Ekonomi Jateng Mulai Tumbuh, 2022 Saatnya Akselerasi Digitalisasi UMKM

Bank Indonesia prediksi ekonomi tumbuh di angka 5–6 persen

Semarang, IDN Times - Perekonomian di Jawa Tengah mulai membaik setelah terdampak pandemik COVID-19. Dalam dua triwulan terakhir di tahun 2021, ekonomi terus tumbuh positif. 

Hal ini mengindikasikan pemulihan ekonomi Jawa Tengah telah berlangsung. Pertumbuhan positif tersebut didukung oleh investasi dan ekspor. Sementara dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Jawa tengah didorong oleh sektor industri pengolahan dan konstruksi.

1. Penyokong ekonomi Jateng dari sektor konsumsi

Ekonomi Jateng Mulai Tumbuh, 2022 Saatnya Akselerasi Digitalisasi UMKMIlustrasi pasar tradisional. (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/aww)

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Tengah, Pribadi Santoso mengatakan, seiring kasus COVID-19 yang melandai berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi. Hingga akhir tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Jateng diprediksi berada pada kisaran 3--4 persen lebih baik dibanding tahun sebelumnya.

‘’Pada triwulan II dan III tahun ini saja, pertumbuhan ekonomi Jateng sudah tumbuh positif. Berkat dukungan ekspor dan investasi ini pertumbuhan ekonomi Jateng hingga akhir tahun akan berada di kisaran 3--4 persen,” ungkapnya saat dikonfirmasi, Jumat (31/12/2021).
Kondisi ini akan mendorong BI untuk terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi.

‘’Hingga saat ini kontribusi terbesar penyokong pertumbuhan ekonomi Jateng masih dari sektor konsumsi dengan menyumbang 50-60 persen. Kemudian, disusul oleh sektor investasi dan ekspor,’’ tuturnya.

Baca Juga: Waspada! 18,9 Persen Produk Makanan di Jateng Gak Sesuai Standar BPOM

2. Inflasi akan terjaga di 3 plus minus 1 persen pada tahun 2022

Ekonomi Jateng Mulai Tumbuh, 2022 Saatnya Akselerasi Digitalisasi UMKMIlustrasi Inflasi. IDN Times/Arief Rahmat

BI memprediksi pada tahun 2022 pertumbuhan ekonomi di Jateng bisa tumbuh 5 sampai 6 persen dan inflasi dapat terjaga pada 3 plus minus 1 persen. Sementara, BI Jateng mencatat inflasi sepanjang Januari--Oktober 2021 berada di kisaran 1,3 persen dan masih rendah dari sasaran inflasi BI. Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi Jateng masih ada potensi terjadi peningkatan. 

‘’Ini berdasarkan pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya, konsumsi rumah tangga maupun belanja pemerintah mengalami peningkatan. Sehingga, kami optimistis di akhir tahun nanti akan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya pertumbuhan ekonomi hanya di angka minus 2 persen,’’ katanya.

Sementara, untuk mendorong pemulihan ekonomi, BI bersinergi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah serta stakeholders terkait, BI menjalankan berbagai program agar mampu mendorong pemulihan ekonomi. Salah satunya memperkokoh peran UMKM sebagai penopang ekonomi. 

3. Promosi dan perluasan akses pasar UMKM Jateng diintensifkan

Ekonomi Jateng Mulai Tumbuh, 2022 Saatnya Akselerasi Digitalisasi UMKMIDN Times/Dhana Kencana

‘’Kami akan semakin mengintensifkan program promosi dan perluasan akses pasar UMKM Jateng ke pasar global pada tahun 2022. Terkait investasi, percepatan realisasi investasi pemerintah dan swasta menjadi kunci untuk meningkatkan kapasitas perekonomian dan penyerapan tenaga kerja,’’ jelasnya.

Kemudian, lanjut Pribadi, investasi swasta juga perlu difokuskan pada sektor yang berorientasi ekspor, seperti alas kaki, tekstil, dan furniture. Pengembangan sektor ekonomi potensial sebagai new sources of growth juga menjadi sangat penting sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Selain itu, ke depan BI juga akan menggali potensi ekspor lain di Jateng sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru seperti pariwisata.

4. BI dorong transaksi non tunai di masyarakat

Ekonomi Jateng Mulai Tumbuh, 2022 Saatnya Akselerasi Digitalisasi UMKMIlustrasi Cashless (IDN Times/Arief Rahmat)

Dari sisi digitalisasi, BI juga akan terus bekerja sama dengan beberapa marketplace di Indonesia untuk mengakselerasi digitalisasi di sisi hilir UMKM melalui program on boarding. Perluasan digitalisasi di Jateng ini juga akan terus didorong melalui Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) serta penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).

Pribadi menjelaskan, digitalisasi juga menjadi hal yang sangat penting dalam upaya menjaga ketersediaan dan keterjangkauan kebutuhan pokok. Sebagai otoritas sistem pembayaran, BI mendorong penggunaan transaksi non-tunai baik ritel, SKNBI, maupun RTGS untuk menciptakan perekonomian yang efisien.

‘’Berbagai program dan upaya pemulihan ekonomi di atas akan berjalan baik apabila prasyarat program vaksinasi dan disiplin mengikuti protokol kesehatan dijalankan secara menyeluruh untuk mengendalikan penularan COVID-19. Sehingga, aktivitas sosial ekonomi dapat dibuka secara penuh,’’ tandasnya.

Baca Juga: Bayar Pakai OVO, Naik BRT Trans Semarang Nggak Butuh Recehan

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya