Si Molis Wara-Wiri Bantu Jemput Rezeki, Bikin Senyum Ojol dan UKM Makin Berseri

Pemanfaatan motor listrik tingkatkan ekonomi masyarakat

Semarang, IDN Times - Telepon selular Irwan Septiadi berdering mengirimkan pesan notifikasi saat dia sedang pangkalan di daerah Semarang Utara. Ada pesanan untuk menjemput penumpang di Stasiun Poncol Semarang. Lelaki yang berprofesi sebagai pengemudi ojek online itu segera bergegas menyalakan mesin motor untuk bertemu calon penumpang sesuai titik penjemputan.

Tidak butuh waktu lama ia sudah menemui penumpang yang memesan jasanya untuk mengantar ke suatu lokasi. Sambil melihat motor yang dipakai Irwan, calon penumpang ojek online itu bertanya, ‘’Ini motor apa mas kok nggak ada suaranya. Apakah bisa antar saya ke Sukun Banyumanik nggak mas,’’ tanya penumpang.

Irwan pun menjelaskan bahwa ia mengendarai motor listrik (molis) dan belum pernah mengantar ke daerah Semarang atas. ‘’Begini pak, saya pakai motor listrik ini belum lama dan belum pernah ke daerah Banyumanik, bagaimana kalau kita coba bareng pak,’’ ujarnya.

Akhirnya, si penumpang setuju dan Irwan berhasil mengantar ke daerah Banyumanik dan melewati tanjakan Gombel yang curam dengan mengendarai motor listrik. Hal itu merupakan salah satu pengalaman Irwan sejak dua bulan terakhir memakai molis.

Mitra dari aplikasi online Grab itu kini sehari-hari menjemput rezeki dengan mengendarai kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB). Selama memakai motor listrik, kendaraan tersebut kerap menarik perhatian penumpang dan pelanggan yang menggunakan jasanya, karena tidak ada suara mesin maupun mengeluarkan emisi gas karbon.

Pengemudi ojek online merasakan keuntungan mengendarai motor listrik

Si Molis Wara-Wiri Bantu Jemput Rezeki, Bikin Senyum Ojol dan UKM Makin BerseriPengemudi ojek online mitra Grab, Irwan Septiadi memanfaatkan motor listrik (molis) untuk menjemput rezeki sehari-hari. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Namun tidak hanya itu, bagi Irwan sendiri KBLBB ini juga memiliki banyak keuntungan sehingga ia memutuskan beralih dari motor konvensional ke molis.

‘’Saya bergabung menjadi pengemudi Grab sudah sejak tahun 2017. Setiap hari saya melakukan perjalanan 25 kilometer dari rumah di Kaliwungu, Kabupaten Kendal ke Kota Semarang untuk bekerja mengantar penumpang atau mengirim makanan dan barang ke pelanggan. Seharian muter-muter di Kota Semarang dan sekitarnya untuk melakukan pekerjaan ini saya bisa menempuh perjalanan 100--150 kilometer,’’ ungkapnya saat ditemui IDN Times, Selasa (14/12/2021).

Selama mengendarai motor konvensional berbahan bakar minyak (BBM) banyak sekali risiko yang harus ditanggung ayah dari tiga anak ini. Mulai dari mengeluarkan biaya BBM minimal Rp 30 ribu per hari hingga harus rutin ke bengkel untuk ganti oli dan ganti suku cadang.

‘’Kalau pakai motor biasa setiap dua minggu sekali pasti ganti oli. Kalau nggak mesinnya bakal jebol, itu vital dan rutin biasa saya lakukan. Kemudian, selain ganti oli pasti ada pergantian suku cadang seperti, kampas rem, ganti ban, laker, shockbreaker. Setiap bulan pasti mikir, oh ganti ini ganti itu. Pengeluaran pun jadi boros dan habis hanya untuk perawatan kendaraan,’’ tuturnya.

Hingga pada bulan Oktober lalu ada pesan notifikasi dari aplikasi Grab kepada mitra untuk penawaran rental motor listrik. Setelah membaca syarat ketentuannya Irwan langsung tertarik memanfaatkan program tersebut dan menandatangani kontrak sewa motor listrik. Dalam kontrak tersebut Irwan harus menyisihkan penghasilannya untuk sewa motor listrik sebesar Rp 50 ribu per hari.

‘’Syarat itu langsung saya setujui dan saya memilih beralih ke molis karena sebagai pengemudi ojol senjata utamanya tentu ada di motor. Dengan membayar sewa Rp 50 ribu per hari setiap bangun pagi saya tidak lagi mikir ke bengkel mau perawatan apa untuk motor. Sebab, semua sudah ditanggung oleh Grab, termasuk perpanjangan STNK. Bahkan, sekarang pun nggak perlu lagi antre ke SPBU untuk beli bensin. Alhamdulillah, dua bulan ini lancar dan belum ada kendala yang berarti,’’ jelasnya.

Saat ini yang perlu dilakukan Irwan setiap hari hanya mengisi daya dua baterai molis, yakni satu baterai yang terpasang di motor dan satu lagi baterai cadangan. Rutinitas itu biasa dilakukan di rumah seusai pulang kerja.

"Kalau ada long trip saya bisa bawa gunakan dua baterai, satu terpasang dan satu baterai cadangan. Namun, kalau perjalanan hanya sekitar 100 kilometer, satu baterai saja cukup. Untuk nge-charge baterai molis ini di rumah juga tidak butuh biaya besar. Dengan token listrik prabayar cuma butuh biaya Rp 3 ribu per baterai waktunya pun hanya lima jam untuk mengisi daya dua baterai," jelas Irwan.

Secara ekonomi, setelah mengendarai molis penghasilan Irwan dari bekerja mulai pukul 08.00 hingga 18.00 WIB mengalami peningkatan sekitar 5--10 persen. Tentu itu menguntungkan bagi Irwan apalagi saat pandemik COVID-19. Demi meningkatkan pendapatannya, ia juga tidak pernah memilih-milih pesanan dari pelanggan.

"Sehari saya bisa melayani 20 orderan dari Grab baik di seputar Semarang, Kudus, hingga Kendal. Pokoknya, ketika aplikasi muncul notifikasi orderan saya bersyukur sekali, apalagi saat pandemik yang serba susah ini. Jadi, ada permintaan mau beli dan antar makanan oke, kirim paket siap, antar penumpang juga ayo. Yang penting orderan datang rezeki lancar, saya dan keluarga ikut senang," tuturnya.

Ia berharap semoga produksi kendaraan listrik semakin banyak, sehingga masyarakat dan teman-teman seprofesinya juga ikut menggunakan. Sebab, polusi udara saat ini benar-benar makin parah.

"Karena saya merasakan sendiri saat naik motor, jalanan macet sungguh bikin pengap dan sesak nafas. Tentu ini kan nggak bagus buat kesehatan karena kena polusi udara dari asap knalpot kendaraan bermotor. Sehingga, ke depan dibutuhkan makin banyak kendaraan yang ramah lingkungan seperti molis," tandasnya.

Baca Juga: 2030, Kementerian ESDM Targetkan 13 Juta Kendaraan Listrik Mengaspal 

Penjual rujak es krim makin laris sejak terima bantuan Gerobak Molis

Si Molis Wara-Wiri Bantu Jemput Rezeki, Bikin Senyum Ojol dan UKM Makin BerseriWidiyanto, penjual Rujak Es Krim Pak Wok berjualan dengan gerobak motor listrik (molis) bantuan dari PLN Peduli melalui Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PLN UID Jateng dan DI Yogyakarta. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Setali tiga uang dengan Irwan, motor listrik juga telah mengubah nasib penjual Rujak Es Krim Pak Wok yang berjualan di daerah Jatingaleh, Kota Semarang. Dari sebelumnya berjualan dengan gerobak dorong konvensional kini pasangan suami istri, Widiyanto dan Sri Mulyani bisa mencari rezeki menggunakan gerobak molis saat usia senja dan di tengah keterbatasan fisik.

Pelaku UKM yang berjualan rujak sejak tahun 1996 itu kini mulai bangkit. Tidak hanya dari dampak pandemik COVID-19, tapi dengan bantuan PLN Peduli ia bisa menggunakan gerobak molis untuk meningkatkan ekonomi keluarganya.

Lelaki berusia 64 tahun yang akrab disapa Pak Wok itu menceritakan, sudah 25 tahun lebih ia berjualan rujak di Ibu Kota Jawa Tengah. Dari awalnya keliling di kawasan Karangrejo, Gajahmungkur Semarang hingga akhirnya bisa berjualan di sekitar Kantor PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, Jalan Teuku Umar No 47 Karangrejo Semarang.

‘’Dulu saya berjualan keliling dari kampung ke kampung, terus dapat langganan karyawan PLN sehingga saya sering berjualan di sekitar kantor PLN. Namun, tahun 2011 saya kena stroke karena sakit saya tidak bisa berjualan keliling lagi dan memilih berjualan di depan kantor PLN ini,’’ tuturnya saat ditemui, Senin (13/12/2021).

Ia tak patah semangat untuk menjemput rezeki dengan tetap berjualan ditemani sang istri. Sebab, ia harus menafkahi istri, dua anak dan dua cucu yang masih tinggal di rumahnya di daerah Karangrejo, Semarang. Namun, saat badai COVID-19 menyerang usahanya turut terdampak.

‘’Jualannya jadi sepi, sehari kadang cuma 2--5 bungkus. Padahal sudah jualan mulai jam 08.00--16.00 WIB, tapi dari jualan rujak Rp 12 ribu per porsi cuma bawa pulang uang Rp 50 ribu--Rp 100 ribu,’’ ujar lelaki asal Kabupaten Sukoharjo itu.

Sampai akhirnya pada awal Desember 2021, PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Tengah dan DI Yogyakarta melalui PLN Peduli dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) memberikan bantuan Gerobak Molis. Moda transportasi KBLBB itu memudahkan Pak Wok berjualan rujak es krim sekaligus menggantikan gerobak kayu miliknya yang sudah 10 tahun terakhir tidak bisa jalan karena rusak rodanya.

‘’Alhamdulillah, mungkin sudah rezeki mendapat gerobak motor listrik ini. Sekarang setiap pagi saya diantar anak pertama saya untuk berjualan di dekat kantor PLN. Nanti sore hari saat sudah selesai jualan anak saya menjemput lagi,’’ terangnya.

Sekarang dengan adanya gerobak molis, dagangan rujak es krim makin laris. Gerobak baru milik Pak Wok juga menarik perhatian konsumen karena unik dan menarik. Namun, tak kalah penting fungsi dari kendaraan listrik tersebut tidak hanya saja memberikan energi bersih dan ramah lingkungan, tapi juga menggerakkan ekonomi keluarga Pak Wok dan mendorong UKM naik kelas.

‘’Sekarang saya senang yang beli rujak saya jadi banyak. Sehari bisa laku lebih dari 10 porsi. Hasilnya pun bisa untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan bayar sekolah anak,’’ tandasnya.

PLN Peduli bagi-bagi Gerobak Molis ke UKM di Jateng

Si Molis Wara-Wiri Bantu Jemput Rezeki, Bikin Senyum Ojol dan UKM Makin BerseriWidiyanto dan Sri Mulyani, penjual Rujak Es Krim Pak Wok berjualan dengan gerobak motor listrik (molis) bantuan dari PLN Peduli melalui Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PLN UID Jateng dan DI Yogyakarta. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

PLN Peduli melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) membagikan 15 Gerobak Molis kepada UKM di Kota Semarang dan Kabupaten Sragen pada Jumat (3/12/2021). PLN UID Jateng dan DIY mengucurkan anggaran senilai Rp 945.636.712,- untuk bantuan tersebut.

‘’Sebagai garda terdepan pembangkit ekonomi masyarakat di tengah pandemik COVID-19, PLN Peduli ingin membantu UKM dengan memberikan moda transportasi sekaligus fasilitas penunjang usaha yang ramah lingkungan untuk memudahkan para pelaku usaha terutama kalangan perempuan dan kelompok rentan,” kata General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, M Irwansyah Putra.

PLN Peduli menyasar UKM dari kalangan kelompok rentan dan difabel serta kalangan perempuan. Selain itu, ada kriteria bagi penerima manfaat Gerobak Molis tersebut antara lain diprioritaskan perempuan wirausaha tulang punggung ekonomi keluarga, mitra binaan atau komunitas, memiliki usaha keliling yang membutuhkan moda transportasi, usaha berjalan minimal kurang lebih 3 tahun.

Kemudian, lokasi usaha diutamakan berada di sekitar kantor PLN, mitra binaan memiliki daya listrik rumah 900--1.300 VA, mitra binaan memiliki SIM C, dan tidak menjual barang atau makanan yang dilarang dalam undang-undang/peraturan pemerintah.

‘’Melalui program bantuan Gerobak Molis ke UKM ini kami ingin kinerja TJSL tahun 2021 tercapai, menciptakan program creating shared value (CSV) dan mencapai Sustainable Development Goals (SDGs). Selanjutnya, juga untuk mengembangkan UKM yang berpotensi naik kelas, meningkatkan penggunaan listrik sebagai penggerak ekonomi, memberikan contoh dan edukasi untuk UKM dalam penggunaan moda transportasi berjualan dari energi bersih yang ramah lingkungan, memberikan kemudahan berjualan bagi kaum perempuan/kelompok rentan, dan menjalin hubungan kemitraan dengan stakeholder,’’ jelasnya.

Melalui upaya itu ekosistem kendaraan listrik khususnya di Jawa Tengah secara perlahan mulai terwujud. Si molis mulai wara-wiri di Jawa Tengah. Kondisi ini seiring upaya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang menargetkan sebanyak 13 juta KBLBB akan mengaspal di Indonesia pada tahun 2030.

Hal itu diungkapkan Tenaga Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Kelistrikan, Sripeni Inten Cahyani pada acara peluncuran sepeda motor berbasis listrik bagi mitra pengemudi GrabBike di Pabrik Viar Motor Indonesia di Kawasan Industri BSB Semarang bulan Oktober lalu.

Sesuai dengan Grand Strategi Energi Nasional dalam upaya pengurangan konsumsi BBM sebesar enam juta kilo liter (KL) per tahun serta menurunkan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 7,23 juta ton CO2e, pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 55 tahun 2019, mengenai percepatan program kendaraan listrik. Dalam regulasi itu pemerintah menargetkan akan ada dua juta mobil listrik dan 13 juta unit motor listrik mengaspal pada tahun 2030.

‘’Bahkan, untuk rencana jangka panjang pada 2040 pemerintah menargetkan semua penjualan motor di dalam negeri akan berbasis listrik atau semuanya merupakan motor listrik, tak lagi berbasis BBM. Dan untuk mobil ditargetkan pada 2050 semua mobil yang beredar adalah mobil listrik,’’ ungkapnya.

Baca Juga: 500 Motor Listrik Grab Mengaspal di Semarang, Siap Antar Pesananmu Lur

Grab kembangkan ekosistem kendaraan listrik di Jateng

Si Molis Wara-Wiri Bantu Jemput Rezeki, Bikin Senyum Ojol dan UKM Makin BerseriPengemudi ojek online mitra Grab, Irwan Septiadi memanfaatkan motor listrik (molis) untuk menjemput rezeki sehari-hari. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Untuk mendukung cita-cita pemerintah, aplikasi online serba bisa Grab pun juga mulai memenuhi kebutuhan masyarakat dan para mitra untuk berkendara menggunakan KBLBB.

City Manager Central Java Grab Indonesia, Ramdan Fitriyadi mengatakan, sejak tahun 2019 fokus perusahaan sudah berupaya untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik melalui komitmen #LangkahHijau secara nasional. Sedangkan, untuk di wilayah Jawa Tengah sendiri dukungan itu diwujudkan dengan peluncuran skuter listrik yang dapat digunakan oleh masyarakat, sepeda listrik yang digunakan oleh mitra pengantaran GrabFood, serta motor listrik yang digunakan oleh mitra pengemudi GrabBike di Surakarta dan Semarang. Grab juga bekerja sama membangun Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU) bersama dengan PLN Surakarta.

‘’Dalam mencapai ekosistem kendaraan listrik ini kami juga bekerja sama dengan VIAR yang merupakan salah satu produsen kendaraan berbasis listrik lokal. Kolaborasi ini menyiapkan 6.020 kendaraan listrik yang akan siap didistribusikan hingga akhir tahun 2021 di seluruh Indonesia dimana sebanyak 500 unit telah didistribusikan di Kota Semarang dalam rangka mewujudkan Semarang Smart City. Sepeda motor berbasis listrik ini akan digunakan bagi mitra pengemudi GrabBike dan mitra pengantaran Grab di seluruh Indonesia,’’ jelasnya.

