Menjangkau Balita Tengkes Melalui Kekuatan Posyandu Satelit

Poslit terbukti tangguh mendeteksi stunting

Menurunkan angka tengkes atau stunting perlu melibatkan semua pihak. Optimalisasi kader dasa wisma (dawis) menjadi kunci keberhasilan untuk mengurangi resiko stunting yang dialami para balita. 

Setidaknya ada lima strategi untuk mengoptimalkan penurunan tengkes di wilayah Jawa Tengah. Pertama, kader Dawis diharapkan mencegah pernikahan usia muda. Caranya dengan menggandeng remaja atau calon pengantin agar menghindari kehamilan usia muda atau anak. 

Para calon pengantin juga digerakkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum menikah dan mengisi aplikasi Elsimil.

Para kader Dawis didorong membantu pendataan keluarga yang sedang hamil atau memiliki balita. Terutama yang sudah menggunakan kontrasepsi atau belum. 

Ketiga, Dawis diharapkan meningkatkan gerakan ayo ke Posyandu dan Bina Keluarga Balita (BKB) dalam memantau tumbuh kembang balita. 

“Kader PKK juga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pemantauan Balita agar dapat ditemukan sedini mungkin apabila ada keterlambatan pertumbuhan maupun perkembangan anak. Sebab, salah satu penyebab stunting adalah pola asuh yang salah, sehingga pendidikan tentang pola asuh ini menjadi hal yang sangat penting untuk disampaikan kepada masyarakat," ujar Penjabat Ketua TP PKK Jawa Tengah Shinta Nana Sudjana, saat menghadiri Executive Meeting Kesatuan Gerak PKK Bangga Kencana Kesehatan 2023, di Ballroom Harris Hotel, Kota Semarang, Selasa (24/10/2023).

 

Baca Juga: Mengenal Peran Posyandu Satelit, Diklaim Bisa Tekan Stunting

Menggerakan Dawis sebagai sarana penurunan stunting

Menjangkau Balita Tengkes Melalui Kekuatan Posyandu SatelitProses pengukuran lingkar kepala pada seorang balita perempuan yang dilakukan kader posyandu satelit (Poslit) di lingkungan kampung RW III, Lamper Tengah Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Kemudian untuk menangani stunting, kader Dawis perlu menggerakkan masyarakat dalam pemenuhan dan pemanfaatan gizi keluarga. Dan yang kelima kader PKK di Dawis juga harus bergandengan dengan semua pihak dalam upaya percepatan penurunan stunting. 

Adapun PKK memiliki kekuatan dalam membantu penurunan stunting sampai tingkat Dawis, di mana dari data terakhir ada 505.349 Dawis. Dengan jumlah kader 1.325.651 kader umum dan 658.657 kader khusus. 

Menurut Shinta keberadaan kader Dawis memiliki peran strategis untuk mengedukasi pasangan muda-mudi agar menghidari hamil di usia muda.

"Di samping itu bisa memilih alat kontrasepsi pasca persalinan sekaligus berperan meningkatkan gerakan ke posyandu. Memanfaatkan tanaman pangan bergizi di sekitar rumah dan menggandeng dengan semua pihak untuk mempercepat penurunan stunting," ujarnya. 

Sejalan dengan upaya tersebut, Kepala Perwakilan BKKBN Jateng, Eka Sulistia Ediningsih mengapresiasi kerja-kerja cerdas kader PKK. Menurutnya, dengan pola dasa wisma, kader PKK bisa memberikan solusi sesuai dengan kultur setempat.

"Dengan tahu persis apa masalahnya, dan bagaimana kearifan lokalnya, maka Dasa Wisma dengan tim pendamping keluarga, bisa berkolaborasi memberikan intervensi yang tepat," paparnya. 

Oleh karena itu, Eka percaya penanganan tengkes dapat tuntas melalui komando berjenjang. Adapun pemberdayaan Dasa Wisma yang digerakkan oleh PKK masing-masing kecamatan dan kampung bisa mempercepat penurunan stunting karena setiap keluarga dengan akurat mampir terdeteksi. 

Perbaikan stunting Kota Semarang paling cepat

Menjangkau Balita Tengkes Melalui Kekuatan Posyandu SatelitBu Mur, salah satu kader Poslit mengecek berat badan salah satu anak menggunakan peralatan timbagan berdiri. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Berdasarkan data dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Jawa Tengah, wilayah yang memiliki angka perbaikan angka stunting yang terus meningkat adalah Kota Semarang. 

Upaya perbaikan stunting di Ibu Kota Jateng mengalami tren yang positif karena peran aktif para petugas nutrisi, ahli gizi yang bergerak cepat dengan partisipasi kader-kader posyandu masing-masing tingkat RT dan RW. 

"Tahun ini perbaikan stunting yang mengalami tren sangat cepat ada di Semarang. Sebab, dengan kolaborasi yang melibatkan petugas Dinas Kesehatan, petugas nutrisi dari rumah sakit sering terjun ke lapangan dengan posyandu untuk bergerak bersama," kata Florentinus Nurtitus, S.Si.T., M.Gz., RD, Wakil Ketua Persagi Jawa Tengah saat dihubungi IDN Times. 

Peran serta yang tampak berupa adanya kegiatan penyuluhan di kampung untuk membuat aneka lomba menu bergizi bagi anak-anak dan balita. 

Pihaknya mengajak para orang tua untuk mengubah pola asuh dengan meningkatkan asupan nutrisi bagi anaknya. Secara prinsip dari segi proporsi makanan bagi anak perlu diperbaiki dengan mengutamakan pemanfaatan bahan baku makanan lokal yang kaya serat, kaya vitamin dan protein. 

"Prinsipnya dadi segi proporsi makan perlu ditambah. Penggunaan makanan lokal harus diutamakan. Mulai dari mencoba memakai tepung singkong, sagu, bihun ditambah ragam olahan daging ikan, telur. Sehingga menjadi asupan menu baru agar anak tidak gampang bosan," terangnya.

Para ibu bisa mengolah makanan lokal untuk tambahan nutrisi

Menjangkau Balita Tengkes Melalui Kekuatan Posyandu SatelitInfo grafis penanganan stunting pada balita di Jawa Tengah. (IDN Times/Mardya Shakti)

Persagi Jawa Tengah menyarankan agar para ibu mulai mencoba mengolah bahan lokal untuk tambahan nutrisi anak. Sebagai contoh nugget berbahan dasar ikan. Untuk sumber karbohidrat tidak hanya dari nasi tapi bisa dari tiwul, singkong sebagai makanan selingan," jelasnya. 

Mengatur pola makan yang benar dengan jam makan teratur juga perlu diperhatikan oleh para ibu. Setiap anak bisa diajari untuk rutin sarapan pagi dan berdisiplin saat jam makan siang. "Kebiasaan tidak makan pagi memang harus diubah. Maka solusinya, anak dan para orang tua bisa menyediakan makan pagi. Pihak sekolah juga diajak berkomunikasi untuk membiasakan anak sarapan pagi. Sehingga para guru bisa mendengar untuk melakukan perbaikan sistem belajar mengajar di kelas," paparnya. 

Dengan perubahan pola makan dan penambahan asupan gizi diharapkan para orangtua lebih aktif mencari konsep pemberian makanan yang benar. Ia pun mengingatkan supaya ibu-ibu yang ada di rumah jangan gampang terprovokasi dengan tayangan makanan instan di akun medsos. "Jangan terpancing tayangan makanan lezat di YouTube. Lebih baik mencari informasi ke tenaga kesehatan yang terpercaya. Agar pola asuh menjadi lebih bagus," katanya. 

Bagi seorang warga RT 06/RW III, Kampung Lamper Tengah, Kecamatan Semarang Selatan, Murwani Rahayu, peran aktif dari kegiatan posyandu juga tak kalah pentingnya guna menumbuhkan kesadaran para ibu untuk memeriksakan kesehatan anaknya. 

Kader Poslit keliling kampung

Menjangkau Balita Tengkes Melalui Kekuatan Posyandu SatelitKader poslit juga mengukur panjang tubuh salah satu bayi menggunakan peralatan timbangan tidur. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Sebagai seorang kader posyandu satelit (Poslit), Murwani sering terlibat pemeriksaan kesehatan bagi anak-anak yang rentan stunting. Dimulai dari awal pandemik, ia yang berkecimpung dalam kegiatan posyandu memilih ikut bergerak menjadi kader Poslit demi membantu penanganan stunting di kampungnya. Total ada 17 kader Poslit di Lamper Tengah. 

"Awalnya pas pandemik tahun pertama yang ada loackdown, saya diajak pihak Undip untuk menggerakkan program Poslit. Mulai tahun 2021 bulan Juli dan Agustus saya diberi pelatihan sebagai kader Poslit di Hotel Horison Pedurungan. Saya mengapresiasi langkah Undip yang ikut mikirkan kesehatan balita yang tidak dipantau selama lockdown. Satu RW dapat beberapa paket alat Poslit. Di RW 8 dapat tujuh paket alat untuk 7 RT," akunya saat berbincang dengan IDN Times, Jumat (27/10/2023). 

Bergerak menjadi kader Poslit diakuinya bukanlah perkara yang mudah. Bu Mur sapaan akrabnya harus berjalan kaki keliling kampung-kampung, menyambangi rumah-rumah untuk mengajak ibu-ibu memeriksakan kesehatan anaknya. 

Dengan kegiatan Poslit ia semakin leluasa bergerak memantau tumbuh kembang anak-anak di kampungnya. Ada kader yang rutin keliling di hari kerja saban jam 08.00 pagi sampai 11.00 siang. Ada juga yang memilih keliling saat akhir pekan. 

