Anak SD dan SMP di Jateng Alami Kegemukan Gegara Sering Ngunyah Makanan Ini

Stop boba dan jajanan kopi!

Semarang, IDN Times - Asupan makanan yang tidak seimbang cenderung meningkatkan kasus anak kegemukan di Jawa Tengah. Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) menyatakan meski grafik penambahan berat badan anak tidak terlalu terpantau, akan tetapi rata-rata anak SD dan SMP yang bersekolah di Jawa Tengah saat ini sudah mengalami kegemukan. 

 

Baca Juga: Kasus Anak Kena Penyakit Diabetes Naik 70 Kali Lipat, Pasca Pandemik

1. Anak SD dan SMP yang kegemukan sekitar 1,3 persen

Anak SD dan SMP di Jateng Alami Kegemukan Gegara Sering Ngunyah Makanan Iniilustrasi obesitas, salah satu faktor risiko heat exhaustion (freepik.com/racool-studio)

Menurut Florentinus Nurtitus, S.Si.T., M.Gz., RD, Wakil Ketua DPD Persagi Jawa Tengah, terdapat angka prevelansi kasus kegemukan pada anak yang mencapai 1,3 persen. 

"Jumlah anak gemuk prevelansinya sebesar 1,3 persen dari total populasi penduduk Jawa Tengah. Dan kebanyakan anak yang mengalami kegemukan pada tentang usia 13-15 tahun atau anak-anak yang menginjak sekolah SD dan SMP," kata Titus, sapaan akrabnya tatkala berbincang dengan IDN Times melalui sambungan telepon, Sabtu (15/7/2023).

2. Anak-anak Semarang juga kegemukan karena banyak jajanan di warung

Anak SD dan SMP di Jateng Alami Kegemukan Gegara Sering Ngunyah Makanan IniIlustrasi anak jajan. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Dari total 35 kabupaten/kota Jawa Tengah, katanya Kota Semarang menduduki peringkat pertama sebagai penyumbang jumlah anak kegemukan terbanyak. 

Titus bilang ada 2,7 persen anak Kota Semarang yang telah kegemukan lantaran dipengaruhi demografi wilayahnya yang berada di pusat perekonomian Jawa Tengah. 

Menurutnya dengan tinggal di Ibukota provinsi, anak-anak Semarang dimudahkan memperoleh jajanan dan makanan cepat saji yang dijual di warung-warung. Kondisi inilah yang membedakan dengan kabupaten/kota lainnya sehingga membuat kasus anak kegemukan di daerah lebih sedikit. 

"Memang faktanya kasus anak kegemukan di Kota Semarang sendiri cukup besar yaitu 2,7 persen. Untuk daerah lainnya rata-rata tidak sebesar Semarang. Mungkin faktor letaknya sebagai ibukota provinsi jadi ada banyak kegiatan perekonomian, akhirnya membuat jumlah warungnya sangat banyak. Ini beda jauh sama wilayah Pati, Rembang atau Kudus karena pengaruh demografi masing-masing daerah," ungkapnya. 

3. Kegemukan bisa mengarah pada obesitas

Anak SD dan SMP di Jateng Alami Kegemukan Gegara Sering Ngunyah Makanan Iniirishtimes.com

Lebih jauh, Titus berkata untuk keseluruhan wilayah Indonesia, tren anak kegemukan mulai meningkat. Untuk tentang usia anak antara 15-19 tahun saja, Persagi mencatat sebesar 10,9 persen. Rinciannya sekitar 2,5 persen merupakan anak yang mengalami overweight (kelebihan berat badan) dan sisanya 8,5 persen adalah kegemukan.

"Dan kasus gemuk pada anak ini perlu diantisipasi secepatnya. Karena dari kegemukan bisa memunculkan beragam penyakit. Seperti obesitas pada anak dan penyakit penyerta lainnya," ujar ahli diet yang bertugas di RS Santo Elisabeth Semarang tersebut. 

4. Pria gendut naik 19,8 persen dan wanita gendut mencapai 32,9 persen

Anak SD dan SMP di Jateng Alami Kegemukan Gegara Sering Ngunyah Makanan Iniasianscientist.com

Lebih lanjut, ia menyampaikan kasus orang kegemukan secara nasional juga bertambah. Tren kenaikannya sangat signifikan. Ia mencontohkan dari data survei gizi yang dilakukan tahun 2022 menemukan anak berusia 18 tahun yang mengalami kegemukan mencapai 19 persen. 

Sedangkan lebih rinci lagi, katanya laki-laki yang mengalami kegemukan melonjak dari data awal hanya 7,8 persen menjadi 19,8 persen. Adapun wanita yang kegemukan juga meningkat menjadi 32,9 persen. 

Kecenderungan peningkatan yang signifikan untuk wanita yang kegemukan dipicu berbagai faktor. Selain karena aktivitas yang lebih sedikit ketimbang laki-laki, para wanita juga jarang berolahraga. 

"Wanita kurang olahraga ketimbang laki-laki. Dia juga suka ngemil dan porsi makannya yang gak diatur. Seringnya yang kita temukan dalam kasus kegemukan ialah banyak wanita memakan karbo tanpa asupan serat," tuturnya. 

5. Kegemukan dipengaruhi boba dan kopi

Anak SD dan SMP di Jateng Alami Kegemukan Gegara Sering Ngunyah Makanan IniDiagon Alley, salah satu minuman boba di acara "Bobalicious" di Surabaya. IDN Times/Prila Arofani

Dengan kondisi pertumbuhan ekonomi yang pesat, ia pun tak menampik anggapan bahwa banyak orang kegemukan lantaran kebanyakan mengonsumsi ayam geprek, ayam goreng, bebek goreng dan makanan cepat saji tanpa diselingi asupan sayuran yang seimbang. 

Ia mengaku kasus kegemukan diperparah dengan banyaknya warga yang gemar mengonsumsi minuman boba dan ragam minuman berbahan dasar kopi. Padahal, minuman boba dan kopi memiliki kadar kalori sampai 300 persen yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. 

"Minuman kopi dan boba banyak sekali gulanya. Sampai 300 kalorinya. Itusetara dengan minuman softdrink. Makanya inilah yang cukup prihatin. Kemudian yang ditawarkan makanan saat ini di warung bebek dan ayam tidak ada serat sayurannya. Terus kayak menu lotek, sayuran, pecel malah banyak yang tutup karena kalah sama makanan cepat saji. Ini mengerikan," bebernya. 

6. Boleh atur makan tanpa mengabaikan frekuensi makannya

Anak SD dan SMP di Jateng Alami Kegemukan Gegara Sering Ngunyah Makanan Iniunsplash.com/Mike Kenneally

Oleh sebab itulah, pihaknya mendorong kepada Dinas Kesehatan Jawa Tengah untuk terus menggencarkan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya asupan pola makan yang seimbang.

Asupan makanan seimbang bisa mengurangi kadar karbohidrat dengan banyak mengonsumsi sayuran dan bahan makanan yang menyehatkan tubuh.

"Sehingga boleh atur makan. Tapi frekuensi makan tidak boleh diabaikan," ujar Titus. 

Baca Juga: Bahaya Obesitas: Konsultasikan Gizi Sebelum Penyakit Itu Datang

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya