Resah Tingkat Konsumsi Ikan Rendah,3 Anak Muda ini Dirikan Indofishery

Ada 53 ragam produk perikanan yang terjangkau dan higienis

Semarang, IDN Times - Mengonsumsi ikan segar saat ini masih dianggap sebagai hal yang mewah. Pasalnya, untuk mendapatkan ikan harus merogoh kocek mahal dan belum tentu pasokannya ada setiap saat.

Hal tersebut berdampak pada tingkat konsumsi ikan di Jawa Tengah. Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jawa Tengah, dari laman resmi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah, tingkat konsumsi ikan di Jawa Tengah terbilang rendah. Di Tahun 2018 saja, tingkat konsumsinya hanya 29,19 kilogram per kapita per tahun. Angka tersebut masih kalah dibandingkan daerah lain.

Padahal provinsi Jawa Tengah termasuk dalam lumbung perikanan nasional. Dilansir dari data DKP Jawa Tengah, Jawa Tengah memiliki luas laut 1.640.000 hektare dengan hasil perikanan, baik yang terdiri dari nelayan tangkap maupun nelayan budidaya sebanyak 956.000 ton ikan setiap tahunnya.

Sebut saja Jawa Timur. Dimana tingkat konsumsi ikannya telah mencapai 36 kilogram per kapita per tahun. Apalagi dengan angka nasional, yang telah menembus 51,5 kilogram per kapita per tahun.

Segala inovasi dan kreasi terus dilakukan dan digalakkan oleh pemerintah, baik melalui sosialisasi maupun kampanye gemar makan ikan. Hal tersebut bertujuan untuk mengejar ketertinggalan tingkat konsumsi ikan masyarakat Jawa Tengah.

Keprihatinan rendahnya mengonsumsi ikan disadari oleh seorang millennial asli Rembang, Jawa Tengah, yang sukses mengembangkan perusahaan perintis atau startup berbasis pada penjualan ikan secara daring atau online. Startup tersebut bernama Indofishery.

 

Baca Juga: Tujuh Startup Maritim Semarang 'Ngobam' Bareng Untuk Majukan Pesisir

1. Indofishery masih berumur enam bulan

Resah Tingkat Konsumsi Ikan Rendah,3 Anak Muda ini Dirikan IndofisheryDok. Indofishery

Startup Indofishery masih terbilang baru, karena dirilis pada Maret 2019. Namun startup tersebut telah berdiri sejak 2018.

Indofishery dibuat oleh Abdul Khamid selaku CEO Indofishery, bersama dua rekannya Fazlur Rahman Aziz selaku CMO dan Bahtera Sebhastyan sebagai CTO. Mereka bertiga adalah alumni Perikanan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. 

2. Indofishery dibentuk untuk mengatasi permasalahan perikanan

Resah Tingkat Konsumsi Ikan Rendah,3 Anak Muda ini Dirikan IndofisheryIDN Times/Dhana Kencana

Indofishery hadir karena Khamid melihat ada dua permasalahan dari hulu dan hilir perikanan di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah. Permasalahan tersebut saling berhubungan satu sama lainnya.

Permasalahan dari hulu perikanan, menurutnya adalah sistem patron klien di nelayan yang mengakar, sehingga memaksa nelayan atau pembudidaya tidak memiliki pilihan atau alternatif menjual hasil tangkapannya.

"Selain itu, permasalahan rantai distribusi ikan, juga menjadi pertimbangan kami mendirikan Indofishery," kata CEO Indofishery, Abdul Khamid kepada IDN Times, Senin (9/9).

Sedangkan permasalahan dari hilir perikanan adalah terkait kebutuhan ikan bagi masyarakat. Selama ini masyarakat hanya diberikan dua pilihan untuk membeli atau mendapatkan ikan. Yaitu di pasar tradisional dan pasar modern atau supermarket.

Pasar tradisional hanya bisa menjamin harga yang sedikit terjangkau namun tidak mampu menjamin higienitas. Sebaliknya, di supermarket, higienitas didapat, akan tetapi harga untuk mendapatkannya sangat tinggi.

"Indofishery hadir menjadi alternatif dan pilihan. Karena kami bisa menjamin ikan higienis dan tetap dengan harga yang terjangkau. Kami jamin," imbuh pria berusa 23 tahun itu.

3. Kemitraan Indofishery tersebar di seluruh Jawa Tengah

Resah Tingkat Konsumsi Ikan Rendah,3 Anak Muda ini Dirikan IndofisheryIDN Times/Dhana Kencana

Keberadaan Indofishery menjadi jawaban atas sejumlah masalah tersebut. Bagaimana tidak, dalam kurun waktu Maret-Agustus 2019, Indofishery sudah mempunyai 29 kemitraan di seluruh Jawa Tengah.

Kemitraan tersebut terbagi menjadi tiga. Di antaranya 12 agen sebagai kemitraan penyalur, 11 agen untuk kemitraan industri horeka (hotel, restoran, dan katering), dan 6 agen sebagai kemitraan di pondok pesantren.

Untuk jumlah pelanggannya, sudah lebih dari 500 pelanggan, baik dari perseorangan maupun dari dunia usaha.

Syaratnya untuk menjalin kemitraan Indofishery tidak sulit. Cukup memiliki freezer atau lemari pendingin dan mengisi formulir adminstrasi saat proses survei.

"Kami masih akan terus meningkatkan kemitraan kita. Saat ini pun sudah banyak yang mendaftar. Targetnya ada 35 kemitraan kami di seluruh Jawa Tengah. Jadi satu kabupaten/kota ada satu perwakilan," jelas Khamid, yang lulus baru pada November 2018.

4. Indofishery menjual 53 ragam jenis ikan

Resah Tingkat Konsumsi Ikan Rendah,3 Anak Muda ini Dirikan IndofisheryIDN Times/Dhana Kencana

Selama enam bulan berkiprah, omset Indofishery telah menembus angka Rp40-60 juta per bulan. Pendapatan kotor harian mereka mencapai Rp1,5-3 juta.

"Saat ini memang pemesanan banyak melalui website www.indofishery.id. Hasil itu memang belum masuk ke target. Harapan kita masih bisa lebih dari itu," jelas pria yang hobi menulis itu.

Produk perikanan yang dijual Indofishery beragam. Mulai dari ikan segar, aneka fillet, makanan laut atau seafood, dan aneka olahan perikanan lainnya. Produk tersebut didapatkan dari mitra nelayan serta sejumlah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang bergerak di bidang kemaritiman.

Untuk ikan terdapat 53 jenis, dengan kualitas lokal, ekspor dan impor. Bahkan ikan segar tersebut juga sudah bersih insang, bersih isi perut, dan bersih sisik, saat sudah sampai di konsumen atau pembeli.

"Untuk ikan segar, kami berikan juga free atau gratis juga untuk fillet dan potong. Jadi tinggal disesuaikan seleranya," ujar Khamid.

5. Produk higienis menjadi salah satu kunci Indofishery

Resah Tingkat Konsumsi Ikan Rendah,3 Anak Muda ini Dirikan IndofisheryIDN Times/Dhana Kencana

Awalnya banyak pelanggan meragukan kiprah Indofishery dalam bisnis jual ikan secara online di Jawa Tengah. Namun, Theresia, seorang pelanggan asal Semarang, menjadi ketagihan akan produk berkualitas dari Indofishery.

"Saya tadinya diberitahu oleh Aziz, yaitu CMO Indofishery. Akhirnya buka web-nya, ada semua. Kalau kondisinya seperti ini (bersih dan higienis), oke buat saya," ungkapnya saat ditemui IDN Times di Semarang, Jawa Tengah.

Theresia sudah tiga kali bertransaksi dengan Indofishery. Ia mengaku ikan yang dibeli akan dijual kembali. Ia akhirnya memilih Indofishery lantaran pertimbangan kebersihan dan higienitas dari produk yang dijual.

"Ada beberapa yang saya tahu, tapi saya tidak suka. Karena jorok, walaupun bagus, pasti saya tidak mau. Kalau ini (Indofishery), it's okay, aman," aku ibu dua anak itu.

6. Indofishery terlibat dalam program gemar makan ikan

Resah Tingkat Konsumsi Ikan Rendah,3 Anak Muda ini Dirikan IndofisheryIDN Times/Dhana Kencana

Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jawa Tengah mencermati sepak terjang Indofishery. Mereka pun dilibatkan dalam kampanye gemar makan ikan, yang tengah digaungkan oleh Pemprov Jateng.

Dalam satu tahun era pemerintahan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin, program gemar makan ikan turut menjadi prioritas utama. Hal itu dilakukan untuk perbaikan gizi dan kesehatan masyarakat, khususnya pertumbuhan dan kecerdasan anak-anak.

"Ikan memiliki banyak kandungan gizi yang baik untuk kesehatan. Gerakan gemar makan ikan harus digenjot. Inovasi dan kreasi harus dilakukan untuk meningkatkan tingkat konsumsi ikan masyarakat Jawa Tengah," tegas Ganjar Pranowo, sebagaimana dikutip IDN Times dari laman resmi Pemprov Jateng.

7. Kehadirannya diyakini bisa meningkatkan konsumsi ikan masyarakat

Resah Tingkat Konsumsi Ikan Rendah,3 Anak Muda ini Dirikan IndofisheryIDN Times/Dhana Kencana

Adanya Indofishery membuat DKP optimis tingkat konsumsi ikan di Jawa Tengah bisa meningkat. Secara tidak langsung, mereka menyediakan komoditi perikanan yang terjangkau dan terjamin higienitasnya.

Targetnya hingga akhir 2019, tingkat konsumsi ikan masyarakat di Jawa Tengah bisa naik menjadi 30 kilogram per kapita per tahun.

"Membantu program pemerintah terutama gemar makan ikan. Melalui penyediaan berbagai komoditi perikanan yang dapat dijadikan olahan menu makanan berbasis ikan dengan harga terjangkau dan kualitas terjamin. Kami (DKP Jateng) mendukung sekali kehadiran startup Indofishery. Sangat selaras dengan program bapak gubernur untuk menjadikan masyarakat Jateng yang sehat dan sejahtera," ucap Kepala DKP Jateng, Fendiawan Tiskiantoro saat dihubungi IDN Times, Senin (9/9).

Penyediaan komoditi perikanan yang dilakukan oleh Indofishery juga menjadi hak setiap warga negara, untuk mengonsumsi ikan dengan harga terjangkau, kualitas prima, dan higienis. Dengan demikian, makan ikan tidak lagi menjadi hal yang mahal atau mewah. Tetapi makan ikan menjadi sesuatu yang rutin dilakukan sebagai warga negara kepulauan, agar semakin sehat dan bergizi.

Baca Juga: Mengembangkan Daya Tarik Desa Wisata Jateng lewat Startup Pramuwisata

Topik:

  • Dhana Kencana
  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya