Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kehidupan yang disfungsional (pixabay.com/lukasbieri)

Teori alienasi kerja dikemukakan oleh seorang sosiolog yang bernama Karl Marx. Bagi Marx, seorang pekerja memungkinkan mengalami berbagai bentuk keterasingan dalam perjalanan pekerjaannya.

Secara lebih kompleks, Marx mengklasifikasikan alienasi atau keterasingan kerja menjadi lima bentuk. Mulai dari alienasi dari hasil kerjanya, alienasi dari proses produktif, alienasi dari kemanusiaannya, alienasi dari orang lain, hingga alienasi dari dirinya sendiri. 

Kelima bentuk alienasi kerja tersebut, jika diturunkan mampu menjadi indikator bagi seorang pekerja atau karyawan dalam membuat keputusan untuk resign kerja atau tidak. Bukan tanpa alasan, keterasingan tanpa batasan yang berlangsung dalam jangka panjang akan banyak merugikan karyawan. Lantas, apa saja indikator tersebut? Langsung simak ulasannya di bawah ini, ya.

1. Tidak merasakan hasil kerja

ilustrasi orang merenung (pixabay.com/artsysolomon)

Marx dalam teori alienasi menggambarkan adanya hasil kerja dari karyawan yang dimiliki oleh atasannya. Hal ini sebagai pertukaran antara gaji dengan tenaga kerja.

Namun, dalam kenyataannya gaji yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang sudah diberikan oleh karyawan. Sehingga, gaji yang ada hanya untuk menutup kebutuhan hidup, bahkan mungkin kurang. Gaji yang ada itu tidak bisa berkembang, apalagi membeli yang sekadar keinginan.

Dalam ilustrasi Marx, karyawan memberikan kinerja untuk membuat istana yang megah dan mempesona. Namun, dalam jangka panjang bekerja ia masih saja tinggal di rumah yang reyot.

Nah, keterasingan dari hasil kerja yang seperti itu patut menjadi pertimbangan apakah perlu resign kerja atau tidak. Mengingat mungkin di tempat lain hasil kerjamu yang sudah terbilang punya jam terbang tinggi akan bisa lebih dihargai. Ketika kamu dihargai, tentu timbal baliknya berupa gaji yang lebih mencukupi, ya.

2. Tidak bisa produktif dalam bekerja

Editorial Team

Tonton lebih seru di