Setiap keliling kampung, Bu Mur membawa alat timbangan bayi, alat ukur tinggi bayi, alat timbang badan, alat ukur tinggi badan berdiri, alat ukur lingkar lengan dan alat ukur lingkar lengan meteran. 

"Untuk poslit saya awalnya mengukjr 8 balita. Terus tambah terus. Saya ikut jalan keliling ke satu RW. Lebih seringnya saya ikut di RT 1 saya jalan kaki pagi. RT 2, RT 3 sampai RT 6 juga. Lebih enak poslit karena saya malah bisa menjangkau semua balita di semua RT RW. Saya bisa memantau tumbuh kembang balita," ujar Bu Mur. 

Hasil penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan di kampungnya ia mencatat ada 71 balita yang rutin diukur dan ditimbang badannya. Sebagai rincian di RT 06 ada 6 balita, untuk RT 01 ada 10 balita, RT 02 ada 5 balita, RT 03 ada 4 balita, RT 04 ada 11 balita, RT 05 ada 21 balita RT 09 dan RT 7 ada 10 balita. 

Antusias warga Kampung Lamper Tengah lebih senang dengan kegiatan Poslit. Sebab, setiap kali diadakan cek kesehatan saban hari banyak warga berdatangan ke posko Poslit Lamper Tengah.

"Tingkat kehadiran warga satu RW bisa 85 persen," tambahnya. 

Eko Cahyo Fatristanto, seorang petugas gizi di Puskesmas Lamper Tengah kepada IDN Times berkata, bahwa ada sejumlah RT di Kampung Lamper Tengah yang mampu dijangkau oleh kader Poslit. Setiap bulannya ada hampir seratus balita yang ditimbang.

"Kami dari pihak puskesmas tentunya menjadi penyedia layanan untuk melatih  kader kesehatan bersama Undip. Kami berusaha membina kader yang baru. Karena setiap kader belum mengerti cara mengukur tumbuh kembang balita. Dan ternyata tinggi minat warganya. Kalau Poslit bisa jangkau wilayah 90 persen karena bisa masuk ke semua RT," sambungnya.

Para kader Poslit satelit rata-rata umurnya 40-60 tahun. Mereka memang punya kelebihan bisa menjangkau ke titik rumah warga yang rentan stunting. "Karena pihak RT lebih care kalau ada masalah bisa langsung konsultasi ke RT-nya. Bisa lebih cepat," urainya. 

Keberadaan kader Poslit juga berhasil memperbaiki validasi data balita stunting di Lamper Tengah. Sebab selama ini banyak angka stunting yang tidak akurat karena faktor kelelahan, salah baca dan salah ukur. "Yang kader Poslit lebih teliti dan fokus," tambahnya. 

Puskesmas Lamper Tengah melayani 27.000 lebih warga di 181 RT yang tersebar di 27 RW. Dari total penduduk sebanyak itu, terdapat 1.064 balita dengan prosentase angka stunting sebesar 2 persen atau sebanyak 23 balita.

Hampir saban hari Puskesmas Lamper Tengah melayani penanganan stunting dengan pengalokasian pemberian makanan tambahan (PMT) lokal bagi balita yang rentan stunting. 

"PMT lokal diberikan selama 150 hari. Berupa lauk pauk nabati dan hewani ditambah sayuran bersantan. PMT lokal ini diberikan ke balita yang rentan stunting sehari sekali pas makan siang," paparnya. 

Ribuan Poslit tersebar di Jateng

Menjangkau Balita Tengkes Melalui Kekuatan Posyandu SatelitInfo grafis penanganan stunting pada balita di Jawa Tengah. (IDN Times/Mardya Shakti)

Dr Sri Achadi Nugraheni, Mkes, dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Undip mengatakan Poslit bisa dimanfaatkan sebagai sarana pemeriksaan kesehatan one stop point yang ideal. Artinya bisa dijadikan tempat rujukan bagi warga untuk memeriksakan kesehatan anaknya secara mandiri. 

Tercatat untuk wilayah Jawa Tengah total ada 1.260 Poslit yang menyasar 21 kabupaten/kota dan sebanyak 250 Poslit telah beroperasi di Kota Semarang. Termasuk ada di Kampung Lamper Tengah, Kampung Tlogosari Wetan, Kinibalu dan Ledoksari.

"Poslit bisa dijadikan one stop point, tempat melakukan banyak hal dan kegiatan di satu tempat, yang akan dijadikan tujuan warga apabila bertanya tentang kesehatan, melakukan kegiatan kesehatan. Sehingga manfaatnya dari tetangga, untuk tetangga dan oleh tetangga," ujar perempuan yang akan dikukuhkan sebagai guru besar bidang gizi kesehatan masyarakat Undip tersebut. 

Baca Juga: Angka Stunting di Semarang Capai 10,4 Persen, Per Bulan 3,1 Persen Anak Dalam Pantauan

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya