TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Penyebab Henti Jantung di Usia Muda, Dipengaruhi Faktor Genetik

Dokter Jantung UNS sebut adanya faktor genetik 

ilustrasi gangguan jantung (pexels.com/freestocks.org)

Perhatian mengenai kesehatan jantung kembali jadi sorotan, setelah beberapa hari lalu publik dikagetkan dengan meninggalnya Maura Magnalia Madyaratri, anak dari Anggota DPR RI Nurul Arifin, pada Selasa (25/1/2022) pagi.

Kepergian Maura mengejutkan banyak orang sebab dia meninggal dunia di usia 27 tahun karena henti jantung, usai ditemukan lemas oleh Asisten Rumah Tangga (ART) di meja makan. Sang ibunda, Nurul Arifin mengatakan sebelum Maura meninggal, putri sulungnya tidak tidur karena mempersiapkan wisudanya di salah satu universitas di Australia. Maura juga disebut mengalami stres dan kondisi tubuhnya drop.

Melihat fenomena tersebut, dokter spesialis jantung Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Habibie Arifianto, dr.,SpJP (K)., M.Kes., membongkar penyebab masalah henti jantung di usia dini.

Baca Juga: RS UNS Buka Poliklinik Eksekutif, Jadi Rujukan Penyakit Gagal Jantung     

1. Henti jantung bisa karena faktor genetik

dokter spesialis jantung Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Habibie Arifianto. Dok/Humas UNS

dr Habibie Arifianto, mengatakan kasus henti jantung yang dialami Maura biasanya disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan. Menurutnya, kasus henti jantung yang terbanyak adalah gangguan aktivitas listrik jantung. Hal ini bisa mengakibatkan gangguan irama fatal yang membuat seseorang pingsan hingga berujung kepada kematian.

"Kalau terminologi henti jantung jelas fatal, karena saat terjadi henti jantung otomatis fungsi jantung sebagai pompa darah keseluruhan tubuh akan terhenti," ujar dr. Habibie Jumat, (28/1/2022).

Ia menerangkan, saat pasukan oksigen terhenti maka nutrisi ke otak, organ tubuh lainnya, hingga ke otot jantung juga akan berhenti. Dan ini akibatnya bisa fatal.

"Biasanya henti jantung disebut juga cardiac arrest atau sudden cardiac death. Saat terjadi gangguan irama jantung yang fatal, hanya membutuhkan beberapa detik hingga pasien akan bergejala, biasanya pingsan, kejang dan pasien akan kolaps," jelasnya.

Apabila ada kejadian seseorang mengalami henti jantung maka harus segera dilakukan pijat jantung luar. Cara ini disebut dr. Habibie memungkinkan korban untuk dapat mengembalikan sirkulasi darah hingga sadar kembali. Namun, apabila tidak ada yang membantu untuk melakukan pijat jantung luar, gangguan irama akan berlanjut hingga pasien ditemukan meninggal dunia.

2. Kelelahan bisa membahayakan jantung

ilustrasi gagal jantung (freepik.com/shayne_ch13)

Faktor kelelahan yakni kurang tidur dan kondisi drop juga bisa menjadi penyebab utama henti jantung, dr. Habibie menyampaikan dua hal ini bisa memicu perangsangan aktivitas sistem saraf simpatis. Hal ini memang bertanggung jawab terhadap peningkatan aktivitas kelistrikan jantung dan akan berujung pada gangguan irama jantung yang sifatnya fatal.

Menurut dr. Habibie, kasus henti jantung di usia muda sangat jarang, apalagi jika berkaitan dengan gangguan irama. Beberapa penyakit genetik atau keturunan yang dapat mengakibatkan henti jantung mendadak, diantaranya Sindrom Brugada, Sindrom Long QT, dan kardiomiopati hipertrofik.

Sementara itu, jika dilihat dari perbedaan henti jantung dan serangan jantung, dr. Habibie menyebut keduanya adalah hal yang berbeda. "Serangan jantung adalah terminologi yang digunakan untuk kejadian tersumbatnya pembuluh darah koroner yang mendadak yang biasanya mengakibatkan nyeri dada hebat," terangnya.

Sedangkan, henti jantung biasanya diakibatkan karena gangguan irama yang fatal dan bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti serangan jantung, faktor genetik atau keturunan, hingga gagal jantung.

"Dan henti jantung biasanya lebih mematikan dibanding serangan jantung," tambahnya.

Baca Juga: 4 Rekomendasi Hindari Fintech Ilegal Menurut Calon Guru Besar UNS

Berita Terkini Lainnya