Jelang Puncak Kemarau, Hasil Tangkapan Nelayan Jateng Melimpah

Dinas Kelautan pantau perkembangan produksi perikanan

Semarang, IDN Times - Mendekati puncak musim kemarau, hasil produksi perikanan di Jawa Tengah mengalami peningkatan.

Sebab, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jawa Tengah memperkirakan hasil tangkapan nelayan di bulan Juli sampai Agustus 2024 cenderung melimpah terutama untuk jumlah tangkapan ikan tongkol dan sejenisnya. 

Baca Juga: Langganan Kekeringan, 29 Desa di Jateng Dipasok 1,3 Juta Liter Air Bersih

1. Nelayan bisa baca informasi cuaca lebih mudah

Jelang Puncak Kemarau, Hasil Tangkapan Nelayan Jateng MelimpahKepala DKP Jateng Fendiawan Tiskiantoro dan Kabid Perikanan Tangkap DKP Jateng Kurniawan Priyo Anggoro. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Kepala DKP Jawa Tengah, Fendiawan Tiskiantoro mengatakan para nelayan Pantura maupun Pansela saat ini mampu membaca perubahan cuaca di perairan lepas. Ini karena BMKG sebagai penyedia informasi iklim senantiasa rutin mengupdate perkembangan cuaca dengan akurat dan real time. 

"Kalau nelayan sekarang bisa membaca cuaca dengan mudah. Karena era sekarang sudah canggih. BMKG informasinya selalu real time. Jadi, nelayan bisa membaca kondisi iklim yang terkini," ujar Fendiawan kepada IDN Times, Jumat (19/7/2024). 

Informasi iklim yang sering disebarluaskan, katanya merupakan hasil kemitraan dengan Stasiun BMKG Meteorologi Ahmad Yani Semarang. 

2. Jalin kerjasama dengan Pertamina dan BPH Migas

Jelang Puncak Kemarau, Hasil Tangkapan Nelayan Jateng MelimpahPixabay.com

Kendati selama ini para nelayan kerap terkendala perizinan dan ketersediaan BBM, akan tetapi pihaknya bersama BPH Migas dan Pertamina sedang mengupayakan untuk menyediakan tambahan kuota BBM bersubsidi. 

"Kami ada kerjasama dengan BPH Migas dan Pertamina untuk dapatkan harga subsidi yang bagus," tambahnya.

3. Kapal nelayan bermesin diatas 30 GT wajib pakai BBM industri

Jelang Puncak Kemarau, Hasil Tangkapan Nelayan Jateng Melimpahilustrasi nelayan laut (unsplash.com/NOAA)

Pola pemberian BBM bersubsidi diperuntukkan bagi kapal-kapal nelayan dengan mesin di bawah 30 grosston (GT). Sementara bagi pemilik kapal di atas 30 GT diwajibkan membeli BBM non subsidi atau BBM industri. 

"Untuk subsidinya khusus kapal di bawah 30 GT. Tapi yang di atas 30 GT harus membeli BBM industri. Nah, mekanisme yang ini termasuk untuk mendapatkan harga di tengah tengah agar adil, belum ketemu," paparnya. 

4. Produksi perikanan melimpah saat kemarau

Jelang Puncak Kemarau, Hasil Tangkapan Nelayan Jateng MelimpahIlustrasi kapal nelayan di Provinsi Kepri (IDN Times/Putra Gema Pamungkas)

Kurniawan Priyo Anggoro, Kabid Perikanan Tangkap DKP Jateng mengutarakan kondisi bulan ini sampai bulan depan produksi ikan tangkap di Jateng sangat melimpah.

"Ikan kembung sekarang mendominasi. Ikan jenis kayak ikan layar, ikan tongkol itu ketersediaannya juga sangat melimpah di cool storage. Tapi untuk harganya memang berbeda-beda di tiap pelabuhan," tuturnya.

Lebih lanjut, adapun sebaran pelabuhan perikana ada di 11 kabupaten dan dua pelabuhan pendaratan ikan. Skala pelabuhan perikanan terbesar ada enam titik yaitu Tegal, Batang, Pati, Rembang, Pekalongan, Cilacap. Namun untuk saat ini penghasil ikan dengan produktivitas tinggi terletak di wilayah Tegal dan Pelabuhan Juwana Pati. 

"Penghasil ikan yang melimpah di Tegal dan Juwana," kata Kurniawan. 

Baca Juga: Jos! Gara-gara Platform Ini, Pendapatan Nelayan Naik 12 Kali Lipat

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya