Gegara Aturan China, Ekspor Ikan asal Jawa Tengah Anjlok 1.200 Ton

China periksa semua kemasan produk pakai PCR COVID-19

Semarang, IDN Times - Peningkatan keamanan yang dilakukan China di jalur laut berdampak terhadap aktivitas ekspor perikanan yang berasal dari Jawa Tengah. Bahkan, serapan ekspor perikanan menurun 30 persen akibat terkena pembatasan dari China.

1. Ekspor ikan asal Jateng turun 30 persen

Gegara Aturan China, Ekspor Ikan asal Jawa Tengah Anjlok 1.200 TonANTARA FOTO/Mohamad Hamzah

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jateng, Fendiawan Tiskiantoro mengatakan, volume ekspor ikan tahun 2021 dipastikan merosot lantaran terhambat pada aturan yang diberlakukan oleh pemerintah China.

Dari capaian ekspor bulan Mei--Juni 2021, pihaknya menyatakan rata-rata capaian bulan Mei dan Juni rata-rata ada 2.300 ton-2.500 ton. 

"Dibanding tahun kemarin, ekspor ikan kita turunnya selisih 1.200 ton. Memang ekspor kita tidak terlalu banyak tahun ini. Jadi kalau dari angka 3.000 ton ke 2.000 ton ya turunnya sekitar 30 persen," kata Fendi ketika dikonfirmasi IDN Times, Rabu (22/9/2021).

Baca Juga: Mengenal Ikan Swagi, Hasil Tangkapan Nelayan Jateng yang Tembus Pasar Ekspor 

2. Semua kemasan produk perikanan asal Jateng diperiksa pakai PCR

Gegara Aturan China, Ekspor Ikan asal Jawa Tengah Anjlok 1.200 TonIlustrasi. Pengoperasian laboratorium PCR COVID-19. (ANTARA FOTO/Makna Zaezar)

Lebih lanjut, ia menyebut hambatan yang dialami para eksportir kebanyakan berkaitan dengan pengetatan aturan yang dibuat oleh pemerintah China. Saat ini, pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR)--tidak hanya untuk deteksi COVID-19--juga menyasar pada barang-barang yang diekspor ke China. Termasuk berbagai produk perikanan asal Jawa Tengah.

Menurut Fendi pemerintah China secara ketat memeriksa kemasan produk dan kontainer yang dikirim melalui pelabuhan.

"Nah, di sana kondisinya sekarang ketat sekali. Tidak hanya produknya, tapi juga kemasannya. Semua bungkusnya juga diperiksa pakai PCR. Makanya kontainernya banyak yang tertahan, gak bisa dibongkar. Tahun ini di China ketat sekali terhadap produk impor," ujar Fendi.

3. Hasil tangkapan nelayan diolah jadi surimi dan pasta ikan

Gegara Aturan China, Ekspor Ikan asal Jawa Tengah Anjlok 1.200 Tonilustrasi stik kepiting (freepik.com/azerbaijan_stockers)

Efek dari aturan tersebut, Fendi mengakui cukup berdampak terhadap kelangsungan ekspor perikanan di Jawa Tengah.

"Dampaknya sangat besar. Banyak yang direject," katanya.

Padahal di sisi lain, hasil tangkapan para nelayan Pantura dan Pansela kerap diolah jadi bahan baku surimi, pasta ikan dan makanan olahan daging rajungan. 

Untuk pasar dalam negeri, ikan segar diolah jadi bakso ikan dan aneka makanan berbahan baku ikan. 

4. Jateng andalkan ekspor perikanan untuk raup pendapatan

Gegara Aturan China, Ekspor Ikan asal Jawa Tengah Anjlok 1.200 TonANTARA FOTO/Dedhez Anggara

Pihaknya menyarankan kepada para eksportir untuk menjaga kualitas produknya supaya mudah diterima oleh pasar luar negeri. Selain itu, mutu kemasan produk ikannya juga mesti diperbaiki supaya aman dari paparan COVID-19.

Tercatat sampai September 2021, terdapat 55 perusahaan pengolahan ikan berskala ekspor. Di luar itu, masih ada 6.300 unit pengolahan ikan skala UMKM. Hasil tangkapan ikan yang laku terjual di luar negeri meliputi olahan ikan surimi, udang dan ikan pelagis kecil, lele dan gurami. 

"Sedangkan sentra perikanan tangkap yang jadi andalam kita ya ada di Tegal, Batang, Juwana Pati dan Rembang. Karena di situ kebanyakan didominasi kapal besar dengan tangkapan yang banyak juga," urai Fendi.

"Kita berharap gak ada varian baru lagi deh. Mudah-mudahan situasinya cepat landai. Soalnya ekspor jadi salah satu pasar yang berkontribusi terhadap penjualan produk perikanan di Jawa Tengaj. Sebab, angka konsumsi ikan kita sangat rendah masih 36 persen per tahun atau dibawah rata-rata nasional 54 persen," pungkasnya. 

Baca Juga: 7 Kebijakan Perdagangan Internasional, Mau Ekspor-Impor Wajib Tau!

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya