Kisah Pelaku UMKM Difabel Berbisnis dan Bangkit dari Pandemik Lewat Tokopedia

Semarang, IDN Times - Pandemik tidak menyurutkan semangat kaum difabel untuk terus berkarya. Dalam adaptasi kebiasaan baru pelaku UMKM difabel mulai bangkit dengan memanfaatkan teknologi digital lewat aplikasi Tokopedia.
1. Penyandang tuna daksa berjualan lewat aplikasi digital
Hal itu dilakukan The Able Art dan Warung Kelontong Toko Lariz. Kedua UMKM yang dikelola oleh penyandang difabel ini bangkit dengan memanfaatkan teknologi dan berkontribusi terhadap perekonomian digital.
Seperti pemilik warung kelontong Toko Lariz, Suhartini. Perempuan penyandang difabel tuna daksa asal Semarang ini memutuskan bergabung ke ekosistem Mitra Tokopedia sejak tahun 2019. Keuntungannya menjadi mitra adalah bisa menstok produk sembako hanya melalui aplikasi Tokopedia tanpa harus keluar rumah.
Melalui aplikasi tersebut Suhartini bisa menambah varian produk digital di tokonya, seperti pulsa, paket data, token listrik dan PDAM. Cara ini membuat pendapatannya dari berdagang pun meningkat.
Baca Juga: Berkat ShopeeFood, Usaha Jusin Juice di Semarang Tumbuh Makin Good!
2. Dengan kecanggihan teknologi Suhartini tetap bisa bekerja
“Sejak bergabung di Mitra Tokopedia, warung saya semakin laris. Isi ulang stok warung juga sangat mudah sehingga saya tidak harus keluar rumah. Dengan berjualan produk digital, omzet saya naik 2 dua lipat,” ungkapnya dalam keterangan resmi, Minggu (5/12/2021).
Kini hasil berjualan lewat warung kelontong tersebut bisa menjadi sumber utama pendapatan keluarganya.
“Keterbatasan fisik bukan penghalang bagi saya. Dengan adanya teknologi, semua hal dimungkinkan. Saya ingin terus membuktikan bahwa tuna daksa bermodal minim juga bisa menciptakan peluang dan berpenghasilan,” kata Suhartini.
3. Tommy mereproduksi lukisan seniman difabel
Demikian juga Tommy Budianto yang mendirikan The Able Art di Pasuruan pada tahun 2017. Bermula dari kecintaan terhadap dunia sosial, Tommy membantu mereproduksi lukisan-lukisan karya seniman difabel menjadi berbagai produk, seperti hijab, tas, pouch dan lain-lain untuk dijual secara offline maupun online.
“The Able Art didirikan untuk memberdayakan para seniman difabel agar tetap bisa berkarya sehingga mereka bisa memperoleh pendapatan tetap. Kami ingin setiap karya memiliki nilai sosial bagi masyarakat Indonesia,” katanya.
Tommy menggandeng seniman lukis difabel dari sejumlah daerah di Indonesia, mulai dari Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Malang hingga Bali. Tak jarang, untuk mendapatkan hasil reproduksi lukisan yang berkualitas tinggi ia datang langsung ke tempat para seniman berkarya.
Kendati demikian, kondisi pandemik ia mulai fokus melakukan penjualan secara online. Ia pun bergabung menjadi mitra Tokopedia.
4. Tokopedia dukung UMKM lokal untuk bangkit dari pandemik
“Di awal berjualan dan sebelum bergabung di Tokopedia, penjualan kami secara online hanya berkisar 10--20 persen. Namun setelah memanfaatkan Tokopedia, The Able Art bisa mengirimkan rata-rata 100 pesanan dalam sebulan ke berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Papua,” tutur Tommy.
Sementara itu, External Communications Senior Lead Tokopedia, Ekhel Chandra Wijaya mengatakan, pihaknya ingin memberikan panggung seluas-luasnya bagi pegiat UMKM lokal, termasuk difabel.
‘’Upaya ini untuk menciptakan peluang lewat pemanfaatan teknologi agar bisa bangkit bersama memulihkan ekonomi di saat pandemik,” katanya.
Baca Juga: Transaksi UMKM Semarang di Tokopedia Meroket di Kuartal III 2021