Adapun, imbuh dia, hingga akhir tahun 2021 ini secara nasional Grab menargetkan armada kendaraan listrik yang bisa dimanfaatkan para mitra menjadi lebih dari 12 ribu unit. Sedangkan, untuk komitmen jangka panjang Grab menargetkan bisa menghadirkan 26 ribu kendaraan listrik di armada kendaraan listrik Grab pada tahun 2025.

PLN siapkan infrastruktur pendukung KBLBB melalui SPKLU

Si Molis Wara-Wiri Bantu Jemput Rezeki, Bikin Senyum Ojol dan UKM Makin BerseriStasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU). Foto PLN

Sementara, untuk mendorong terwujudnya ekosistem kendaraan listrik khususnya di wilayah Jawa Tengah, PLN UID Jawa Tengah dan DI Yogyakarta secara berkesinambungan mempersiapkan infrastruktur pendukung KBLBB melalui penyediaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di lokasi-lokasi strategis baik melalui program SPKLU PLN Mandiri dan juga kerja sama dengan stakeholder terkait.

General Manager PLN UID Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, M Irwansyah Putra mengatakan, untuk mendukung percepatan ekosistem kendaraan listrik ini pihaknya juga menjalankan program stimulus percepatan KBLBB berupa insentif biaya penyambungan pemilik kendaraan dan insentif tarif tenaga listrik bagi pemilik KBLBB yang home chargingnya terkoneksi dengan sistem PLN. Selain itu, PLN juga terus melakukan sosialisasi penggunaan kendaraan listrik pada berbagai acara di kota dan kabupaten di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.

‘’Sebab, kesuksesan program pembangunan SPKLU dan stimulus percepatan KBLBB ini tentunya akan menjadikan kenyamanan bagi para pemilik kendaraan listrik. Sehingga, tidak ada kekhawatiran untuk menggunakan kendaraan listrik sebagai sarana transportasi,’’ ungkapnya saat dikonfirmasi, Rabu (15/12/2021).

Selain itu, peningkatan konsumsi listrik pada infrastruktur pengisian kendaraan listrik tentunya akan menumbuhkan permintaan listrik di Jateng. Adapun, saat ini masih tersedia reserve margin sebesar 32,9 persen dari daya mampu yang tersedia.

‘’Kondisi suplai listrik di PLN Jawa Tengah dan DI Yogyakarta saat ini surplus dan sangat siap untuk mendukung kebutuhan listrik dari ekosistem kendaraan listrik baik kebutuhan listrik home charging, SPKLU eksisting dan juga untuk SPKLU yang akan dikembangkan di wilayah kami. Sedangkan, sekarang ini realisasi beban puncak sebesar 4.721 megawatt (MW) atau 67,1 persen dari daya mampu yang tersedia,’’ kata Irwansyah.

Untuk diketahui, khusus di wilayah Jawa Tengah saat ini telah beroperasi 10 unit electric vehicle (EV) charger di enam lokasi dan SPKLU tersebar di lima kota dan kabupaten di antaranya sebagai berikut:

  • SPKLU PLN Semarang, Jl Pemuda No 93 Semarang (DC 20 kW + AC 22 kW)
  • SPKLU Rest Area 379A, Ruas Jalan Tcl Semarang -- Batang (2x AC 7,4 kW)
  • SPKLU Rest Area 519A, Ruas Jalan Tol Solo -- Ngawi (DC 50 kW)
  • SPKLU Rest Area 5198, Ruas Jalan Tol Solo -- Ngawi (DC 50 kW)
  • SPKLU Rest Area 389B, Ruas Jalan Toi Batang -- Semarang (2x AC 7,4 kW)
  • SPKLU PLN Surakarta, Jalan Slamet Riyadi No 458, Kota Surakarta (DC 30 «W « DC-AC 25 kW).

‘’Pelanggan atau pemilik kendaraan listrik bisa mengisi daya listrik di SPKLU tersebut dengan tarif senilai Rp 2.466,- per kWH. Transaksi pada SPKLU ini bisa menggunakan aplikasi Charge.IN,’’ tandasnya.

Jadi, bagaimana sudah siapkah kamu beralih ke kendaraan listrik? Nggak usah pakai lama yuk?

Baca Juga: PLN Turunkan 3.460 Personel Amankan Pasokan Listrik Nataru di Jateng

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya