Blusukan ke Pasar, Juragan Bandeng Presto Menangguk Rezeki saat Pandemik

UMKM bandeng presto mampu bangkit saat masa pandemik

Semarang, IDN Times - Berada di ujung Kampung Dworowati Raya, Kecamatan Semarang Barat, rumah berkelir hijau muda tersebut masih lengang pada Rabu (28/10/2020). Saat IDN Times bertandang ke rumah tersebut, terdapat perempuan paruh baya yang mempersilahkan masuk. 

"Mari masuk, Mas. Tunggu bapak sebentar," kata perempuan tersebut sembari meminta IDN Times masuk ke ruang tamu. 

Sejauh mata memandang, ruangan tamunya dipenuhi tumpukan bandeng presto yang dibungkus rapi di eatalase. Tak lama kemudian, yang ditunggu akhirnya muncul. Seorang pria bertubuh jangkung pun menyapa ramah.

Petrus Sugianto, nama pria tersebut mengaku sejak servere acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) alias virus Corona merebak di seluruh Indonesia termasuk Kota Semarang, usaha bandeng presto yang ia geluti nyaris bangkrut.

1. PSBB Jabodetabek bikin penjualan bandeng presto turun drastis

Blusukan ke Pasar, Juragan Bandeng Presto Menangguk Rezeki saat PandemikPetrus bersama istrinya saat merapikan bandeng presto di rumah sekaligus tokonya di Kampung Dworowati Raya Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Sebulan pertama masa pandemik, semua toko yang jadi mitranya memilih tutup total. Omzet penjualannya langsung drop sampai 90 persen. Kondisinya tambah parah dengan diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di area Jabodetabek. Menurut Petrus, PSBB semakin mempersulit dirinya untuk memasarkan bandeng prestonya.

"Kondisi terparah pas bulan Juni dan Juli. Di rumah saya kan jadi tempat produksi sekaligus pusat pelatihan pembuatan bandeng presto. Tapi pas pandemik, 18 toko mitra kita semuanya tutup. Juga saat itu ada lockdown. Saya pikir habislah kita," akunya.

Baca Juga: 5 Hal Penting yang Harus Kamu Tahu Mengenai Panci Presto, Penasaran?

2. Petrus jadi pelopor UMKM bandeng presto di Semarang

Blusukan ke Pasar, Juragan Bandeng Presto Menangguk Rezeki saat PandemikBandeng presto jadi makanan olahan khas Semarang yang terdampak pandemik virus Corona. IDN Times/Fariz Fardianto

Ancaman kebangkrutan sudah terbayang jelas di pikirannya. Ia sempat dilanda kekhawatiran jika bisnisnya yang sudah ia rintis sejak tahun 1997 itu bakal meredup.

"Waktu pertama kali merintis usaha, saya memproduksi bandeng presto di Jalan Dworowati Gang 8. Itu mulai 1997. Produknya saya kasih nama bandeng presto New Istiqomah sesuai nama istri saya, Istiqomah. Nah, tahun 2011 saya ditetapkan jadi pelopor pembuatan bandeng presto untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Semarang. Dengan munculnya pandemik, perasaan saya jadi was-was. Soalnya kan semua sektor kena dampaknya," kata Petrus.

Saat pertama kali membuka usaha, Petrus terbesit untuk memberdayakan para ibu rumah tangga yang banyak menganggur di rumah. Kebetulan di kampungnya dulu banyak ibu-ibu yang menganggur.

"Karena banyak menunggu suaminya pulang melaut, kegiatan mereka cuma ngurus anak di rumah. Terus pelan-pelan kita ajak mereka bantu membuat bandeng presto. Awalnya kita baru produksi 5-10 kilo sehari. Lama kelamaan ada 21 ibu rumah tangga yang jadi binaan saya," ujarnya.

Oleh sebab itulah, ia merasa eman-eman jika bisnis bandeng prestonya mandek saat pandemik. Ia tambah cemas saat mendapati jumlah produksinya turun drastis jadi 80 kilogram sehari dari semula mampu memproduksi 160-200 kilogram sehari.

Baca Juga: Doyan Makan Ikan Bandeng? Ini 5 Manfaatnya bagi Kesehatan Tubuh

3. Bangkit saat pandemik, bandeng presto dipasarkan lewat ojol

Blusukan ke Pasar, Juragan Bandeng Presto Menangguk Rezeki saat PandemikDok.IDN Times/Istimewa

Dengan situasi serba susah, ia tetap bertahan sembari mencari celah untuk memasarkan usahanya tersebut. Mula-mula ia masuk ke berbagai komunitas perkumpulan warga untuk menawarkan dagangannya. Cara itu, ia anggap cukup manjur.

Kemudian ia juga bekerjasama dengan GrabFood guna memasarkan bandeng prestonya sampai luar kota.  "Dua sampai tiga bulan pandemik Corona, gak ada yang mau beli bandeng. Orang-orang pada di-PHK, otomatis gak punya uang," akunya.

"Tapi tetap kita jual lewat media sosial, ke komunitas warga dan kita tawarkan lagi ke para pelanggan di Bandung dan Jakarta. Beli sekilo dua kilo tetap kita layani. Yang terjadi saat itu, begitu dapat pesanan sekilo saja, saya senangnya minta ampun,".

4. Petrus juga pontang-panting blusukan ke pasar agar bandengnya laku terjual

Blusukan ke Pasar, Juragan Bandeng Presto Menangguk Rezeki saat PandemikBandeng presto salah satu makanan khas Semarang. instagram.com/ipink_nicole

Jerih payahnya membuahkan hasil tatkala ia bersama istrinya memilih blusukan ke sejumlah pasar tradisional untuk menjajakan bandeng prestonya. "Jumlah karyawan kita kurangi jadi dua orang. Sebagai gantinya, saya putuskan masuk ke pasar-pasar, saya jual setiap pagi. Allhamdullilah dari situ bandeng saya laku, dapat Rp1 juta sehari," ungkapnya.

Jika awal pandemik ia kehilangan omzet hingga ratusan juta, saat ini ia mengaku bisnisnya mulai menggeliat lagi. Momentum Hari Raya Idulfitri 1441 Hijriyah menjadi berkah baginya ketika pelanggannya satu demi satu berdatangan untuk memesan bandeng presto.

"Kuncinya Lebaran H-10. Kalau Agustus tahun lalu omzet normalnya bisa sampai Rp198 juta. Tapi saat Agustus kemarin sudah dapat Rp98 juta. Lumayan perlahan (orderannya) sudah naik. Beberapa toko juga sudah ada yang buka. Penjualan di online ikut membantu usaha kami," jelasnya.

5. Bahan baku bandeng presto dipasok dari nelayan Comal dan Batang

Blusukan ke Pasar, Juragan Bandeng Presto Menangguk Rezeki saat PandemikIlustrasi nelayan melaut ( ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)

Agar bisnisnya menggeliat saat musim libur panjang, ia sedang memperbanyak variasi produknya. Kini ada ragam makanan dari olahan daging bandeng yang dijajakan di tokonya. Mulai otak-otak bandeng, tahu bandenge pepes bandeng, bandeng presto hingga yang teranyar kue pukis daging bandeng.

Bahan baku ikan bandeng dipasok dari para nelayan di perairan Comal Kabupaten Pemalang dan Kabupaten Batang. Sehari ia dipasok 25 kilogram. Karena ia berkomitmen untuk menjaga kualitas rasa produknya, maka PT Limpang Agung sebagai distributor bandeng di kawasan Kaligawe digaet sebagai dijadikan mitra bisnisnya. 

"Soalnya saya kepengin benar-benar menjaga kualitas rasanya. Dan bandeng yang didatangkan dari Limpang Agung kualitas rasanya stabil. Dijamin tidak ada bau tanahnya. Ditambah lagi harga bandeng prestonya hanya Rp45 ribu per bungkus. Tergolong murah, inilah yang membuat orang semakin respek," tutur Petrus.

6. Ada 78 persen UMKM makanan dan minuman terdampak pandemik virus Corona

Blusukan ke Pasar, Juragan Bandeng Presto Menangguk Rezeki saat PandemikSuasana Pandemik COVID-19 di Indonesia (ANTARA FOTO/Arnas Padda)

Sedangkan, menurut Ema Rachmawati, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jateng, para pelaku usaha makanan dan minuman memang paling yang terdampak dari pandemik virus Corona.

Dari data yang ia peroleh di 35 kabupaten/kota, terdapat 32 ribu lebih pelaku UMKM yang terdampak pandemik. "Yang paling terasa dampaknya ya UMKM sektor makanan dan minuman, hampir 78 persen kena imbas pandemik Corona. Kemudian dampaknya juga dirasakan 8 persen UMKM fesyen, 5 persen UMKM kerajinan tangan dan sisanya UMKM jasa dan perdagangan yang kena dampaknya ada 7 persen," paparnya kepada IDN Times secara terpisah.

Baca Juga: Resep Membuat Homemade Bandeng Presto yang Empuk, Nikmat Abis!

7. Dinkop UMKM Jateng beri bantuan subsidi pinjaman modal bagi UMKM yang kena dampak virus Corona

Blusukan ke Pasar, Juragan Bandeng Presto Menangguk Rezeki saat PandemikIlustrasi UMKM binaan Pertamina (Pertamina.com)

UMKM makanan dan minuman paling terasa dampaknya lantaran bersinggungan langsung dengan berbagai lapisan masyarakat. 

Ema berkata, ketika pandemik muncul, masyarakat enggan membeli makanan dari luar rumah karena takut ketularan virus Corona. Pun demikian yang dialami oleh penjual makanan kecil dan minuman. 

"Praktis ada 51 persen UMKM makanan dan minuman yang terhambat proses pemasarannya. Banyak warung tutup. Sementara produsen makanannya ada yang nyaris kolaps. Saat ini kita berusaha membangkitkan lagi sektor UMKM melalui program pinjaman usaha bersama Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan memberikan subsidi," pungkasnya.

Baca Juga: Membeludak, Pendaftar Bansos Produktif Tembus 28 Juta UMKM

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya