Produksi Biogas Sejak 2010, Desa Sruni Jadi Kampung Iklim Pertamina

Menjadi salah satu sebagai desa mandiri energi di Jateng

Peternak sapi di Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah memanfaatkan limbah kotoran sapi menjadi biogas, yang bisa dimanfaatkan oleh rumah tangga.

Desa yang terletak di lereng Gunung Merapi tersebut memiliki hawa sejuk yang cocok untuk ternak sapi, bahkan setiap warga disini rata-rata memiliki sapi sebagai hewan peliharaan.

1. Mengenal biogas sejak tahun 1980

Produksi Biogas Sejak 2010, Desa Sruni Jadi Kampung Iklim PertaminaIlustrasi Peternakan Sapi Perah (IDN Times/Shemi)

Pemanfaatan kotoran sapi menjadi biogas di bagi warga Desa Sruni bukanlah hal baru. Warga desa sudah mengenal pengolahan limbah kotoran sapi sejak tahun 1980, limbah tersebut dikenalkan oleh dari Dinas Pertanian setempat dan Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP). Namun pada tahun, 2010 warga desa baru menyadari pentingnya mengolah limbah kotoran sapi, dan menjadi awal Setiyo(51) menjadi pioner pengolahan kotoran sapi di Desa Sruni.

"Kalau di biogas di sini itu sudah diawali Sebenarnya tahun 1980 kalau gak salah tapi hanya sebatas dari dinas atau LPTP untuk masyarakat, dulu itu gratis. Tapi karena belum paham biogas maka hanya tertentu hanya tokoh-tokoh yang paham, sebenarnya itu kegiatannya banyak mau se-Desa disini tapi hanya beberapa yang minta hanya 15 atau berapa," ujarnya Senin (30/10/2023).

"Baru sekitar tahun 2010 pasca eupsi, itu teman-teman ini yang kebetulan ini waktu itu masih cukup muda dan karena di sini Sentra ternak, per KK itu punya sapi terus akhirnya banyak kotoran yang menumpuk dan berinisiasi membuat biogas," jelasnya.

Setiyo mengaku jika limbah kotoran sapi di desanya cukup menganggu, terutama pada saat musim hujan, dimana banyak kotoran sapi atau disebut lethong yang terbawa air ke selokan dan menimbulkan bau tak sedap. Bahkan beberapa warga sampai ribut hanya gara-gara kotoron sapi.

Atas kesepemahan itulah, akhirnya warga Desa berinsiatif untuk melakukan pengolahan kotoran sapi, salah satunya dengan cara menerapkan sistem biogas secara gotong-royong.

Baca Juga: [FOTO] Suplai Energi Pertamina Menjaga Ketahanan Pangan Dalam Negeri

2. Muncul kesadaran masyarakat secara gotong-royong

Produksi Biogas Sejak 2010, Desa Sruni Jadi Kampung Iklim PertaminaIlustrasi Pembuatan biogas. (IDNTimes/Larasati Rey)

Setiyo bukan peternak sapi sembarang, ia merupakan ketua kelompok tani Agni Mandiri. Melalui ilmu yang didapatkannya ia kemudian membangun sebuah sumur selebar 3 meter dengan kedalaman 190 centimeter di dekat kandang sapinya. Limbah cair dan padat dari sapi-sapi kemudian ditampung di sumur berkapasitas 2.400 kilogram itu.

Hasil percobaan Setiyo pun berhasil, limbah padat dan cair yang berasal kotoran sapi itu diubah menjadi gas metana. Mengalirkan gas, dan menghidupkan kompor di rumahnnya.

"Tiap hari kita isi limbahnya gak sampai bertumpuk. Modelnya kan dari yg ada kita masukkan masih ada sisa pakan ternak kita angkat ke kandangnya, lethong nya kita larikan kesana. Sisa pakan ternak tetap kita kelola kita komposkan dengan dibantu urinnya," jelasnya.

Berkat keberhasilannya, kemudian banyak peternak sapi yang ingin membuat biogas dirumah masing-masing. Setiyo pun tak pelit ilmu, ia kemudian menularkan cara membuat instalasi biogas kepada warga di Desa Sruni. Saat ini instalasi biogas telah terpasang di rumah 169 warga Desa Sruni lainnya.

3. Peran Pertamina dalam peningkatan produksi hasil biogas

Produksi Biogas Sejak 2010, Desa Sruni Jadi Kampung Iklim PertaminaPetugas mengecek dengan mengamati secara langsung bahan bakar Avtur di DPPU Pertamina Bandara Adi Soemarmo, Boyolali, Jawa Tengah (IDN TImes/Dhana Kencana)

Peningkatan pengolahan limbah kotoran sapi, semakin beragam sejak PT Pertamina mendatangi Desa Sruni. Melalui program Kampung Iklim dari DPPU Adi Soermarmo, warga Desa Sruni mulai terbuka untuk memproduksi hasil turunan dari limbah biogas. Salah satunya dengan pembuatan pupuk kompos.

"Masuknya Pertamina kesini tahun 2016 tapi tahun 2016, ini hanya dilakukan terkait dengan program pendampingan Kampung iklim. Kampung iklim dengan DPPU Adi Soemarmo, kegiatan berjejaring dan beberapa teman dari sini kelompok sini ini sering ikut apa diajak oleh teman-teman Pertamina itu untuk apa ngisi pelatihan biogas," jelas Setiyo.

"Kampung iklim itu lebih banyak pada kegiatan terkait dengan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim . Banyak hal yang kita lakukan dari adaptasi itu ya menyesuaikan terus kita bisa membuat biogas termasuknya itu mitigasinya . Adaptasinya bagaimana kita menyesuaikan dengan kondisi yang ini dan dengan menerapkan pertanian organik dan lain-lain," imbuhnya.

Tak hanya pendampingan program kampung Iklim, Setiyo mengaku kedepan Pertamina juga akan mengembangkan kegiatan terkait pemberdayaan perempuan terutama untuk ekonomi produktif di tahun 2024 mendatang.

4. Biogas membantu warga dari ketersediaan energi

Produksi Biogas Sejak 2010, Desa Sruni Jadi Kampung Iklim PertaminaWarga Desa Sruni, Musuk, Boyolali memanfaatkan biogas hasil limbah kotoran sapi menjadi biogas. (IDN Times/Larasati Rey)

Hasil dari biogas biasanya digunakan oleh warga untuk memasak dan penerangan listrik. Hadirnya biogas menghemas pengeluaran warga setiap bulannya, hal ini dirasalkan oleh Aisyah (42) warga RT 03/RW03 Dukuh Sruni, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali.
Ia mengaku jika sejak memanfaatkan biogas sejak tahun 2014 ia sudah jarang membeli gas elpiji. Ia mengaku jika hanya mengeluarkan biaya pembuatan instalasi biogas saja, hingga sekarang bahkan tak ada biaya perawatan.

"LPG yang dibeli itu yang melon, dulu cepat habis, dulu satu bulan itu bisa empat tabung tapi sekarang sudah jarang, paling satu tahun tiga kali kalau ada hajatan keduren masak banyak," jelasnya.

Berkat kemandirian energi yang dari warga Desa Sruni, meraih Penghargaan Proklim 2021 dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) usai sukses kembangkan biogas. Desa Sruni, Musuk, Boyolali mewakili Jawa tengah ikut serta dalam mengatasi perubahan iklim.

Baca Juga: Warga Rasakan Manfaat Embung Tirta Mulya Klaten di Musim Kemarau 

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya