Resesi Global di Depan Mata! Ekspor Kayu dan Pakaian asal Jateng Anjlok 55 Persen
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Times - Risiko resesi global telah membuat para pengusaha di Jawa Tengah ketar-ketir. Musababnya, laju ekspor sejumlah produk perkayuan dan garmen belakangan ini merosot drastis menyusul adanya penurunan permintaan konsumen dari negara kawasan Eropa dan Amerika Serikat.
"Dampak resesi berbagai negara mulai kita rasakan. Pengiriman barang yang diekspor ke luar negeri sudah mulai berkurang sekali. Khususnya ke buyer Eropa, Amerika Serikat. Karena pertumbuhan ekonomi di sana tidak baik. Daya beli warganya juga merosot," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah, Frans Kongi ketika dikontak IDN Times, Rabu (19/10/2022).
1. Laju ekspor Jawa Tengah turun drastis
Ia mengungkapkan aktivitas pengiriman produk ekspor ke Eropa dan Amerika Serikat saat ini tersendat.
Sejumlah eksportir berulang kali mengeluhkan kepada Apindo ihwal transaksi pembelian produk manufaktur dan perkayuan yang menurun drastis lantaran terkena imbas resesi global.
Lebih lanjut, ia berkata penurunan ekspor produk manufaktur dan perkayuan mencapai 55 persen sehingga para eksportir mulai khawatir resesi global juga akan melanda Indonesia termasuk Jawa Tengah.
"Yang jelas pengiriman barang-barang manufaktur dan produk perkayuan ke Eropa dan Amerika terganggu sekali. Efek yang kita rasakan ekspor produk garmen dan kayu langsung drop sampai 55 persen. Karena selama resesi, banyak negara secara finansial yang limbung. Ya memang sekarang ini situasi yang kita alami sebagai pengusaha di Jawa Tengah sangatlah berat," akunya.
Baca Juga: Pabrik Mi dan Roti di Semarang Kian Menderita Gegara Perang Rusia-Ukraina
2. Ekspor kayu lapis, vinil, pakaian tersendat
Menurutnya ekspor yang tersendat yaitu untuk produk pakaian jadi dan kayu lapis yang selama ini kerap dikirim ke Eropa Barat, Eropa Tengah dan Amerika Serikat. Secara riilnya, finansial masing-masing perusahaan ekspor kini mengalami gangguan.
"Situasi yang terjadi sekarang benar-benar mengganggu kesehatan finansial perusahaan yang punya orientasi ekspor. Soalnya ekspor pakaian jadi, kayu lapis, vinil juga terhalang. Di Amerika aja angka inflasinya sangat tinggi. Otomatis banyak eksportir yang mengeluh," cetusnya.
3. Eksportir menaruh harapan pada buyer di Jepang dan Korea
Meski begitu, dirinya mengaku masih menaruh sedikit harapan pada negara-negara Asia Timur karena perekonomiannya cenderung stabil. Salah satunya beberapa ekspotir ada yang beralih mencari buyer ke Jepang dan Korea Selatan.
"Kalau ke Jepang dan Korea Selatan banyak pengusaha Jawa Tengah yang ekspor produk tambang dan pertanian. Makanya kita harapannya ke negara tersebut," bebernya.
4. Pabrik Semarang, Soloraya dan Jepara mulai merumahkan karyawannya
Dengan adanya resesi global yang muncul di berbagai negara untuk saat ini menyebabkan beberapa pabrik yang terpaksa merumahkan karyawannya. Pabrik yang merumahkan karyawan terletak di Semarang, Soloraya dan Jepara. Bagi karyawan yang dirumahkan, ia mengaku belum bisa berkomentar mengenai nominal pesangonnya.
Selain itu, pabrik yang terkena dampak resesi global juga melakukan efisiensi energi dan bahan baku. Langkah lainnya, para pemilik pabrik saat ini berusaha membidik pangsa pasar dalam negeri.
"Kita belum mendata berapa jumlah karyawan pabrik yang dirumahkan. Jadi emang mereka gak bisa kerja full karena produksinya ikut berkurang. Kita juga belum bisa omong soal pesangon, kan sudah ada aturannya sesuai perjanjian kerja. Supaya kita bertahan hidup, kita akhirnya cari peluang pasar dalam negeri walaupun gak tiap hari konsumen lokal membeli garmen dan produk kayu, beda dengan makanan minuman yang laku terjual setiap waktu," urainya.
5. "Tolong Pak Jokowi bantu kita,"
Frans pun berharap agar pemerintah pusat membantu pengusaha lokal supaya tetap survive.
Ia meminta pemerintah meringankan beban suku bunga kredit, memberikan insentif pajak serta setiap pemda bisa berusaha bersama-sama menjaga inflasi.
"Tolonglah Pak Jokowi bantu kita. Kan pemerintah sudah tahu keadaan kita yang kena dampak resesi global. Paling tidak pemerintah beri insentif pajak, ringankan juga beban kredit bank. Dan yang penting musti jaga inflasi. Inflasinya Indonesia kan masih lima persen lebih dikit. Kalau begini terus kondisinya, ya kita harus waspadai situasi tahun 2023. Pemerintah harus lakukan restrukturisasi," paparnya.
Baca Juga: 3 Strategi Pemkot Semarang Bangkitkan Pariwisata Pasca Pandemik COVID