COVID-19 di Semarang Naik, Penjualan Properti Loyo, Cuma Laku 22 Rumah

Pengembang minta pemerintah serius tangani virus corona

Semarang, IDN Times - Lonjakan kasus COVID-19 di Kota Semarang dan sekitarnya berdampak terhadap sektor ekonomi, salah satunya properti. Penjualan perumahan melalui pameran rutin yang digelar DPD REI Jawa Tengah, Property Expo Semarang (PES) ke-4 anjlok.

1. Penjualan rumah turun hingga 100 persen

COVID-19 di Semarang Naik, Penjualan Properti Loyo, Cuma Laku 22 RumahPegawai BNI Syariah Kantor Cabang Semarang memberikan penjelasan kepada nasabah terkait tabungan Hasanah yang bisa digunakan untuk pengajuan kredit pemilikan rumah (KPR) atau BNI Griya iB Hasanah, di Semarang, Jawa Tengah. IDN Times/Dhana Kencana

Ketua panitia PES, Dibya K Hidayat mengaku pada pameran selama 13 hari--sejak 1--13 Juni 2021 di Mal Paragon Semarang--tersebut hanya mampu menjual 22 unit. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan penjualan pada pameran sebelumnya--PES ke-3 pada 4--16 Maret 2021--membukukan 46 unit. 

‘’Nilai transaksi dari penjualan 22 unit rumah itu mencapai Rp28,5 miliar. Adapun, rumah yang terjual, yaitu tipe menengah dengan harga berkisar Rp500 juta keatas. PES ke-4 diikuti 4 pengembang,’’ ungkapnya saat dihubungi IDN Times, Rabu (16/6/2021).

Baca Juga: Masih Pandemik, Pertumbuhan Sektor Properti Mulai Membaik 

2. Pengembang tetap membangun rumah karena melibatkan pekerja

COVID-19 di Semarang Naik, Penjualan Properti Loyo, Cuma Laku 22 RumahIlustrasi rumah KPR (IDN Times/Dwifantya Aquina)

Mulai tahun 2021, DPD REI Jateng memutuskan untuk kembali menggelar pameran ditengah kondisi pandemik COVID-19 dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. 

‘’Upaya (menggelar pameran lagi) untuk membangkitkan kembali sektor properti yang sempat jatuh pada awal pandemik. Hasil penjualan rumah selama pameran juga mulai membaik di awal tahun, tapi pertengahan tahun ini malah kembali memburuk karena lonjakan kasus COVID-19. Sebab, masyarakat membatasi aktivitas di luar rumah,’’ jelas Dibya yang juga Wakil Ketua Bidang Promosi, Humas, dan Publikasi DPD REI Jateng itu.

Kendati demikian, pengembang tetap melakukan pembangunan perumahan mengingat   properti merupakan sektor padat karya yang melibatkan banyak pekerja. Namun, mereka berharap pemerintah bisa mengambil langkah-langkah tepat agar kondisi pandemik saat ini tidak berkepanjangan, seperti pada masa awal pandemik lalu.

“Kami tetap saja melakukan pembangunan karena jika berhenti banyak sekali faktor yang terpengaruh, seperti para supplier bahan bangunan dan tenaga kerja,’’ tutu Direktur PT Kini Jaya Indah itu. 

3. Relaksasi PPN di sektor properti perlu diperpanjang

COVID-19 di Semarang Naik, Penjualan Properti Loyo, Cuma Laku 22 RumahCalon debitur mengisi berkas pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) BTN di kantor Bank BTN Semarang, Jawa Tengah. IDN Times/Dhana Kencana

Sementara itu, guna mendorong pertumbuhan sektor properti, pengembang berharap adanya kebijakan relaksasi pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar nol persen dari pemerintah untuk bisa diperpanjang. Sebab, kebijakan tersebut cukup efektif dan berdampak positif baik bagi pengembang maupun masyarakat yang ingin memiliki rumah.

“Ya, mungkin tidak nol persen, tapi setidaknya jangan terburu-buru mengembalikan ke sepuluh persen. Selain itu, kami juga menyambut baik dukungan perbankkan selama ini yang sudah mulai melonggarkan kredit pemilikan rumah (KPR) bagi masyarakat. Mungkin ke depan perlu ada penambahan kebijakan baru yang mendukung seperti perpanjangan masa cicilan kredit hingga 25 atau 30 tahun,’’ tandas Dibya.

Baca Juga: Bank Selektif Kucurkan KPR, Penjualan Rumah Akhir Tahun di Jateng Naik

https://www.youtube.com/embed/zpBWji2scW4

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya