Soto Tulang Kaki Kambing Bu Jamil Purwokerto, Selalu Ludes dalam 2 Jam

Intinya sih...
Daging empuk nyaris lepas dari tulang, sumsum lumer, dan kuah kaldu bening yang kaya rasa
Warung sederhana tanpa papan menu digital atau meja estetik, menjual soto dengan harga terjangkau
Filosofi hidup mewariskan rasa, kehangatan, dan cerita tak terlupakan lewat soto kaki kambing
Banyumas, IDN Times - Ditengah geliat pagi kawasan Kauman Lama, sebuah warung sederhana tanpa papan nama mencuri perhatian dengan antrean pelanggannya.
Hanya berbekal gang kecil bernama Gang 3 sebagai petunjuk, warung Soto Tulang Kaki Kambing milik Bu Jamil tetap menjadi buruan para penikmat kuliner Purwokerto. Tak perlu promosi digital apalagi gimmick diskon, soto ini selalu ludes hanya dalam waktu dua jam.
Sudah lebih dari dua dekade, Bu Jamilah (67 tahun) yang akrab disapa Bu Jamil tersebut setia meracik menu yang kini dianggap legendaris. Ia mulai berjualan sejak pukul 06.00 pagi hingga pukul 08.00 WIB, biasanya yang tersisa hanya aroma soto dan pelanggan yang datang terlambat.
1. Daging empuk nyaris lepas dari tulang
Menu andalannya sederhana, yakni soto tulang kaki kambing yang didalam bayangan orang adalah tulang keras tak bercita rasa. Namun justru ditangan Bu Jamilah di setiap mangkuknya tersaji daging empuk yang nyaris lepas dari tulang, sumsum yang lumer saat diseruput, serta kuah kaldu bening namun kaya rasa.
Salah satu pelanggan bernama Amril mengatakan yang membedakan, sambal kacang dibuat dadakan menggunakan cobek saat pesanan datang. Tingkat kepedasan bisa disesuaikan, dan tak sedikit pelanggan yang menjadikan sensasi sambal ini sebagai daya tarik utama.
“Saya suka karena sambalnya langsung diulek, bisa pesan sesuai selera, Sumsum juga lembut banget, rasanya nempel,” ungkap Amril (31), warga Purwokerto, yang rutin sarapan di sana tiap akhir pekan kepada IDN Times, Selasa, (1/7/2025).
2. Menjaga rasa daripada memperbesar bisnis
Tidak ada papan menu digital, tidak pula meja meja estetik. Yang ada hanya bangku plastik dan keramahan Bu Jamilah. Porsi sedang dijual Rp12.000, dan porsi besar Rp17.000. Tak ada menu tambahan yang dijual hanya soto.
“Dulu bisa sampai siang, sekarang dua jam saja sudah habis. Bahan bakunya makin susah, saya juga sudah sepuh, Tapi saya nggak nambah porsi, yang penting rasanya tetap," ujar Bu Jamilah dengan senyum ramah.
Dalam kesederhanaannya, tersimpan filosofi konsistensi, Ia tidak tergoda memperluas usaha atau membuka cabang. Bagi Bu Jamilah, menjaga rasa lebih penting daripada memperbesar bisnis.
3. Filosofi hidup melalui soto kaki kambing
Warung Bu Jamil bukan cuma tempat makan, Ini adalah ruang perjumpaan antara pelanggan lama dan baru, antara cerita masa lalu dan kehangatan pagi hari. Tawa, obrolan santai, dan kenangan bersatu dalam semangkuk soto yang hangat.
Ada yang datang sendiri, ada yang bersama keluarga, bahkan tak sedikit pelanggan dari luar kota yang mendengar kisah warung ini dari teman atau media sosial. Dari gang kecil di tengah kota, Bu Jamil telah membangun sesuatu yang lebih dari sekadar warung makan. Ia mewariskan rasa, kehangatan, dan filosofi hidup lewat soto kaki kambing
Satu hal yang pasti, siapa pun yang pernah mencicipi, akan membawa pulang lebih dari sekadar rasa kenyang tapi juga rasa bahagia dan cerita yang tak terlupakan. Catat Lokasinya Warung Soto Tulang Kaki Kambing Bu Jamil, Gang 3 Kauman Lama, Purwokerto, dan buka setiap hari, mulai pukul 06.00 sampai habis (sekitar pukul 08.00).