi Jawa Tengah memperkirakan kegiatan akan mengalami peningkatan. Optimisme itu tercermin dari perkiraan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) perkembangan kegiatan usaha yang sebesar 19,72 persen. Selain kecenderungan kegiatan usaha yang membaik, optimisme responden turut didukung implementasi kebijakan pemulihan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah serta harapan terhadap hasil vaksinasi yang mulai dilakukan pada awal tahun 2021 ini.

9. BI memprediksi ada peningkatan kegiatan usaha pada triwulan I tahun 2021

Cara Adaptasi dan Inovasi UMKM di Jateng Bertahan saat Pandemik CoronaIlustrasi UMKM. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

Pribadi menjelaskan, optimisme peningkatan kegiatan usaha terutama terjadi pada responden sektor industri pengolahan (SBT 8,89 persen), sektor perdagangan (SBT 3,68 persen), sektor jasa keuangan (SBT 2,62 persen) dan sektor konstruksi (SBT 2,01 persen). Seiring dengan peningkatan kegiatan usaha tersebut, pelaku usaha juga berencana menerapkan peningkatan harga pada triwulan I tahun 2021. 

‘’Selain ekspektasi akan ada peningkatan daya beli masyarakat, peningkatan harga diperkirakan juga didorong oleh harga jual yang relatif tidak berubah sepanjang tahun 2020. Walaupun harga penjualan diperkirakan akan meningkat dan mampu membantu memperbaiki kondisi keuangan perusahaan, namun hal tersebut belum dapat mendorong kegiatan investasi,’’ tuturnya. 

Sebab, lanjut Pribadi, investasi yang diproyeksikan masih mengalami penurunan meski tidak sedalam dibandingkan triwulan sebelumnya. Responden cenderung memilih untuk memaksimal pemanfaatan sumberdaya yang telah dimiliki dan mendorong pemanfaatan kapasitas produksi secara optimal. 

10. Sektor tersier seperti penyediaan akomodasi dan makan minum mengalami peningkatan signifikan

Cara Adaptasi dan Inovasi UMKM di Jateng Bertahan saat Pandemik CoronaIlustrasi Supermarket (IDN Times/Anata)

Kemudian, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di Jawa Tengah pada triwulan IV 2020 juga diindikasikan telah menunjukkan arah pemulihan meski masih berada pada fase kontraksi. Berdasarkan sektornya, sektor-sektor tersier yang pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi yang paling dalam, pada triwulan ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan seperti sektor penyediaan akomodasi dan makan minum (SBT 0,13 persen) dan sektor transportasi dan pergudangan (SBT 0,44 persen). 

Sedangkan dari sektor utama, arah perbaikan kegiatan usaha ditunjukkan oleh sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan yang menunjukkan kontraksi yang semakin kecil dibandingkan periode awal pandemik COVID-19.

Kontraksi sektor industri pengolahan juga terkonfirmasi dari Prompt Manufacturing Index (PMI) sebesar 43,20 persen (kontraksi <50 persen). Walaupun nilai PMI masih dibawah 50 persen, namun nilai PMI memiliki kecenderungan yang semakin baik. 

Keyakinan bakal membaiknya perekonomian tersebut diramalkan BI, sebagaimana juga diimpikan para pelaku usaha di Jawa Tengah. Pandemik COVID-19 mengajarkan mereka untuk adaptasi sekaligus mitigasi usaha dengan inovasi dan kreasi agar mampu bertahan pada masa-masa sulit yang tidak akan diketahui kapan akan berakhir.

Baca Juga: UMKM di Jateng Ditawari GoSend Intercity, Bantu Bisnis saat Pandemik

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya