Tebengan Wifi Internet Burjo Bawa Keramik Salatiga Mendunia

Sukses memanfaatkan platform digital untuk usaha

Memulai berwirausaha bisa berangkat dari lingkup terkecil, yakni rumah. Setelah menekuninya, memerlukan konsistensi untuk menjaga dan mempertahankan usaha supaya terus eksis di tengah persaingan teknologi dan kompetitor yang ada.

Itulah sekelumit pesan yang disampaikan oleh Roy Wibisono Anang Prabowo, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Naruna Keramik saat menjadi pembicara e-learning Akademi Balatkop pada Selasa (23/5/2023) secara virtual. Di kelas online tersebut, Roy memberikan materi mengenai manajemen pemasaran UMKM cangkir keramik kepada peserta yang sebagian besar adalah pelaku usaha pemula.

Saat bertemu IDN Times, Roy bercerita, ia merintis UMKM di bidang kriya keramik tableware (peralatan makan) pada 15 Agustus 2019. Pria kelahiran Kendal, Jawa Tengah itu tak malu mengakui jika usahanya dirintis dari sebuah garasi kecil di rumahnya di Jalan Kauman 9B Salatiga.

Ingatan Roy masih tajam. Kala itu--enam bulan sebelum pandemik COVID-19 mewabah Indonesia--bermodalkan muka tebal, Roy menebeng jaringan internet nirkabel (wifi) dari warung bubur kacang hijau yang bersebelahan dengan garasi rumah. Hal itu dilakukan semata untuk memasarkan produknya secara online.

Menurutnya, kecepatan internet menjadi kunci usahanya terkenal meski berasal dari kota kecil, Salatiga. Hal itu tidak lepas dari ketersediaan infrastruktur jaringan serat optik Proyek Palapa Ring, yang memeratakan layanan internet (broadband) berkecepatan tinggi terjangkau sampai ke daerah pelosok di Indonesia. Hingga tahun 2022, Palapa Ring sudah menjangkau 514 kabupaten/kota, salah satunya termasuk Kota Salatiga.

"Awalnya merintis Naruna ini dari cuma tiga orang. Dulu ngantornya kami di warung burjo (red: bubur kacang hijau), buat nebeng wifi biar bisa tetap online untuk berjualan dan memasarkan produk keramik Naruna. Mulai dari pagi, siang, sore, malam di burjo," katanya kepada di tempat usaha yang berlokasi di Jalan Sawosari Nomor 2 Salatiga, Senin (5/6/2023).

Tebengan Wifi Internet Burjo Bawa Keramik Salatiga MenduniaPelaku UMKM Naruna, Roy Wibisono mengecek produk cangkir keramik di Salatiga. (IDN Times/Dhana Kencana)

Passion dan pengalamannya pernah bekerja di industri keramik sejak tahun 1980--1990 menjadi aset utama Roy menekuni usaha kerajinan keramik. Ia juga tak rendah diri dan putus asa ketika sebagian orang mencemooh produknya karena dianggap sulit bersaing di pasaran.

Cita-cita Roy tidak muluk-muluk. Jebolan Teknik Kimia Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu menginginkan keramik dalam negeri dapat unggul dan terkenal seperti produk kriya gerabah dari Kasongan, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Bagi Roy, kerajinan keramik memerlukan campur tangan secara keilmuan, teknologi, dan desain sehingga bisa berjaya di negeri sendiri. Dengan begitu, perlahan tapi pasti mampu membendung produk keramik impor.

Dorongan itulah yang terus menguatkan semangat Roy menelateni usaha kerajinan keramik Naruna.

"Industri keramik ini tidak menarik. Karena kecintaan saya bergelut di keramik, suka keramik, jadi modal kuat mengembangkan Naruna ini. Passion ini menunjang untuk menciptakan produk yang benar-benar tidak hanya kita sukai karena kita mendalaminya, tapi juga bisa berdampak positif kepada market (pasar)," ujarnya.

Roy mengaku berani tampil beda dengan desain yang out of the box dari yang ada. Desain tersebut justru menjadi karakter dan ciri khas produk keramik Naruna.

Menurutnya, mereka yang membeli produk Naruna memiliki keeksklusifan. Pasalnya, Naruna memproduksi satu keramik dengan keramik lainnya dengan warna dan desain yang berbeda.

Selain warna dan desain, bahan baku untuk produksi juga memengaruhi kekuatan produk. Roy ikut menggaransi produk keramiknya 100 persen penggantian jika diterima dalam keadaan pecah saat pengiriman.

"Warna menjadi salah satu desain ciri khas produk keramik Naruna. Dengan warna reaktif, gradasi, glowing, meleleh, itu menjadi trade mark Naruna," imbuh Roy.

Baca Juga: QRIS Bantu Yuli Tak Lagi Parno sama Uang Palsu

Tebengan Wifi Internet Burjo Bawa Keramik Salatiga MenduniaSeorang karyawan membuat gelas keramik Naruna di Salatiga. (IDN Times/Dhana Kencana)

Saat pandemik COVID-19, tidak sedikit pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang tumbang. Bisnis macet alias tidak berjalan mulus lantaran minim bahkan tidak adanya permintaan pasar.

Naruna malah bertahan. Roy sukses mengekspor produk keramik ke India, Amerika Serikat, Australia, Jerman, Belgia, Qatar, dan Arab Saudi. Hal itu dicapai berkat kepekaannya untuk beralih dari Business to Business (B2B) ke Business to Customer (B2C). 

Peralihan tersebut dibarengi dengan pemanfaatan media sosial sebagai sarana (tools) untuk memasarkan produk keramik Naruna.

Hampir semua media sosial digunakan. Mulai dari Instagram, Facebook, Tiktok, Youtube, Linkedin, dan Whatsapp. Selain itu, ikut menyasar sejumlah lokapasar (marketplace), seperti Tokopedia, Shopee, dan Blibli.

"Pandemik, resto dan kafe banyak yang cancel akhirnya menyasar individu (B2C). Sehingga messages-nya, tetap bisa ngopi dengan cangkir Naruna meski di rumah dan WFH (work from home). Kalau tidak kenal, maka tidak sayang. Kalau tidak dikenalkan sama produk keramik Naruna, bagaimana masyarakat bisa tahu?" akunya.

Roy membenarkan, pemasaran dan branding dengan pemanfaatan teknologi informasi menjadi bagian penting dari usahanya bisa eksis sampai saat ini.

Kondisi itu yang menjadi alasannya menggaet 25 orang anak-anak muda, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), untuk khusus menangani media sosial, untuk branding dan pemasaran produk keramik Naruna.

Ia secara khusus memilih menginvestasikan modal untuk pemasaran dan branding melalui media sosial dibandingkan harus menyewa atau membeli ruko dengan berjualan konvensional.

"Karena benar-benar tidak perlu modal banyak (jualan di online). Dari satu postingan sekitar 100 ribu view, yang tanya soal keramik Naruna sudah 200 akun atau orang. Itu sudah cukup baik meningkatkan branding. Mungkin mereka akan simpan di bookmark, next pas gajian akan beli. Saya yakin dan jamin," tutur pria kelahiran 18 Mei 1972 tersebut.

Sukses Adopsi Teknologi Digital

Tebengan Wifi Internet Burjo Bawa Keramik Salatiga MenduniaSeorang karyawan memposting produk cangkir keramik Naruna Keramik di Salatiga ke media sosial. (IDN TImes/Dhana Kencana)

Salah satu pelanggan produk keramik Naruna adalah Winda. Ia tertarik menggunakan produk setelah melihat postingan media sosial TikTok, @naruna.keramik mulai pertengahan tahun 2022.

@naruna.official

Winda mengaku sudah beberapa kali memesan secara online merasa puas atas pelayanan dan produk dari Naruna. Kini secara khusus, ia mengoleksi produk keramik dari Naruna. Seperti keramik cangkir, piring, sampai kendi.

"Saya tidak ngeh, karena saya kira produk keramik-keramik kayak biasanya. Ternyata, kok sering muncul di feed. Akhirnya, kepo malah kepincut buat beli. Gak tahunya, benar-benar bagus. Pertama kali beli sampai sekarang ketagihan. Nyesel saya, kenapa gak dari dulu tahunya," kata perempuan kelahiran Yogyakarta itu sembari tersenyum.

Transformasi digital terbukti berperan penting mempercepat pertumbuhan ekonomi setempat dengan peningkatan produktivitas usaha keramik Naruna melalui digitalisasi. Selain itu, adopsi teknologi ikut mendorong produksi UMKM kompetitif sehingga membuka penciptaan lapangan kerja baru.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), sebagai akselerator ekosistem digital nasional, mendorong pelaku UMKM untuk mengadopsi dan memanfaatkan teknologi digital untuk menunjang operasional usaha mereka.

Menteri Kominfo, Budi Arie Setiadi mengatakan, pihaknya menyediakan ekosistem digital untuk mempermudah para pelaku UMKM bisa naik kelas (scale-up). Ekosistem tersebut mulai dari pembangunan infrastruktur digital, stimulus pelatihan digital, dan penguatan kecakapan digital.

“Pembangunan infrastruktur yang dikenal dengan tiga layer. Yaitu tulang punggung (backbone), middle mile (menggunakan teknologi satelit), dan the last mile (pembangunan Base Transceiver Station/BTS). Kedua, mengupayakan stimulus berupa pelatihan atau pendampingan untuk mendukung peralihan UMKM konvensional ke digital. Ketiga, untuk kepentingan mendorong peningkatan kapasitas dan peran UMKM di dalam ekonomi nasional kita,” kata Budi saat Acara Ngobrol Bareng Pejabat Program Markas UMKM di Jakarta Selatan, Rabu (13/09/2023).

Baca Juga: Training Leveling Sulap UMKM Rumahan Tidak Lagi Murahan

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya