Indonesia Belajar dari China untuk Masa Depan Tanpa Batubara
Intinya Sih...
- Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur siap hadapi pergeseran global ke energi terbarukan
- Kunjungan ke Shanxi, China membahas kerja sama transisi energi antara Indonesia dan China
- Perlu inovasi teknologi, identifikasi sektor ekonomi alternatif, dan peningkatan literasi keuangan untuk menghadapi transisi energi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Times - Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur, dua provinsi penghasil batubara terbesar di Indonesia, kini bersiap menghadapi tantangan besar. Pergeseran global menuju energi terbarukan mengancam ekonomi daerah yang bergantung pada batubara. Namun, harapan muncul dari kerja sama internasional yang menjanjikan.
1. Potensi untuk saling melengkapi
Dalam upaya proaktif menghadapi perubahan itu, perwakilan dari kedua provinsi tersebut mengunjungi Provinsi Shanxi, China. Kunjungan tersebut merupakan bagian dari "Diskusi Kedua Mengenai Masa Depan Tanpa Batubara dan Kunjungan Lapangan Transisi Energi China-Indonesia" yang diselenggarakan oleh Shanxi Carbon-Peak-Carbon-Neutral Energy Revolution Research Institute (CCERR), People of Asia for Climate Solutions (PACS), dan Institute for Essential Services Reform (IESR), Kamis (1/8/2024).
Direktur Eksekutif CCERR, Zhang Cheng menjelaskan signifikansi kunjungan tersebut.
"China dan Indonesia memiliki potensi besar untuk kerja sama dalam transisi ke energi terbarukan, termasuk transfer teknologi, investasi proyek, dan pembangunan kapasitas. Kerjasama energi kedua negara sangat saling melengkapi dan memiliki prospek yang luas," ujarnya.
Baca Juga: Rakernas HKI Usul Pembentukan Badan Pengembangan Kawasan Industri
2. Pentingnya persiapan untuk transisi energi
Sementara itu, Direktur Eksekutif PACS, Xiaojun Wang menekankan pentingnya inovasi teknologi.
"Meningkatkan kemampuan inovasi teknologi energi terbarukan melalui pembentukan lembaga penelitian ilmiah dan perusahaan berteknologi tinggi, serta menerapkan program pelatihan terstruktur, sangat penting," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa menyoroti urgensi persiapan menghadapi transisi energi.
"Pemerintah harus segera mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi alternatif yang menjanjikan sekaligus meningkatkan literasi keuangan masyarakat dan mempersiapkan para pekerja industri batu bara untuk industri yang berkelanjutan," katanya dalam keterangan resmi kepada IDN Times, Selasa (6/8/2024).
3. Menjadi peluang masa depan
Sebagai langkah konkret, CCERR, PACS, dan IESR telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk mempromosikan pengembangan energi rendah karbon dan kolaborasi dalam transisi energi.
Manajer Program Ekonomi Hijau IESR, Wira A Swadana menyambut baik kemitraan tersebut.
"Ini menawarkan platform yang berharga bagi China dan Indonesia untuk berbagi keahlian dan praktik terbaik dalam mencapai masa depan energi yang berkelanjutan," ungkapnya.
Kunjungan lapangan mencakup lima lokasi utama di Shanxi, termasuk produsen energi terkemuka dan pusat inovasi teknologi terbarukan. Pengalaman itu diharapkan dapat menginspirasi strategi transisi energi di Indonesia.
Menghadapi tantangan transisi energi, Indonesia kini memiliki kesempatan berharga untuk belajar dari pengalaman China. Dengan kolaborasi internasional dan inovasi teknologi tersebut masa depan tanpa batubara bukan lagi mimpi, melainkan peluang untuk pembangunan yang lebih berkelanjutan.
Baca Juga: Dekarbonisasi Industri: Menuju Masa Depan yang Berkelanjutan