Dekarbonisasi Industri: Menuju Masa Depan yang Berkelanjutan 

IESR usulkan 5 pilar dekarbonisasi

Intinya Sih...

  • Dekarbonisasi industri membuka peluang baru bagi Indonesia
  • Manfaat dekarbonisasi industri: penghematan biaya produksi, pengurangan biaya bahan baku, dan peningkatan kualitas lingkungan
  • Lima pilar dekarbonisasi industri: efisiensi sumber daya, elektrifikasi industri, penggunaan bahan bakar rendah karbon, teknologi CCS/CCUS

Semarang, IDN Times - Industri menjadi salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di Indonesia. Hal ini mendorong pemerintah dan berbagai pihak untuk melakukan upaya dekarbonisasi demi mencapai target emisi dan meningkatkan daya saing industri.

1. Tantangan dan peluang dekarbonisasi industri

Dekarbonisasi Industri: Menuju Masa Depan yang Berkelanjutan ilustrasi proyek Pertamina menggunakan komponen dalam negeri (TKDN), untuk memajukan industri nasional dan menggerakkan ekonomi nasional. (dok. Pertamina)

Emisi sektor industri di Indonesia mengalami peningkatan signifikan, mencapai lebih dari 400 juta ton setara karbon dioksida pada tahun 2022. Hal ini menjadi tantangan besar yang perlu diatasi.

"Dekarbonisasi industri bukan hanya soal pengurangan emisi, tetapi juga membuka peluang baru bagi industri Indonesia," kata Manajer Program Transformasi Energi Institute for Essential Services Reform (IESR), Deon Arinaldo.

Adapun, dekarbonisasi industri dapat memberikan berbagai manfaat, seperti:

  • Penghematan biaya produksi hingga 30 persen
  • Pengurangan biaya bahan baku yang tidak dapat digunakan kembali hingga 66 persen
  • Potensi penghematan biaya pajak karbon
  • Penghematan biaya pengendalian dampak lingkungan
  • Peningkatan kualitas lingkungan dan keanekaragaman hayati
  • Pembukaan peluang pekerjaan hijau
  • Penurunan kebutuhan subsidi kesehatan.

Baca Juga: Regulasi Baru untuk Efektivitas Pemenuhan Kuota PLTS Atap, Mampukah?

2. Lima pilar strategi dekarbonisasi industri

Dekarbonisasi Industri: Menuju Masa Depan yang Berkelanjutan Grand Batang City atau Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Jawa Tengah (Jateng). (dok. PT KITB)

IESR mengusulkan lima pilar dekarbonisasi industri:

  1. Efisiensi sumber daya: Mengurangi penggunaan bahan baku dan air.
  2. Efisiensi energi: Mengganti energi fosil dengan energi terbarukan dan meningkatkan efisiensi penggunaan energi.
  3. Elektrifikasi industri: Mengganti mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar fosil dengan mesin-mesin elektrik.
  4. Penggunaan bahan bakar, bahan baku, dan sumber energi rendah karbon: Beralih ke bahan bakar nabati, hidrogen hijau, dan bahan baku daur ulang.
  5. Pemanfaatan teknologi penangkap dan penyimpanan karbon (CCS/CCUS): Mengurangi emisi dari proses yang sulit didekarbonisasi secara teknis.

3. Implementasi dekarbonisasi industri

Dekarbonisasi Industri: Menuju Masa Depan yang Berkelanjutan Ilustrasi asap industri (unsplash.com/Maxim Tolchinskiy)

Implementasi dekarbonisasi industri membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak, seperti pemerintah, industri, dan akademisi.

Pemerintah dapat mendorong dekarbonisasi industri melalui berbagai kebijakan, seperti:

  • Memberikan insentif bagi industri yang menerapkan teknologi rendah karbon.
  • Mendukung penelitian dan pengembangan teknologi rendah karbon.
  • Membangun infrastruktur energi terbarukan.
  • Menerapkan regulasi sertifikasi untuk produk hijau.

Industri juga perlu berkomitmen untuk melakukan dekarbonisasi dengan cara:

  • Mengadopsi teknologi rendah karbon.
  • Meningkatkan efisiensi penggunaan energi dan sumber daya.
  • Beralih ke bahan bakar, bahan baku, dan sumber energi rendah karbon.

Dekarbonisasi industri merupakan langkah penting untuk mencapai target emisi dan meningkatkan daya saing industri Indonesia.

"Implementasi lima pilar dekarbonisasi industri dan kolaborasi dari berbagai pihak dapat mewujudkan masa depan industri yang berkelanjutan dan ramah lingkungan," tandas Dion.

Baca Juga: [FOTO] CCUS Pertamina, Menjaga Negeri dengan Dekarbonisasi

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya