Masih Resesi! Pertumbuhan Ekonomi Jateng Minus 0,87 Persen 

Kontraksi terjadi karena penerapan PSBB Jawa-Bali

Semarang, IDN Times - Perekonomian di Provinsi Jawa Tengah masih mengalami resesi. Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat pertumbuhan ekonomi pada triwulan I tahun 2021 masih mengalami kontraksi, yaitu minus 0,87 persen.

1. Kontraksi triwulan III dan IV tahun 2020 lebih dalam dibandingkan triwulan I tahun 2021

Masih Resesi! Pertumbuhan Ekonomi Jateng Minus 0,87 Persen Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Namun, kondisi itu lebih baik apabila dibandingkan dengan triwulan III dan IV tahun 2020. Pada triwulan III tahun 2020 terjadi kontraksi lebih dalam pada kisaran minus 3 persen hingga minus 5 persen secara tahunan.

‘’Dibandingkan dengan kinerja pada triwulan IV tahun 2020, ekonomi Jawa Tengah pada triwulan I tahun 2021 kembali mencatatkan pertumbuhan positif, yaitu sebesar 1,69 persen setelah sebelumnya terkontraksi sebesar -1,89 persen,’’ ungkap Kepala BPS Jateng, Sentot Bangun Widoyono saat dikonfirmasi, Jumat (7/5/2021).

Baca Juga: Harga Daging Ayam Naik, Inflasi Jateng Bulan April Capai 0,04 Persen

2. PSBB Jawa-Bali jadi pemicu kontraksi pertumbuhan ekonomi

Masih Resesi! Pertumbuhan Ekonomi Jateng Minus 0,87 Persen ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Menurut dia, salah satu pemicu kontraksi tersebut pada triwulan I tahun 2021 adalah adanya penerapan PSBB ketat Jawa-Bali pada tanggal 11-25 Januari 2021. Kemudian diperpanjang dengan adanya kebijakan PPKM berbasis mikro tanggal 9-22 Februari di beberapa wilayah di Provinsi Jawa Tengah sebagai upaya penekanan laju penularan COVID-19 yang masih terus meningkat setelah adanya libur panjang Natal dan akhir tahun 2020.

Sama halnya yang terjadi pada triwulan II hingga IV tahun 2020, pada triwulan I tahun 2021 ini sebagian besar kategori lapangan usaha masih menunjukkan laju pertumbuhan negatif. Transportasi dan pergudangan masih menjadi kategori yang mengalami kontraksi terdalam yaitu sebesar minus 31,04 persen.

‘’Akan tetapi kontraksinya tidak sedalam pada triwulan II tahun 2020 yang menurun hingga minus 62,95 persen, maupun pada triwulan III dan IV tahun 2020 yang masing-masing menurun sebesar minus 37,68 persen dan minus 33,53 persen. Selanjutnya, lapangan usaha lain yang juga mengalami kontraksi cukup dalam, yaitu jasa lainnya yang menurun sebesar minus 9,88 persen, serta jasa perusahaan yang menurun sebesar minus 4,65 persen,’’ jelasnya.

3. Enam lapangan usaha tumbuh positif di triwulan I tahun 2021

Masih Resesi! Pertumbuhan Ekonomi Jateng Minus 0,87 Persen Ilustrasi pertanian(Dok. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)

Sementara, enam lapangan usaha yang mampu tumbuh positif di triwulan I tahun 2021, yaitu lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yang tumbuh sebesar 13,89 persen. Kemudian, informasi dan komunikasi sebesar 9,87 persen, pengadaan listrik dan gas sebesar 4,71 persen. Lalu, pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang sebesar 4,27 persen. Serta konstruksi sebesar 0,79 persen, dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 0,25 persen.

‘’Lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan bahkan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan kondisi pada triwulan I tahun 2020 yang mengalami kontraksi sebesar minus 4,73 persen. Tingginya pertumbuhan pada lapangan usaha tersebut karena ditopang oleh produksi tanaman pangan yang meningkat cukup tinggi, khususnya komoditas padi yang memasuki musim panen raya pada bulan Februari-Maret 2021,’’ tandas Sentot.

Baca Juga: Dorong Pemulihan Ekonomi, 8 TPKAD di Jateng Dikukuhkan Saat Pandemik

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya