Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

4 Cara Teori AGIL untuk Menyesuaikan Diri di Lingkungan Kerja Baru

ilustrasi personal branding (pixabay.com/JerzyGorecki)

Dalam ilmu sosiologi dikenal sebuah istilah, yakni culture shock. Yang mana culture shock menggambarkan sebuah keterkejutan karena berada dalam lingkungan baru dengan nilai-nilai yang berbeda dari lingkungan lama.

Salah satunya, culture shock ini kerap terjadi saat awal memasuki dunia kerja. Bukan tanpa alasan, rasanya banyak kegelisahan dan ketakutan akan memulai karir di tempat baru dengan budaya kerja yang belum dikenal.

Tenang, seorang sosiolog yang bernama Talcott Parsons menuangkan pemikirannya melalu teori AGIL. Teori ini menjadi kesatuan sistem bagi kamu yang ingin menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, termasuk dunia kerja. 

Nah, AGIL terdiri dari Adaptation (adaptasi), Goal Attainment (pencapaian tujuan), Integration (integrasi), dan Latency (pemeliharaan pola). Penasaran bagaimana penjabarannya dalam proses penyesuaian diri dengan dunia kerja? Langsung simak ulasan berikut, ya.

1. Adaptasi

ilustrasi kehidupan sosial (pixabay.com/Mohamed_hassan)

Parsons menjelaskan bahwa adaptasi merupakan wujud dari mengatasi kebutuhan situasional yang datang dari luar. Dengan begitu, maka pelaku harus beradaptasi dengan lingkungan hingga menyesuaikan lingkungan dengan segala kebutuhan-kebutuhan yang ada di dalamnya.

Nah, dalam urusan beradaptasi dengan dunia kerja, maka lingkupnya ialah budaya kerja di perusahaan. Mulai dari pekerjaan, rekan kerja, hingga lingkungan kerja.

Lantas, bagaimana caranya untuk bisa beradaptasi? Tentunya bisa dimulai dengan berkenalan. Dengan berkenalan, meski awalnya terasa susah, aneh, dan asing, namun lama-lama akan bisa dan terbiasa.

Yakin dan percayalah bahwa adaptasi yang berhasil itu butuh proses, tidak bisa instan. Dengan kata lain, kamu butuh waktu untuk usaha menyamankan dan menyesuaikan diri dengan dunia kerjamu. Terlebih, jika kamu memang memasuki dunia kerja berbekal kemampuanmu yang kompeten. Tentu, tidak butuh waktu lama untuk kamu bisa membaur di dalamnya, nih.

2. Pencapaian tujuan

ilustrasi orang bekerja (pixabay.com/kaboompics)

Pencapaian tujuan menjadi hal yang penting bagi Parsons. Dengan adanya tujuan, maka proses penyesuaian diri jadi punya pijakan, arah, dan pedoman dalam melangkah hingga menuju keberhasilannya.

Oleh karena itu, dalam pencapaian tujuan perlu didefinisikan terkait apa sih tujuanmu. Terlebih lagi, fokus dan berkomitmen untuk mencapai tujuan yang telah terdefinisi tersebut.

Misalnya saja ketika tujuan dari keinginan menyesuaikan diri di dunia kerja ialah untuk aktualisasi kemampuanmu, ya lakukan semuanya demi itu. Pun ketika tujuanmu ialah hal eksternal, seperti demi kebutuhan finansial untuk menghidupi keluarga. Maka, segala jatuh bangun dalam menyesuaikan diri ya diniatkan untuk dan demi mencapai itu.

3. Integrasi

ilustrasi hidup disiplin (pixabay.com/StartupStockPhotos)

Dalam integrasi, sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Apa saja komponen tersebut? Jelas mulai dari adaptasi, pencapaian tujuan, hingga pemeliharaan pola.

Secara lebih kompleks, adanya integrasi harus bisa mengatur ketiga komponen tetap fungsional. Bagaimana caranya? Jawabannya yakni dengan membuat aturan yang bisa mengintegrasikan ketiga komponen yang ada.

Nah, dalam upaya penyesuaian diri di dunia kerja, maka kamu juga perlu membuat aturan yang tegas. Aturan tersebut berlaku dari kamu dan untuk kamu sendiri. Dengan kata lain, ketika kamu melanggar aturan ya kamu harus mendisiplinkan dirimu.

Lantas, apa sih contoh aturan yang bisa dibuat? Misalnya saja untuk aturan-aturan untuk bisa mengenal lingkungan kerja yang baru. Mulai dari aturan untuk selalu datang satu jam sebelum jam kerja di mulai untuk punya waktu lebih banyak dalam mengenal banyak hal baru. Hingga bersikap dan bertindak proaktif selama jam kerja.

4. Pemeliharaan pola

ilustrasi personal branding (pixabay.com/RAEng_Publications)

Pemeliharaan pola ini menjadi ujung pangkal dari teori AGIL by Talcott Parsons, nih. Yang mana pemeliharaan pola bermakna sistem yang ada harus melengkapi, memelihara, dan memperbarui motivasi individu yang menjadi pelakunya.

Maka, pemeliharaan pola ini mengajarkan untuk terus berkomitmen memelihara keberlangsungan komponen adaptasi, pencapaian tujuan, hingga integrasi. Secara logika, untuk apa teori penyesuaian diri dibuat sebagus mungkin, tapi tak komitmen dalam menjalaninya? Tentunya hanya sia-sia, ya.

Namun, jika dalam perjalanan penyesuaian diri dalam dunia kerja ternyata ada kendala. Maka, cobalah untuk melengkapi apa sih yang kurang dari ketiga komponen yang ada. Bahkan, kamu bisa senantiasa memperbarui motivasimu untuk bisa terus semangat belajar menyesuaikan diri hingga bisa nyaman dengan dunia kerja. 

Dalam perjalanannya, mungkin proses penyesuaian dirimu di dunia kerja tak semulus teorinya. Namun, sejatinya semua itu berasal dari diri kamu sendiri, lho. Ketika kamu mengatakan tak bisa, maka seringan apa pun itu akan tetap terasa berat. Pun sebaliknya, ketika kamu merasa mampu, maka seberat apa pun itu, ya kamu akan tetap mengusahakan dengan semaksimal mungkin, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Melinda Fujiana
EditorMelinda Fujiana
Follow Us