Tahun Ajaran Baru Sekolah Sebabkan Penjualan Sapi Kurban Tak Bergairah

Situasi pasar lesu

Semarang, IDN Times- Sepuluh hari menjelang perayaan Idul Adha, aktivitas penjualan sapi kurban di Kota Semarang, cenderung sepi. Bahkan, para pedagang mengaku penjualan sapi kurban merosot drastis ketimbang tahun lalu.

1. Setiap hari hanya laku dua ekor sapi

Tahun Ajaran Baru Sekolah Sebabkan Penjualan Sapi Kurban Tak BergairahIDN Times/Fariz Fardianto

Agus Suhartono, seorang pedagang sapi kurban berkata, setiap hari dirinya hanya bisa menjual dua ekor sapi dan beberapa ekor kambing.

"Penjualannya masih tinggi tahun kemarin. Tahun 2018, sampai H-10 kita masih bisa jual 80 ekor sapi. Kalau sekarang baru laku 60 sapi. Untungnya seminggu ini malah ramai penjualan kambingnya," terang Agus saat ditemui IDN Times, di lapaknya Jalan Gajah Raya, Medoho Semarang, Kamis (1/8).

Baca Juga: Kenaikan Harga Sapi Kurban Tak Setinggi Jelang Iduladha Tahun 2018

2. Pedagang memperkirakan sapi kurban yang terjual hanya 150 ekor

Tahun Ajaran Baru Sekolah Sebabkan Penjualan Sapi Kurban Tak BergairahIDN Times/Fariz Fardianto

Ia memperkirakan turunnya penjualan sapi kurban disebabkan bersamaan dengan musim tahun ajaran baru. Hal ini ditambah dengan kondisi perekonomian yang sedang lesu.

"Suasana pasarnya juga sepi sekali tahun ini. Apalagi ini kan bareng sama musim tahun ajaran baru. Kita paling maksimal cuma bisa menjual 150 ekor sapi sampai hari-H Idul Adha. Beda jauh dibanding 2018 kemarin, sapi yang terjual bisa sampai 300 ekor," cetusnya.

Baca Juga: Antisipasi Hewan Kurban Stres, Hindari Ini

3. Seekor sapi kurban dibanderol Rp15-Rp28 juta

Tahun Ajaran Baru Sekolah Sebabkan Penjualan Sapi Kurban Tak BergairahIDN Times/Fariz Fardianto

Pria yang rutin berjualan sapi kurban sejak 2003 itu mengaku kondisinya saat ini sedikit tertolong dengan harga jual sapi yang tidak berubah.

"Satu ekor harganya Rp15 juta sampai Rp28 juta. Kalau saya pribadi tidak ada kenaikan harga. Karena hewan kurbannya saya ambil dari sentra peternakan milik saya sendiri di Gabus, Kabupaten Pati," akunya.

Saat ini, Agus mempunyai lima titik penjualan sapi kurban. Dua titik di Semarang, satu titik di Sentul Bogor, kemudian sisanya di Tegal dan Pekalongan.

"Tapi sampai sekarang masyarakat kelihatannya belum ada niatan untuk membeli sapi buat berkurban. Malahan yang tadinya langganan beli dua ekor, saat ini memilih beli seekor saja. Makanya, tahun ini turunnya banyak sekali," keluhnya. 

Hal senada diungkapkan Suwarno. Pedagang hewan kurban di jalan Jolotundo itu mengatakan kondisi saat ini sangat lesu. "Langganan saya banyak yang menunda membeli kambing. Situasinya kurang bagus tahun ini."

Baca Juga: Saat Iduladha, Warga Dilarang Buang Jeroan Hewan Kurban ke Sungai

4. Tersedia beragam jenis sapi, mulai PO sampai Pegon

Tahun Ajaran Baru Sekolah Sebabkan Penjualan Sapi Kurban Tak BergairahIDN Times/Fariz Fardianto

Lapak milik Agus menyediakan segala jenis sapi untuk digunakan sebagai hewan kurban. Dari sapi jenis PO, limosin, metal, pegon hingga sapi Bali. Bobotnya rata-rata 300-700 kilogram per ekor. 

Agar kualitasnya terjaga, ia berupaya memberi makan sapi kurban dengan konsentrat. Tak cuma itu saja, hewan kurban dagangannya juga rutin diberi jamu serta menjalani perawatan khusus. 

Selain itu, ia meminta Kementan untuk menghentikan keran impor sapi guna membantu kehidupan peternak lokal.

"Impornya dihentikan dulu lah. Kasihan peternak lokal. Paling tidak impornya harus disesuaikan kuotanya," ujar pria berusia 40 tahun tersebut.

Baca Juga: Hewan Kurban Daerah Endemik Antraks Tetap Dikirim ke Wilayah Lain 

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya