Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
aplikasi media sosial (unsplash.com/Adem AY)

Intinya sih...

  • Terlalu sering mengikuti tren media sosial membuat seseorang kehilangan jati diri dan tidak bisa mencintai dirinya sendiri.
  • FOMO (Fear of Missing Out) terhadap tren media sosial dapat menyebabkan stress, kecemasan berlebihan, dan gangguan tidur.
  • Kecanduan media sosial akibat mengikuti tren dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental, serta menyebabkan cyberbullying.

Pada zaman sekarang ini, semua orang tidak pernah terlepas dari namanya media sosial. Dalam berbagai berbagai platform media sosial, selalu menyajikan konten-konten yang beragam, salah satunya yang selalu menjadi perbincangan dikalangan netizen ialah tren yang selalu diikuti oleh pengguna media sosial.

Tren yang banyak terdapat di semua platform media sosial banyak membawa dampak positif juga negatif bagi penggunanya. Tergantung bagaimana pengguna melihat dari sudut pandang. Berikut beberapa dampak negatif jika terlalu sering mengikuti tren yang ada di media sosial. Check this out!

1. Kehilangan jati diri sendiri

ilustrasi wanita (unsplash.com/Christopher Campbell)

Seringkali orang yang selalu mengikuti tren yang berada di media sosial menjadi bersikap selayaknya orang yang ada di media sosial tersebut. Sedikit contoh fenomena influencer yang sering memamerkan hartanya sebagai tren yang sedang viral ataupun tren media sosial lainnya.

Hal tersebut mungkin terlihat biasa di mata orang lain, akan tetapi akibat banyak tren-tren yang bermunculan terkadang bisa membuat psikis seseorang bisa terganggu. Kebanyakan orang tidak bisa melihat dan mencintai dirinya sendiri, hanya karena ingin merasa seperti orang yang membuat tren di media sosial.

Jika terlalu sering mengikuti dan mengonsumsi konten-konten tren media sosial yang berlebihan, bisa mengakibatkan rasa ingin menjadi seperti orang-orang yang berada di media sosial dan jika hal ini tidak dapat terjadi, bisa menyebabkan seseorang kehilangan jati dirinya sendiri dan tidak dapat mencintai dirinya sendiri.

2. Selalu merasa FOMO (Fear of Missing Out)

ilustrasi wanita sedang cemas (unsplash.com/Joice Kelly)

FOMO atau Fear of Missing Out merupakan sebuah perasaan takut ketinggalan sesuatu yang menarik atau penting. Biasanya FOMO berkaitan dengan tren, berita, acara, atau pengalaman.

Pada tren media sosial, orang yang mengalami FOMO biasanya tidak mau ketinggalan dengan berita dan tren yang viral di media sosial, mereka akan selalu berusaha untuk update dan mencari tau banyak hal mengenai tren yang sedang terjadi di media sosial.

Bahaya yang dapat ditimbulkan jika seseorang mengalami FOMO yang berkepanjangan adalah menderita stress dan kecemasan berlebihan, tidak bisa fokus pada suatu pekerjaan atau kegiatan, tidak produktif, serta bisa berdampak pada gangguan tidur.

3. Mengalami tekanan psikologis

ilustrasi wanita sedang murung (pixabay.com/sasint)

Seseorang yang cenderung terlalu menyukai dan mengonsumsi konten-konten tren media sosial biasanya merupakan pengguna aktif dalam media sosial. Sifat adiktif media sosial yang menyebabkan pelepasan dopamin dan membuat pengguna media sosial kecanduan dan selalu mengikuti hal-hal baru yang sedang terjadi di media sosial.

Akan tetapi, hal ini juga menyebabkan seseorang bisa mengalami tekanan psikologis tanpa disadari, terutama pada remaja dan anak muda generasi sekarang yang hampir segala aspek kehidupannya saat ini selalu berkaitan dengan media sosial.

Tekanan psikologis yang paling kerasa dampaknya adalah perbandingan sosial antara diri sendiri dengan orang-orang atau influncer yang ada di media sosial. Seringkali kebanyakan anak muda sekarang merasa insecure dengan tren-tren yang berada di media sosial. Jika hal ini dibiarkan, bisa menyebabkan banyak anak muda tersebut mengalami gangguan psikologis yang parah.

4. Kecanduan media sosial

ilustrasi laptop dan handphone (unsplash.com/Austin Distel)

Seseorang yang suka mengikuti tren-tren di media sosial kebanyakan lebih banyak menghabiskan waktunya hanya untuk hidup di dunia maya dan selalu scrolling media sosial tanpa henti. Hal ini bisa mengakibatkan kecanduan media sosial yang berlebihan.

Hal ini sangat berdampak negatif pada kesehatan mata, penurunan konsentrasi otak, postur tubuh yang buruk bahkan kesehatan mental. Kecanduan media sosial yang diakibatkan terlalu mengikuti tren media sosial juga menyebabkan seseorang bisa berprilaku rendah diri hingga mengalami brain rot.

5. Mengakibatkan cyberbullying

ilustrasi bullying (pexels.com/Keira Burton)

Jika terlalu sering mengonsumsi konten-konten tren yang ada di media sosial juga mengakibatkan cyberbullying bagi penggunanya. Kenapa demikan? Ketika seseorang yang selalu ingin update mengenai tren media sosial adalah orang yang aktif menjadi pengguna medsos dan kebanyakan mereka sering melakukan cyberbullying bahkan menjadi korban dari cyberbullying.

Akibat hal ini, bisa menyebabkan seseorang mengalami dampak sosial dan emosinal yang mendalam. Pada dampak emosional, seseorang bisa merasa marah dan benci kepada dirinya sendiri. Sedangkan pada dampak sosial, seseorang akan kehilangan kepercayaan diri sendiri dan menarik diri dari lingkungan sosial serta tidak ingin untuk bersosialisasi karena merasa dirinya tidak pantas dan tidak akan diterima.

6. Susah membedakan antara nyata dan imajinasi

ilustrasi perempuan berimajinasi (pexels.com/cottonboro studio)

Ketika berada dalam dunia maya atau media sosial, kebanyakan orang akan merasa bahwa dirinya hidup seperti orang yang berada di media sosial. Tanpa  disadari, bahwa mereka hanyalah hidup dalam dunia imajinasi dan halusinasi mereka sendiri.

Jika hal ini dibiarkan, lama-kelamaan mereka akan sangat susah untuk membedakan antara dunia nyata dan dunia halusinasi media sosial, serta hal ini akan membawa dampak yang sangat buruk bagi kesehatan psikis atau mental.

Nah, itulah dampak negatif jika terlalu sering mengikuti konten-konten tren yang ada di media sosial. Sebenarnya tidak masalah untuk selalu update dengan konten-konten tren yang ada di media sosial, tetapi bijaklah dalam menganalisa dalam mengikuti tren media sosial yang positif dan jaga batasan dalam mengikuti tren yang ada di media sosial.

Editorial Team