Pandemik COVID-19 Berlarut-larut, Pedagang Barang Antik Beralih Jualan Online
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Times - Hari hampir beranjak petang saat para pedagang barang antik merapihkan dagangannya. Berada di belakang Gereja Blenduk, kawasan Kota Lama Semarang, suasana lapak para pedagang tampak begitu sepi.
Pedagang barang antik yang tergabung dalam paguyuban Antikan Kawasan Kota Lama (Asem Kawak) begitu mereka dikenal para pelanggannya hampir setahun terakhir mengalami kondisi pasang surut.
Saat disambangi IDN Times, Juli Hartono, sore itu terlihat termenung sembari menunggu para pembeli. Tak ada satupun pembeli yang mampir ke lapaknya.
"Sekarang benar-benar sepi, Mas. Apalagi kan seminggu terakhir ini ada pengumuman pembatasan untuk wilayah Jawa-Bali. Otomatis, kita yang mengandalkan pelanggan dari luar kota, langsung kena dampaknya. Situasinya sangat berpengaruh pada penjualan kita sehari-hari," kata pria yang sudah menggeluti bisnis barang antik tersebut sejak enam tahun terakhir, Jumat (14/1/2021).
1. Transaksi penjualan barang antik merosot sampai 60 persen
PPKM atau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat yang diberlakukan untuk Jawa-Bali kini benar-benar memukul para pelaku usaha mikro.
Juli merasakan transaksi penjualannya langsung turun drastis hingga 60 persen. Dari yang biasanya ia bisa menjual satu lampu antik seminggu sekali. Saat ini dagangannya baru laku terjual dua minggu sekali.
Jika situasinya normal, lampu antik kerap diburu para kolektor dari wilayah Semarang, Jakarta dan kota besar lainnya. Bahkan tak jarang ia mendapat orderan langsung dari luar Jawa dan beberapa negara.
Sebuah lampu antik yang dibuat pada zaman kolonial belanda, ia jual sekitar Rp400 ribu hingga bisa mencapai Rp2 juta.
Dari awalnya ia mampu meraup penghasilan Rp7 juta sebulan, kini pendapatannya merosot jadi Rp4 juta sebulan.
"Kalau lihat kondisinya, ya sulit sekali. Pelanggan kalau mau datang harus kontak-kontakan sama saya dulu, ketimbang nanti kecele. Karena ada PPKM, jadinya kegiatan pedagang ikut dibatasi cuma sampai jam sembilan malam," akunya.
Baca Juga: Menguak Keunikan Rumah Makan Padang di Semarang Nyambi Berbisnis Kaset Pita
2. Sempat ramai pada Desember, masuk tahun 2021 malah jadi sepi lagi
Ia mengaku dibuat kelimpungan dengan kondisi ekonomi yang terjadi saat ini. Padahal ia sempat gembira saat libur Natal dan tahun baru kemarin banyak pengunjung yang mampir ke lapaknya.
"Sempet rame pas Desember kemarin sampai libur tahun baru juga banyak yang beli. Tapi ini malah ada pembatasan lagi. Untungnya kita masih boleh jualan, kalau awal pandemik kan kita harus disuruh tutup total," ungkapnya.
Ia bilang sebenarnya pedagang barang antik yang berjualan di Kota Lama punya keunikan tersendiri. Dengan jenis dagangan yang dijual merupakan produk langka, maka barang-barangnya pun punya sisi orisinalitas yang tinggi.
Para emak-emak yang kerap plesiran ke Kota Lama, kata Juli kerap memborong seperangkat cangkir keramik seharga Rp200 ribu. Ada pula barang lain yang diincar pelanggannya mulai dari keris, piring keramik antik hingga pernak pernik lainnya.
3. Pedagang: Saya bisa dapat pelanggan dari jualan online
Memasuki tahun 2021 dengan situasi masih pandemik COVID-19, Juli hanya bisa pasrah. Ia tetap setia menunggu para pembeli di lapaknya sembari berjualan via online. "Saya ngakali kondisi kayak gini dengan jualan online aja, Mas. Itung-itung buat nambah pemasukan. Bedanya kalau online harga barangnya gak bisa tinggi. Untungnya ya mepet. Lumayan bisa dapat dua tiga pelanggan," akunya.
4. Pedagang barang antik minta pemerintah bantu selama pandemik
Sedangkan, Untoro Subekhi, pedagang barang antik lainnya berkata situasi yang dialaminya kini serba dilematis. Selama 31 tahun menekuni usaha penjualan barang antik, situasi awal tahun 2021 menjadi momen paling sulit ia lalui.
"Kalau tahun 1989 dulu pemainnya kan masih sedikit. Beda sekarang penjual barang antiknya udah banyak, jadi saingannya juga ketat. Ya mau gak mau kita cuma bisa melakoni pekerjaan sebisanya aja" bebernya.
Ia pun berharap agar pemerintah memberikan bantuan agar dapat mengurangi beban ekonomi yang dialami para pedagang barang antik. Setidaknya ada pelonggaran aturan khusus untuk sektor usaha mikro. "Kalau gak bisa bantu dari dana, ya paling gak kita disupport dalam bentuk promosi-promosi atau membuatkan semacam paket wisata online. Biar hidup kita gak tambah sulit" tutupnya.
Baca Juga: 10 Dekor Rumah Bergaya Midcentury Modern untuk Pecinta Barang Antik